ANAK
ASMA
NISNAINI ANGGRAINI
G1B220023
UNIVERSITAS JAMBI
Pendahuluan
Asma merupakan penyakit imflamasi saluran pernapasan yang ditandai dengan hyperresponsiveness
dan obstruksi aliran udara yang dapat muncul dalam pola kronis akut, kronis atau akut.
Penelitian International Study of Asthma dan Allergies in Childhood (ISAAC) menunjukkan bahwa
prevalensi gejala asma berkisar dari 1.6-27.2% pada anak usia 6-7 tahun, dan 1.9-35.5% pada anak usia 13-
14 tahun. Sedangkan prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10% pada anak usia 6-7 tahun dan sekitar
6,5% pada anak usia <14 tahun
Insiden/ Kasus
Jumlah penderita penyakit asma mencapai lebih 27% banyak perempuan dari pada laki-laki yang
hanya mencapai 14%. Untuk anak perempuan, penyakit asma yang diderita tidak mengalami penurunan
karena pada saat beranjak dewasa, pada perempuan mengalami penyempitan saluran pernafasan hingga
20%. Akan tetapi, saat ini kejadian asma lebih banyak pada laki-laki akibat polusi asap rokok.
Laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam world health report 2016 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi
paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus
2,1% dan asma 0,3%. Global Initiative for Asthma (GINA) memperkirakan 300 juta penduduk dunia
menderita asma. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak
Penyebab / Faktor Predisposisi
Faktor Host Faktor Lingkungan
1. Genetik 1. Alergen
2. Obesitas 2. Infeksi
3. Jenis Kelamin 3. Asap Rokok
4. Makanan
Patofisiologi Menurut IDAI (2015)
1. Obstruksi Saluran Pernafasan 2. Hipperaktivitas Saluran Pernafasan
Inflamasi saluran napas pada pasien asma merupakan Penyempitan saluran napas secara berlebihan
hal yang mendasari terjadinya gangguan fungsi paru. merupakan patofisiologi yang secara klinis paling
Obstruksi saluran napas menyebabkan keterbatasan relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang
aliran udara yang dapat kembali baik secara spontan bertanggung jawab terhadap reaktivitas yang berlebihan
maupun setelah pengobatan. Perubahan fungsional atau hiperreaktivitas ini belum diketahui secara jelas.
yang terjadi berhubungan dengan gejala khas pada Akan tetapi, kemungkinan berhubungan dengan
asma, yaitu batuk, sesak, wheezing, dan hiperreaktivitas perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan
saluran napas terhadap berbagai rangsangan. hipertrofi) yang terjadi secara sekunder, yang
menyebabkan perubahan kontraktilitas
Klasifikasi Asma
Derajat asma ditentukan oleh bergabai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala,
eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi β-2 agonis, dan uji faal paru), dan obat-obat yang
digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat, dan frekuensi pemakaian obat).
Klasifikasi Asma terdiri dari 2 macam yaitu :
1. Asma saat tanpa serangan
2. Asma saat serangan
Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis yang muncul pada penderita asma Pemeriksaan fisik pasien asma, tanda yang
adalah sebagai berikut, dijumpai yaitu,
1. Sesak Nafas 1. Ekspirasi memanjang
2. Batuk 2. Mengi
3. Suara Nafas Wheezing / mengi 3. Hiperinflasi dada
4. Pucat 4. Pernafasan cepat
5. Lemah 5. Sianosis
Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi
Pemeriksaan Diagnostik Komplikasi
1. Spirometri 1. Pneumotoraks
2. Uji Provokasi Bronkus
2. Atelektasis
3. Pemeriksaan Sputum
4. Pemeriksaan Eosinofil Total 3. Gagal Nafas
5. Uji Kulit 4. Bronkhitis
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
5. Aspergilosis
7. Foto Dada
6. Emfisema
8. Analisis Gas Darah
9. Diagnosis/ Kriteria Diagnosis
10. Therapy/ Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes, (2008) pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi penatalaksanaan saat
serangan asma dan penatalaksanaan asma jangka panjang.