A.R.F 1
ANATOMI
A.R.F 2
ANATOMI…
Bronkus utama kanan
• Lebih pendek dari kiri
• Panjang (dewasa) : 2,5 cm
• 6 - 8 cincin kartilago
• Membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah benda asing lebih mudah
masuk
Bronkus utama kiri
• Panjang ± 5 cm
• 9-12 kartilago
• membentuk sudut 45 derajat ke kiri dari median hampir tegak lurus dengan
trakea
A.R.F 3
A.R.F 4
EPIDEMIOLOGI
• Dapat terjadi pada anak maupun dewasa
• Kebanyakan terjadi pada anak kelompok umur di bawah 15 th
(75 – 85%)
• Insiden tertinggi terjadi antara umur 0 - 3 th (> 50%)
• Pada dewasa lebih sering terjadi pada usia lebih dari 50 th
• Di RSUD Dr. Soetomo (2000-2010) : 194 kasus
A.R.F 5
FAKTOR PREDISPOSISI
A.R.F 6
KLASIFIKASI
A.R.F 7
PATOFISIOLOGI
• Saat proses menelan epiglotis dan kartilgo aritenoid akan menutup jalan napas
• Tertawa, menangis, terkejut atau berteriak saat sedang menelan akan
membuat jalan napas terbuka sehingga benda asing akan masuk ke jalan napas
• Reaksi jaringan laring-trakeo-bronkial akibat BA tergantung dari jenis, ukuran
dan bentuk BA
• BA berbahan logam yang halus dan non obstruktif hanya menyebabkan
kongesti pembuluh darah dan mukosa ringan
• BA berbahan logam yang kasar dan obstruktif menimbulkan stop valve type
obstruction atau one way valve obstruction
• BA organik menimbulkan reaksi yang lebih cepat dan hebat
A.R.F 8
PATOFISIOLOGI…
A.R.F 9
Perbedaan sudut bronkus utama pada dewasa dan bayi
A.R.F 10
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala klinis tergantung dari lokasi, besar dan bentuk benda asing
• Terdiri dari 3 fase :
- Fase akut : batuk hebat dan mendadak, rasa tercekik (chocking)
- Fase asimtomatik : batuk berkurang atau menghilang karena refleks sudah
lelah
- Fase komplikasi : komplikasi akibat infeksi atau obstruksi : pneumonia,
abses paru atau atelektasis.
A.R.F 11
MANIFESTASI KLINIS…
Benda asing laring
• Anamnesis : batuk paroksismal, rasa tercekik (chocking), suara parau, afoni,
sesak
• Pemeriksaan fisik : dyspneu, stridor inspirasi, retraksi otot pernapasan, sianosis
Benda asing trakea
• Anamnesis : batuk tiba-tiba dan berulang, rasa tercekik (chocking), rasa
tersumbat (gagging)
• Pemeriksaan fisik : batuk dengan mulut terbuka (audible slap), teraba getaran
di trakea pars servikal (palpatory thud), suara nafas tambahan saat inspirasi dan
ekspirasi dengan mulut terbuka (asmathoid wheeze)
A.R.F 12
MANIFESTASI KLINIS…
A.R.F 13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.R.F 14
Foto polos posisi anteroposterior (A) dan lateral (B) menunjukkan benda asing radio-
opak trakea
A.R.F 15
Benda asing jarum di bagian distal bronkus lobus inferior kiri
A.R.F 16
Benda asing kacang almond bronkus utama kanan pada anak usia 2 tahun
Kiri : foto polos menunjukkan hiperinflasi paru kanan (Ball valve mechanism)
Kanan : Foto polos satu jam setelahnya menunjukkan paru kanan kolaps
A.R.F 17
PENATALAKSANAAN
A.R.F 18
Heimlich Maneuver
(abdominal thrust) pada
korban sadar
A.R.F 19
Heimlich Maneuver pada diri sendiri
A.R.F 20
Heimlich Maneuver pada Heimlich Maneuver pada korban tidak Chest thrust pada ibu hamil
anak sadar
A.R.F 21
Back blow dan Heimlich Maneuver pada anak < 1 tahun
A.R.F 22
Finger sweep untuk benda asing yang tampak di orofaring
A.R.F 23
PENATALAKSANAAN
Benda asing laring
Bila ada gejala obstruksi jalan napas :
- Laringoskopi / bronkoskopi
- Krikotiroidotomi / trakeotomi
- Heimlich maneuver
Benda asing trakea – bronkus
• Segera ekstraksi secara endoskopi dalam keadaan paling optimum
dengan anestesia umum : bronkoskopi kaku atau fleksibel
• Torakotomi (sangat jarang)
A.R.F 24
A.R.F 25
A.R.F 26
A.R.F 27
A.R.F 28
A.R.F 29
BRONKOSKOPI KAKU
A.R.F
A.R.F 30
BRONKOSKOPI KAKU
• Bronkoskopi kaku pertama kali dilakukan oleh Killian pada th 1897.
• Pada 1907 Jackson menyempurnakan bronkoskop dan menerbitkan
buku petunjuk endoskopi berjudul “Tracheobronchoscopy,
Esophagology and Bronchoscopy”
• Hingga saat ini bronkoskopi kaku masih menjadi pilihan utama untuk
tatalaksana pada benda asing jalan napas.
• Alat yang digunakan berupa tabung lurus berbahan stainless steel
berongga dengan panjang dan diameter bervariasi.
A.R.F 31
INDIKASI
Indikasi diagnostik :
• Penyakit saluran napas dengan penyebab kelainan belum jelas.
• Penyempitan lumen trakeobronkial akibat stenosis atau tumor.
• Mencari sumber perdarahan trakeobronkial, curiga benda asing
trakeobronkial, hemoptisis, dengan gambaran radiologi normal.
• Dugaan keganasan, diagnosis dengan biopsi.
• Evaluasi keadaan trakea dan bronkus paska operasi bedah torak atau
paska bronkoskopi.
A.R.F 32
INDIKASI…
Indikasi terapeutik :
• Ekstraksi benda asing
• Bronchial toilet
• Ekstirpasi tumor jinak
• Drainase abses paru
• Dilatasi stenosis trakeobronkial
• Menyemprotkan obat ke dalam lumen bronkus pada bronkiektasis,
setelah pengisapan sekret
A.R.F 33
KONTRAINDIKASI
A.R.F 34
PERSIAPAN PRA OPERASI
• Informed consent.
• Pemeriksaan laboratorium.
• Mintakan duplikat BA.
• Melepaskan gigi palsu (jika ada).
• Persiapan alat : bronkoskop berbagai ukuran, forsep berbagai ukuran,
teleskop (0, 90 derajat), pemilin kapas, suction dan kanul suction.
• Penderita terlentang diatas meja operasi, seorang asisten membantu
memegang dan mengatur posisi kepala ekstensi maksimal dengan bahu
tanpa diganjal.
A.R.F 35
A. (Direct view) Bridge adaptor for
endoscope vs. glass eyepiece vs. rubber
telescope adaptor (for quick transfer b/w
endoscope & optical forceps)
B. (Top) Prism with connection to light
cable
C. (Oblique) Instrument guide for flexible
suction catheter vs. jet ventilation
cannula (though we usually don’t jet
through bronchs)
D. (Bottom) Adaptor for respirator
A.R.F 36
Bronkoskop berbagai ukuran
A.R.F 37
Berbagai jenis forsep untuk
bronkoskopi
1. Forward-grasping forceps
2. Side-curved forceps
3. Ball (cupped) forceps
4. Rotation forceps
5. Ring-rotation forceps
6. Head-holding forceps
A.R.F 38
PROSEDUR OPERASI…
• Lumen bronkoskop ditutup dengan penutup kaca (glass cupped adaptor)
• Bronkoskopi dimasukkan ke distal dengan mendorong menggunakan ibu jari
tangan kiri sampai ditemukan karina yang terletak pada ujung distal trakea
sambil dilakukan evaluasi trakea
• Selanjutnya evaluasi muara bronkus kanan dengan posisi kepala dimiringkan
ke kiri sedangkan untuk evaluasi muara bronkus kiri dengan memiringkan
kepala ke kanan.
• Bila terjadi desaturasi oksigen bronkoskop ditarik kembali sampai di depan
karina. Setelah saturasi membaik, proses evaluasi dapat dilanjutkan
A.R.F 39
PROSEDUR OPERASI…
• Bila ditemukan benda asing pada salah satu bronkus dilakukan ekstraksi
dengan forsep yang sesuai. Bila benda asing berukuran kecil dapat
dikeluarkan dengan forsepnya melalui lumen bronkoskop. Bila benda
asing berukuran besar maka dikeluarkan bersama-sama dengan
bronkoskop
• Setelah ekstraksi berhasil dilakukan bronkoskopi ulang untuk evaluasi
seperti teknik di atas
A.R.F 40
PROSEDUR OPERASI…
BRONKOSKOPI TANPA LARINGOSKOP LURUS
1. Posisi kepala difleksikan, bronkoskop dipegang dengan tangan kanan seperti
memegang pensil dimasukkan ke rongga mulut pada garis tengah sampai terlihat
epiglotis
2. Bronkoskop lewat di bawah epiglotis hingga tampak rima glotis kemudian kepala
diekstensikan. Sesaat sebelum bronkoskop masuk melalui rima glotis, posisi
bronkoskop diputar 90° ke kanan, kemudian didorong masuk melewati pita suara
3. Setelah bronkoskop masuk ke dalam lumen trakea, posisi bronkoskop diputar 90° ke
kiri (ke posisi semula). Kepala lebih ekstensi saat bronkoskop melewati trakea.
4. Bronkoskop disambungkan dengan anestesi dan oksigen (holinger ventilation
bronchoscope) setelah berada di trakeaA.R.F 41
PROSEDUR OPERASI…
A.R.F 42
PROSEDUR OPERASI…
9. Bila ditemukan benda asing pada salah satu bronkus dilakukan ekstraksi
dengan forsep yang sesuai. Bila benda asing berukuran kecil dapat
dikeluarkan dengan forsepnya melalui lumen bronkoskop. Bila benda
asing berukuran besar maka dikeluarkan bersama-sama dengan
bronkoskop
10.Setelah ekstraksi berhasil dilakukan bronkoskopi ulang untuk evaluasi
seperti teknik di atas
A.R.F 43
KOMPLIKASI
• Gigi goyah hingga copot
• Trauma mukosa faring laring dan traktus trakeobronkial
• Udim subglotik
• Trauma laring
• Hipoksia, hiperkarbia
• Spasme bronkus
• Gangguan kardiovaskuler
• Peradangan, perdarahan, perforasi bronkus
• Perforasi / ruptur pembuluh darah besar
• Hemomediastinum, pneumomediastinum,
A.R.F
pneumotoraks 44
PENCEGAHAN KOMPLIKASI
• Persiapan pre-operasi dan persiapan tindakan dengan baik dan teliti
• Penggunaan premedikasi dan anestesi yang tepat
• Tindakan bronkoskopi sesuai prosedur, sesuai indikasi dan kontraindikasi
• Tindakan dikerjakan dengan hati-hati
• Kemampuan operator terlatih dengan baik (skill dan penguasaan
anatomi dan prosedur).
• Asisten yang terampil.
• Penggunaan alat yang tepat.
• Bila tedadi komplikasi, segera hentikan tindakan bronkoskopi.
A.R.F 45
TERIMA KASIH
A.R.F 46