PKD Tuberkuloma
PKD Tuberkuloma
INFEKSI
Dibuat oleh:
Pembimbing: Rifka Nur Anisa
dr. Ahmad Sulaiman, Sp. N 41181396100013
K E PA N I T E R A A N K L I N I K N E U R O L O G I
R U M A H S A K I T U M U M P U S AT FAT M AWAT I
FA K U LTA S K E D O K T E R A N U I N S YA R I F H I D AYAT U L L A H J A K A RTA
2021
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
No. RM : 0111502XX
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
Tanggal pemeriksaan : 25 Mei 2021
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada 25 Mei 2021 secara autoanamnesis dan
alloanamnesis (suami dan anak pasien) di bangsal Teratai RSUP
Fatmawati kamar 624.
Keluhan utama
Nyeri kepala dan pandangan buram sejak 2 minggu terakhir.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kesan:
Jantung dan paru dalam batas normal
MRI (30-04-2021)
Kesan:
Lesi hipodens finger like di subkortikal lobus fronto-parieto-temporo-occipital kanan dan lobus
temporo-perieto-occipital kiri DD/SOL, Multifokal encephalitis.
Lesi hipodens samar di lobus frontal kiri DD infark, iskemik post vasculitis.
Eksostosis di tabula eksterna os frontal kiri DD/ osteoma
RESUME
Pasien perempuan 46th rujukan dari RS Setia mitra, atas keluhan vertigo berulang yang
kerap muncul sejak 6 bulan terakhir. Dalam sehari keluhan vertigo bisa muncul 2 sampai 3 kali,
membaik ketika pasien minum obat yang didapatkan dari puskesmas. Keluhan disertai nyeri
kepala vas 6 berulang, dalam sehari muncul biasanya 3 kali, terkadang menetap sepanjang hari.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan, dalam 6 bulan
terakhir turun 7kg.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS E4M6V5, TTV: TD 113/70 mmHg, HR: 82x/menit,
RR: 18x menit, suhu: 36,5oC. Status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis:
visus 3/~ ODS. Hasil Laboratorium (4/5/21) Hb 12.0, kreatinin 1.66. hasiil laboratorium
(19/05/21) Hb 10.1, Ht 30.1, Ureum 43.3, Kreatinin 1.73, GDS 85, SGOT 37. Hasil CT Scan lesi
hipodens finger like di subkortikal lobus fronto-parietao-temporo-occipital, kanan dan lobus
temporo-parietaoo-occipital kiri DD SOL multifocal encephalitis. Lesi hipodens samar di lobus
frontal kiri DD infark, iskemik post vasculitis. Eksostosis di tabula eksterna os frontal kiri DD
osteoma.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Parese N. II, hemiparese dextra
Diagnosis Topis : Subkortikal
Diagnosis Etiologis : Mycobacterium tuberculosis
Diagnosis Patologis : Infeksi jaringan parenkim serebri
Diagnosis Kerja : SOL intracranial ec susp tuberkuloma DD metastasis
Diagnosis Penyerta : Hiponatremia, Anemia.
TATALAKSANA
Medikamentosa
Non- Medika mentosa
Nacl 0,9 % 500cc / 12 jam Observasi tanda- tanda vital
Dexamethason 1 x 5 gr IV Observasi tanda- tanda peningkatan TIK, kejang
Curcuma 1x1 PO Elevasi kepala 30 derajat, pasang DC kateter
Omeprazole 2 x 20 mg PO Diet lunak
INH 1 X 300 mg PO Konsul spesialis obgyn, penyakit dalam, dan bedah saraf
Etambutol 1 x 1000mg PO
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkuloma intrakranial adalah suatu massa seperti tumor yang berasal
dari penyebaran secara hematogen lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang
lain terutama dari paru. Tuberkuloma sering multipel dan paling banyak
berlokasi pada fossa posterior pada anak dan orang dewasa tetapi dapat juga
pada hemisfer serebri.
ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
EPIDEMIOLOGI
Tuberkuloma ditemukan hanya 15% sampai 30% dari kasus tuberkulosis SSP dan
kebanyakan terjadi pada hemisfer. Sejauh ini bedasarkan literatur hanya 4 kasus yang
dilaporkan terjadi pada sinus kavernosus. Lokasi yang jarang lainnya adalah pada area sellar,
sudut cerebellopontin, merckel’s cave, sisterna suprastellar, region hipotalamus. Tuberkuloma
yang berlokasi pada sisterna prpontin belum ada lapora bedasarkan literatur. Walaupun
tuberkuloma biasanya lebih banyak pada negara berkembang, tuberkuloma dapat juga
meningkat pada negara maju dalam kaitan dengan efek infeksi HIV dari tampakan klinis TBC.
PATOGENESIS
Cara penularan TB yang paling banyak ialah melalui saluran nafas, meskipun cara lain
masih mungkin. Bakteri TB yang masuk alveoli akan ditangkap dan dicerna oleh makrofag. Bila
bakteri virulen, ia akan berbiak dalam makrofag dan merusak makrofad. Makrofag yang rusak
mengeluarkan bahan kemotaksis yang menarik monosit (makrofag) dari peredaran darah dan
membentuk tuberkel kecil. Aktivasi makrofag yang berasal dari darah dan membentuk tuberkel
ini diransang oleh limfokin yang dihasilkan dari sel T limfosit. Bakteri yang berada di alveoli
membentuk fokus Ghon, melalui saluran getah bening, bakteri akan memcapai kelenjar getah
bening dihilus dan membentuk fokus lain (limfadenopati).
Fokus ghon bersama dengan limfadenopati hilus disebut primer kompleks dan ranke.
Selanjutnya bakteri menyebar melalui saluran limfe dan pembuluh darah dan berkoloni
diberbagai organ tubuh.
Pada saat terjadinya bakteremia yang berasal dari fokus infeksi, TB primer
membentuk beberapa tuberkel kecil pada meningen atau medulla spinalis.
Tuberkel dapat
pecah dan memasuki cairan otak dalam ruang subarachnoid dan sistem
ventrikel, menimbulkan meningitis dengan proses patologi berupa
◦ Peradangan cairan serebrospinal. Meningen yang berlanjut menjadi
araknoiditis, hidrosefalus dan gangguan saraf pusat.
◦ Vaskulitis dengan berbagai kelainan serebral, antara lain infark dan oedema
vasogenik.
◦ Ensefalopati atau mielopati akibat proses alergi.
GEJALA KLINIS
Pada tuberkuloma intrakranial, selain terdapat gejala kenaikan tekanan
intrkrnial akibat proses desak ruang juga menimbulkan gejala meningitis, sering
disertai TB pada organ lain. Menifestasi klinis dari tuberkuloma intrakranial
adalah proses desak ruang (20% dari proses desak ruang disebabkan oleh
tuberkuloma intrakranial). Gejala yang terjadi akibat edema otak merupakan
indikasi untuk pemberian kortikost
DIAGNOSIS
Penemuan infeksi sistemik dan laboratorium umum yang berhubungan dengan infeksi dapat
tidak ditemukan, karena basil tuberkulosis tidak selalu jelas pada CSF dan bahkan pada
massa yang diambil, maka dari itu hasil yang negatif dari pemeriksaan bakteri tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi tuberkulosis.
Pada CT Scan sesudah pemberian kontra, tuberkuloma memberi gambaran sebagai berikut:
◦ Lesi berbentuk cincin dengan area hipodens atau isodens ditengah dan dinding yang menyerap
kontras
◦ Lesi berbentuk nodul/plaque yang menyerap kontras.
Tanpa kontras, lesi pada umumnya hipodens atau isodens,pada beberapa kasus didapatkan
kalsifikasi. Gambaran tuberkuloma pada CT Scan sukar dibedakan dengan tumor, abses atau
granuloma kronik.
MRI mempunyai peranan penting dalam diagnosa tuberkuloma intrakranial.
Pada MRI, gambar TI-Weighted MR dapat menunjukkan area hipodens atau
isodens dan T2-weighted images dapat menunjukka hypointense, isointense
atau central hyperintense zone dikelilingi hypointense rim.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tuberkuloma dapat dipastikan bila
pada serial CT Scan atau Serial magnetic Resonance Imaging (MRI) lesi
menghilang sesudah mendapat terapi antituberkulosis (OAT).
Harris, Barry. 2007. Central Nervous System Tuberculosis. Medscape 2007; 3(5):319-325.