Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASKEP PADA IBU MENYUSUI DENGAN HIV/AIDS

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Riska Syofia Delmi (1914201036)
Rizky Yola Nofita (1914201037)
Sari Intan (1914201038)
Sesra Med Madurisa (1914201039)
Silfira Rosella (1914201040)
Tiara (1914201041)
Vela febrina efita (1914201042)
Windi Yunengzah fitri (1914201043)
Wiwin Putri Handayani (1914201044)
Wulan Purnama Sari ( 1914201045)
Yuli Marnis Tapokabkab ( 1914201046)
Pengertian

 Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem


kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan
sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit.
 Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala, infeksi dan
kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh dan
dapat menyebabkan kematian. Infeksi oportunistik adalah infeksi yangmuncul akibat
lemahnya system pertahanan tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab
lain.AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya.
AIDS dapat didefinisikan melalui munculnya IO yang umum ditemui pada ODHA:
 Kandidiasis: infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, vagina.
 Virus sitomegalia (CMV): menimbulkan penyakit mata yang dapat menyebabkankematian.
 Herpes pada mulut atau alat kelamin.
 Mycobacterium avium complex (MAC): infeksi bakteri yang menyebabkandemam kambuhan.
 Pneumonia pneumocystis (PCP): infeksi jamur yang dapat menyebabkan radangparu.
 Toksoplasmosis: infeksi protozoa otak.
 Tuberkolosis (TB)
Siklus hidup virus hiv

Bila virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia, maka ia akan berusaha menempel pada sel dan
masuk ke dalamnya. Sel yang dipilih virus ini terutama adalah sel limfosit CD4, yaitu salah satu
subtipe sel limfosit dalam tubuh kita yang bertugas mengatur respon imun tubuh terhadap
berbagai serangan infeksi dari luar. Selain sel terpilih tersebut, sel lain yang juga diserang adalah
makrofag, sel dendrit-keduanya dari golongan sel yang sama yang bertugas sebagai pembersih
dan pemakan semua bahan asing atau sel mati dalam tubuh- sel lemak, dan sel glia di otak.
Setelah berhasil menempel, dengan senjatanya virus ini akan menyatukan kapsul luarnya dengan
dinding sel host/inang dan intinya masuk ke dalam badan sel inangnya. Sebenarnya dengan
karakteristik RNA, virus HIV harusnya hanya berhenti di sitoplasma (cairan tubuh sel).Tetapi
dengan kepiawaian senjata enzim yang dimilikinya, rangkaian RNA tersebut kemudian diubah
menjadi rangkaian DNA (deoxyribonucleic acid) serupa dengan rangkaian genetik inti sel inang.
Setelah menjadi rangkaian DNA, materi virus ini (proviral DNA) kemudian masuk ke inti sel
inang, memotong rangkaian DNA sel inang dan menyisipkan diri di antaranya seolah-olah DNA
virus ini adalah bagian dari DNA sel inang yang utuh.
Penularan hiv dari ibu ke anak

Sebanyak 90% penularan pada anak berumur < 13 tahun terjadi pada saat perinatal, artinya terjadi
selama dalam kandungan, selama proses kelahiran dan sesudah kelahiran. Pembuktian menunjukkan
penularan dapat terjadi melalui plasenta, meskipun plasenta tidak dapat ditembus oleh sel-sel ibu yang
terinfeksi HIV, akan tetapi virus HIV yang bebas masih dapat menembus pertahanan plasenta. Proses
kelahiran merupakan porsi terbesar terjadinya penularan karena selama proses tersebut ada
kemungkinan bayi menelan cairan yang terdapat di jalan lahir; perlukaan akibat gesekan sehingga
memungkinkan terdapatnya luka terbuka di kulit kepala bayi dan meningkatkan risiko bersinggungan
dengan cairan tubuh ibu. Sedangkan penularan pasca lahir yang paling mungkin adalah melalui
pemberian ASI mengingat di ASI dapat ditemukan virus bebas, atau sel limfosit CD4 yang sudah
terinfeksi oleh virus HIV.
Bila tidak dilakukan upaya pencegahan apapun, besarnya risiko penularan dari ibu ke bayi sebesar 40%.
Bila tidak dilakukan sesuatu maka dalam waktu singkat akan terdapat banyak anak hidup yang tertular
HIV dan akan menyebabkan beban kesehatan yang nyata di seluruh dunia. Oleh karena itu dilakukan
berbagai cara untuk mengurangi besarnya transmisi perinatal ini dan WHO menjadikannya sebagai
unsur dasar gerakan mengontrol penyebaran infeksi HIV di dunia.
Kandungan asi dalam konteks penularan
hiv
Air susu ibu mengandung partikel nutrisi dan vitamin, sel-sel utuh, bakteri komensal, antibodi,
komplemen, komponen kimiawi yang berperan dalam komunikasi antar sel, dan kuman penyakit dalam
bentuk bakteri atau virus. Sel yang berada dalam ASI memiliki konsentrasi 10.000 - 1.000.000 sel/mL,
yang meliputi sel epitel saluran ASI, makrofag dan limfosit. Makrofag adalah sel dalam tubuh manusia
yang berperan dalam memakan sel lain yang tidak berfungsi, kuman, dan segala sesuatu yang dianggap
akan membahayakan tubuh manusia. Sedangkan sel limfosit adalah salah satu jenis sel leukosit yang
berperan sebagai konduktor respon imun tubuh terhadap benda asing atau dianggap asing.
Meskipun belum terbukti bahwa ASI yang ditanam di media tertentu mampu memproduksi koloni
virus HIV, akan tetapi DNA proviral pada ASI dapat dideteksi dengan pemeriksaan PCR (polymerase
chain reaction). Prevalens terdeteksinya partikel DNA HIV pada ASI dari kelompok ibu hamil
pengidap HIV dalam 4 penelitian di Afrika berkisar antara 44 - 58%. Pada penelitian lain di Kenya sel
yang terinfeksi HIV memiliki kisaran 1/10.000 - 1/3 sel. Mereka yang kadar sel terinfeksi HIV pada
ASI sangat tinggi adalah ibu-ibu yang sudah pada tahap stadium klinis HIV lanjut (ditandai dengan
kadar sel CD4 sangat rendah) dan defisiensi vitamin A.
Angka kematian bayi dan balita

 Pengaruh pemilihan pemberian makan pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif
terhadap angka kematian bayi dan balita tidak berbeda.Tanpa melihat berapa banyak
yang akhirnya tertular HIV, maka angka kematian pada saat seharusnya anak-anak ini
berumur 2 tahun cukup tinggi. Pada 5 penelitian besar di Afrika yang membandingkan
pemberian susu formula dan ASI pada ibu HIV positif tidak menunjukkan keunggulan
susu formula dari ASI dalam mengukur berapa persen yang tetap hidup sampai usia 2
tahun. Umumnya lama pemberian ASI pada populasi di atas adalah 4 - 6 bulan, disertai
pemberian ARV baik pada ibu dan atau pada bayinya. Untuk menunjang pemberian
susu formula selain diberikan susu formula juga diberikan akses ke air bersih. Yang
ditengarai menyebabkan tingginya kematian adalah budaya mixed feeding, baik pada
kelompok formula maupun ASI.
ASI lebih superior dibandingkan susu formula untuk negara berkembang
Dalam kaitannya dengan pandemi HIV di seluruh dunia, pendekatan negara maju yang
menghilangkan sama sekali paparan melalui ASI ternyata tidak dapat diterapkan di negara
berkembang dan miskin karena peningkatan angka kematian yang berhubungan dengan
pemberian susu formula yang tidak aman.
Penelitian MASHI di Botswana dan PEPI di Malawi menunjukkan bahwa kebijakan
pemberian susu formula sebagai upaya pencegahan penularan HIV memang berefek
menurunkan angka penularan vertikal akan tetapi di sisi lain menyebabkan angka kematian
bayi lebih tinggi karena tidak disertai dukungan kebijakan publik untuk memenuhi
kebutuhan dasar akan air bersih. Demikian pula halnya bila ASI diberikan dalam waktu
yang pendek (KiBS di Kenya, BAN di Malawi dan HIVIGLOB di Uganda).
Langkah-langkah membuat laktasi

 ASI Eksklusif
 Pemberian ARV
 Memanaskan ASI
Laktasi pada bayi yang terinfeksi hiv

Terdapat 4 penelitian yang menunjukkan bahwa keuntungan pemberian ASI pada anak
secara umum juga ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV. Di ZEBS (Zambia), angka
kematian penderitaHIV pada umur 12 bulan lebih banyak pada anak yang hanya mendapat
ASI selama 4 bulan dibandingkan dengan anak yang setelah diketahui sakit, ASI tetap
diteruskan. DI Afrika Selatan bayi yang tertular HIV yang mendapat ASI lebih jarang sakit
dibandingkan bayi sakit yang tidak mendapat ASI.Efeknya lebih nyata pada 2 bulan
pertama kehidupannya.Pada penelitian Malawi, anak terinfeksi HIV yang mendapat ASI
jarang sakit.Penelitian MASHI di Botswana menunjukkan angka kematian yang lebih
tinggi pada mereka yang tidak disusui.Oleh karena itu WHO mengubah rekomendasinya,
bila seorang anak sudah diketahui terinfeksi HIV dan masih disusui sebaiknya diteruskan
saja hingga paling tidak 2 tahun.
Penularan hiv dan aids dari ibu ke anak

Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:


 Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil.Hal ini disebabkan karena terdapatnya
plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
 Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode
kehamilan.Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin
besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section
caesaria.
 Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock,
dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-
15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Rekomendasi who
Rekomendasi WHO untuk ibu menyusui dengan HIV positif adalah (1) Tidak menyusui
sama sekali, bila pengadaan susu formula dapat diterima, mungkin dilaksanakan, terbeli,
berkesinambungan dan aman (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe/AFASS);
(2) Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Anti Retroviral) dianjurkan
menyusui eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan menyusui sampai umur
bayi 1 tahun bersama dengan tambahan makanan pendamping ASI yang aman, (3) Bila ibu
dan bayi tidak mendapat ARV, maka ASI eksklusif yang harus diperah dan dihangatkan
sampai usia bayi 6 bulan dilanjutkan dengan susu formula dan makanan pendamping ASI
yang aman.5 Hal tersebut juga dikuatkan oleh rekomendasi dari WHO, dalam pedoman
HIV and Infant Feeding, bahwa ibu yang telah mendapat terapi ARV selama 6 bulan dapat
memberikan ASI kepada bayi, setelah pemberian 6 bulan dapat dilanjutkan hingga 12
bulan beserta makanan pendamping.28 Adanya panduan dari WHO, pihak-pihak yang
terkait, khususnya perempuan dengan HIV-AIDS dapat lebih mudah memutuskan untuk
memberikan ASI atau tidak pada anaknya.
Diagnosa Keperawatan

 Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan depresi system imun, aktifitas yang
tidak terorganisir
 Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare berat, status hipermetabolik.
 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambatan asupan makanan
(muntah/mual), gangguan intestinal,hipermetabolik.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, melemahnya
otot pernafasan.
 Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
 Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai
Intervensi Keperawatan

 Diagnosa 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitas yang Tidak terorganisir.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdkpurulent)
Intervensi:
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
 Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup
 Informasikan perlunya tibdakan isolasi
 Kaji tanda-tanda vital
 Perhatikan adanya tanda-tanda imflamasi
 Diagnosa 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, statushipermetabolik.

Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat

Intervensi:
 Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bilaterpasang.R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun
menunjukkan adanya dehidrasi.
 Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankanpakaian tetap kering, kenyamanan suhulingkungan.R/ Suhu badan
meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
 Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasahaus.
 Timbang BB setiaphariR/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.
 Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500ml/hr.R/ Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan melembabkan
membrane mucosa.
 Berikan maknan yang mudah dicerna dan tidak merangsangR/ Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan pada dinding usus akan
kurang.
 Diagnosa3:Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal,
hipermetabolik.

Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BBideal.

Intervensi:
 Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.. Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia
 auskultasi bising usus. Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.
 Timbang BB setiap hari. BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat
 hindari adanya stimulus leingkungan yangberlebihan.
 Berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandungalcohol.R/ Pengeringan mucosa, lesi
pada mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan.
 Rencanakan makan bersama keluarga/orang terdekat. Berikan makan sesuai keinginannya (bila tdk adakontraindidkasi)
 sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volumes sedikit
 dorong klien untuk duduk saatmakan.
 Diagnosa 4: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
 Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif

Intervensi:
 Auskultasi bunyi nafas tambahan bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi.
 Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas danpenggunaan ototasesoris.
 Berikan posisi semifowler
 Lakukan suction bila terjadi retensi sekresi jalan nafas
 Diagnosa 5: Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan

Tujuan: Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selamaaktivitas

Intervensi:
 Monitor respon fisiologid terhadap aktivitas.Respon bervariasi dari hari kehari
 Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu. Mengurangi kebutuhan energy
 Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
 Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolic
 Diagnosa 6: Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orangdicintai

Tujuan: Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan
kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yangkonstruktif

Intervensi:
 Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein danperawatannya
 Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengankeluarga
 Biarkan keluarga mengungkapkanperasaan secara verbal.Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
 Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
 Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana
 Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai
berdasarkan NCP.
 Evaluasi
 Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi dan tidak terdapat luka baru yang muncul
 Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit
 Menunjukkan ekspresi wajah rileks
 Dapat tidur/istirahat adekuat
 Membrane mukosa pasien lembab,turgor kulit baik,tanda-tanda vital stabil,haluran urine adekuat.
 Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
 Menunjukkan peningkatan energi

Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap
dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai