Anda di halaman 1dari 49

KEJANG DEMAM

Identitas
■ PASIEN
■ Nama : An. REA
■ Umur : 10 bulan
■ Jenis Kelamin : Laki-laki
■ Agama : Islam
■ Alamat : Purwodadi
■ Tanggal Masuk : 28 oktober 2019
■ Ruang : Seruni
■ No. RM : 00507xxx
■ Status Pasien: Umum
Anamnesis

Pasien di bawa ke IGD RS dengan keluhan kejang. Pasien kejang saat berada
dirumah pukul 11.00 WIB. Kejang berlangsung kurang dari 5 menit. Saat kejang kaki
dan tangan seperti tersentak dan mata melirik ke atas. Setelah kejang berhenti pasien
terlihat lemas seperti kelelahan. Sebelumnya kejang orang tua pasien mengeluh jika
anak sempat demam saat pagi harinya. Saat Kejang pasien langsung di bawa ke bidan
setempat. Saat di bidan suhu tubuh pasien 39 C dan mendapatkan obat lewat dubur.
Lalu bidan menyarankan agar anak di bawa langsung ke RS.
– Riwayat Penyakit Dahulu
■ Riwayat Kejang (-)
■ Riwayat Alergi (-)
■ Riwayat Asma (-)
– Riwayat Penyakit Keluarga
■ Riwayat keluhan yang sama : disangkal.
■ Riwayat epilepsy : disangkal
■ Riwayat TB : disangkal
■ Riwayat merokok : disangkal
■ Riwayat alergi : disangkal
■ Riwayat Persalinan
■ Anak laki-laki dari ibu G2P1A0 lahir spontan aterm dengan berat 3500 gram. Bayi
langsung menangis. Persalinan dilakukan di puskesmas dan ditolong bidan.
■ Kesan : Neonatus aterm pervaginam
Perkembangan Anak

■ menggunakan kuisoner Praskrining perkembangan anak usia 9 bulan


■ Kesan: Pertumbuhan dan Perkembangan anak sesuai usia
Riwayat Imunisasi

■ Menurut ibu pasien, imunisasi dasar sudah lengkap. Imunisasi dilakukan di puskesmas
terdekat.
■ Kesan: Riwayat imunisasi dasar lengkap, tanpa disertai bukti KMS.
Riwayat Makan dan Minum

■ ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan, tidak diberi susu formula. Diberikan
makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Sering mengkonsumsi sayur, ikan.
■ Kesan : kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik
■ Riwayat Keluarga Berencana
■ Saat ini ibu memakai alat kontrasepsi IUD.
■ Riwayat Sosial Ekonomi
■ Ayah pasien merupakan seorang buruh dan ibu seorang ibu rumah tangga. Satu keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak. Pasien dirawat di seruni dan merupakan pasien
umum.
■ Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup.
Pemeriksaan fisik

■ Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 28 Oktober 2019, di bangsal Seruni RSUD dr.
Soedjati Purwodadi:
■ Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
■ Kesadaran : Compos mentis
– Tanda Vital
■ Nadi : 132x/menit, reguler, isi tegangan cukup
■ Pernapasan : 30x/menit, reguler, adekuat
■ Suhu : 39,1 0C
– Status Generalis
■ Kepala : DBN
– Tidak ditemukan ada masa maupun benjolan
– Warna rambut hitam tidak mudah dicabut
■ Mata : DBN
– Konjungtiva palpebra anemis (-/-)
– Sklera ikterik (-/-)
– Mata cekung (-/-)
– Reflek pupil (+/+)
– Pupil isokor
■ Telinga : DBN
– Normotia
– Low set ear (-)
– Discharge (-)
– Nyeri tarik tragus (-)
– Nyeri tarik auricula (-)
– Nyeri ketok os. Mastoid (-)
■ Hidung : DBN – Pernapasan mulut (-)
– Warna kulit hidung seperti warna ■ Kulit : DBN
sekitarnya
–Hipopigmentasi (-)
– Masa atau benjolan (-)
–Hiperpigmentasi (-)
– Tampak secret purulen
–Ptekiae (+)
– Napas cuping hidung (-)
■ Leher : DBN
■ Mulut : DBN
– Pembesaran KGB (-)
– Bibir kering dan pucat (-)
– Pembesaran tiroid (-)
– Sariawan/Stomatitis angularis (-)
– Trachea terdorong (-)
– Lidah kotor (-),
– Tepi Lidah hiperemis (-)
– Lidah tremor (-)
■ Thorak : – Fremitus vocal (+/+)
■ PARU-PARU
■ Inspeksi : DBN ■ Perkusi : DBN
– Sikatrik, bekas luka operasi, – Sonor di seluruh lapang paru
kemerahan (-) ■ Auskultasi :
– Bentuk dada Normal, tidak ada – Suara dasar vesikuler (+/+)
dada tong
– Ronki basah halus nyaring (-/-)
– Hemithorax dextra dan sinistra
simetris tidak ada yang tertinggal – Wheezing (-/-)
saat inspirasi & ekspirasi – Hantaran (-/-)
– Retraksi substernal/chest indrawing
(-)
■ Palpasi : DBN
– Benjolan atau masa (-)
– Nyeri tekan (-)
■ JANTUNG – Batas kanan atas : ICS II
linea parasternal dekstra
■ Inspeksi : DBN
– Batas kanan bawah : ICS III-IV
– Pulsasi iktus kordis tak tampak
linea parasternal Sin
■ Palpasi : DBN
– Iktus kordis teraba linea ■ Auskultasi : DBN
midcalvicula sinistra ICS V
– Bunyi jantung I-II regular (+)
■ Perkusi : DBN
– Murmur (-)
– Batas kiri bawah : ICS V
linea midclavicula sinistra 2 cm – Gallop (-)
ke medial
– Batas kiri atas : ICS II linea
parasternal sinistra
■ ABDOMEN – Bising a. Renalis (-)
– Inspeksi : DBN – Bising a. iliaka (-)
– Datar – Perkusi : DBN
– Tidak Ada Kemerahan – Lapang abdomen : Timpani
– Tidak ada Massa seluruh lapang pandang
– Tidak terlihat gerakan peristaltic
usus – Palpasi : DBN
–Auskultasi : DBN – Tidak ada masa atau benjolan
– Gerak peristaltik usus (+) 15 kali – Nyeri tekan perut (-)
permenit
– Bising Aorta (-)
■ Pemeriksaan Neurologis
■ Motorik : Koordinasi baik, kekuatan (+4/+4)
■ Sensorik : Belum dapat dinilai
■ Reflek Fisiologis :
– R. Patella : (+/+)
– R. Archilles : (+/+)
■ Reflek Patologis :
– R. Babinsky : ( - / - )
– R. Chaddock : ( - / - )
– R. Oppeinheim : ( - / -)
■ Meningeal Sign :
– Kaku kuduk : ( - )
– Brudzinsky I : ( - )
– Brudzinsky II: ( - )
– Brudzunsky III : ( - )
– Brudzunsky IV : ( - )
Pemeriksaan Penunjang
DAFTAR MASALAH

■ Anamnesis
– Kejang
– Demam tinggi 1 hari
■ Pemeriksaan fisik
– Suhu 39,1 C
■ Pemeriksaan penunjang
– Dalam Batas Normal
Diagnosis Banding

■ Kejang Demam
■ DD/Intrakranial
Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis
■ DD/Ekstrakranial
Kejang demam simpleks
Kejang demam kompleks
■ INITIAL PLAN DIAGNOSIS
– Lumbal pungsi, EEG
INITIAL PLAN TERAPI

■ Diazepam p.o 3x2 mg


■ Paracetamol syrup 6 x 1 cth (bila suhu ≥ 38˚C)
■ Valisanbe 3mg
INITIAL PLAN MONITORING

■ Observasi kejang berulang


■ Observasi Tanda tanda vital
■ Observasi peningkatan TIK
■ Observasi kesadaran
INITIAL PLAN EDUKASI

■ Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai kondisi & kemungkinan penyebab
kejang pada anak
■ - Menjelaskan kepada orang tua tentang fungsi obat yang diberikan, yaitu Diazepam
untuk memutus kejang dengan efek samping anak menjadi relaks dan tidur
■ - Saat kejang tetap tenang dan tidak panik, semua pakaian ketat dilonggarkan terutama
sekitar leher, bila tidak sadar posisikan kepala miring dan terlentang
■ - Ukur suhu tubuh, catat lama, bentuk, dan sifat kejang dan tetap bersama anak saat
kejang dan laporkan ke perawat
PROGNOSIS

■ Qua ad vitam : dubia


■ Qua ad sanam : dubia
■ Qua ad fungsional : dubia ad bonam
Kejang Demam (febrile convulsion )

■ Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakramium
■ bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5
tahun
■ Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu
tidak termasuk dalam kejang demam
Pada saat mengalami kejang

■ Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, dan memutar matanya.
■ Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, nafas akan terganggu. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali..
■ Serangan kejang pada penderita kejang demam dapat terjadi satu, dua, tiga kali atau
lebih selama satu episode demam
■ Jadi, satu episode kejang demam dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau lebih serangan
kejang
Klasifikasi Kejang Demam

■ Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Adapun ciri-ciri kejang demam sederhana antara lain :
– Berlangsung singkat (< 15 menit)
– Menunjukkan tanda-tanda kejang tonik dan atau klonik.
– Kejang tonik yaitu serangan berupa kejang/kaku seluruh tubuh. Kejang
klonik yaitu gerakan menyentak tiba-tiba pada sebagian anggota tubuh.
– Kejang hanya terjadi sekali / tidak berulang dalam 24 jam.
■ Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Adapun ciri-ciri kejang demam kompleks antara lain :
– Berlangsung lama (> 15 menit).
– Menunjukkan tanda-tanda kejang fokal yaitu kejang yang hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh.
– Kejang berulang/multipel atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
– Terdapat defisit neurologis
Etiologi Kejang Demam

■ Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada anak.


■ Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan
lain-lain.
■ Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Serangan kejang telah terjadi
pada suhu 38°C bahkan kurang, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi,
serangan kejang baru terjadi pada suhu 40°C bahkan lebih.
Pemeriksaan Penunjang

■ Pemeriksaan laboratorium
Tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis
dehidrasi disertai demam.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
Pungsi Lumbal

■ Untuk menyingkirkan dd Meningitis


■ Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas.
Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
■ Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
EEG

■ Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,


atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan

■ Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang
demam fokal
Ct-Scan

■ Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2. Paresis nervus VI

3. Papiledema
Kemungkinan berulangnya kejang demam
■ Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang
demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

■ Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Penatalaksanaan Kejang Demam

■ Penatalaksanaan saat kejang


■ Pemberian obat pada saat demam
■ Pemberian obat rumatan
Dosis Diazepam
■ Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

■ Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.

■ diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
untuk anak di atas usia 3 tahun

■ Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
■ Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.
Pemberian saat demam (antipiretik)

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya


kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari
Pemberian saat demam (antipiretik)

■ Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan

risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal

dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I, rekomendasi A)
Pemberian obat rumat
■ Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah
satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:


• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
• Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
• kejang demam > 4 kali per tahun
■ Penjelasan:
■ Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15
menit merupakan indikasi pengobatan rumat
■ Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan
perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan
rumat
■ Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa
anak mempunyai fokus organik.
■ Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per
hari dalam 1-2 dosis
■ Lama pengobatan rumat
■ Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

Anda mungkin juga menyukai