Anda di halaman 1dari 18

 Ivan Nur Ramadhan

(1903402081004)
 Septi Lutfiatul
“SISTEM
Inayah
EKSKRESI PADA
(1903402081042)
 Siti Maslaha HEWAN”
(1903402081044) -KELOMPOK 5-
 ST. SHOLEHA
(1903402081052)
“SISTEM EKSKRESI”

C. Hormone Antideuritik, Sistem Renin-


A. Pengertian Sistem Ekskresi Angiostenin-Aldosteron,
dan Regulasi Homoestatik

B. Proses-Proses Sistem
Ekskresi pada Hewan
A. PENGERTIAN SISTEM
EKSKRESI

Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme


yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh
tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam
homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah
metabolisme dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan
tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai
kebutuhan.
B. PROSES-PROSES SISTEM
EKSKRESI PADA HEWAN

1. Proses system ekskresi pada hewan invertebrata


Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti
pada vertebrata. Pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi
yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu
dengan invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata secara
umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium
adalah tipe  yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada
invertebrata.
Berikut sistem eksresi pada hewan invertebrata, yaitu :

Proses pengeluaran zat sisa pada cacing pipih, dilakukan melalui pembuluh
bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan
Sistem Ekskresi disepanjang tubuhnya. Setiap cabang berakhir pada sel-sel api (solenosit) yang di
pada Cacing lengkapi dengan silia (bulu getar) dan beberapa flagella yang gerakannya seperti
Pipih gerakan api lilin. Saluran ini disebut protonefridium. Silia pada sel api akan selalu
bergerak. Akibat gerakan silia tersebut, air atau cairan tubuh dan zat sisa yang sudah
disaring didalam sel api akan terdorong masuk ke dalam saluran ekskresi.
Cairan tubuh dan zat sisa kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui suatu
lubang yang disebut nefridiofor. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk kedalam
saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan
diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke
air. 
Cacing tanah termasuk kedalam filum Annelida, oleh karena itu, pada setiap
segmen terdapat sepasang ginjal atau nefridium, kecuali pada tiga segmen pertama
dan segmen terakhir. Setiap nefridium memiliki dua lubang, lubang yang pertama
Proses Ekskresi
berupa corong yang terbuka dan bersilia yang disebut nefrostom (dibagian anterior)
pada Annelida
dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom terdapat didalam rongga tubuh dan
berisi penuh dengan cairan.
Cairan tubuh ditarik dan diambil oleh nefrostom, yang kemudian masuk ke dalam
nefridia yang berupa pembuluh panjang dan berliku-liku. Pada waktu cairan tubuh
mengalir mengalir melalui nefridia terjadi penyerapan kembali zat-zat yang masih
bermanfaat, seperti glukosa, air, dan ion-ion.
Kemudian zat-zat tersebut diedarkan keseluruh kapiler sistem sirkulasi. Sedangkan
sisa cairan tubuh, seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak
diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui ujung nefrostom yang yang berupa
lubang atau nefridiofor.
Alat ekskresi pada serangga disebut pembuluh malphigi.
Pembuluh malphigi merupakan tabung kecil dan panjang yang
berfungsi sebagai sebagai alat pengeluaran seperti ginjal pada
vertebrata.
Pembuluh malphigi terletak dalam homosal dan tergenang di
Proses Ekskresi dalam darah.
pada Serangga Bagian pangkal pembuluh malphigi melekat pada ujung
anterior dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke homosal
yang mengandung hemolimfa. Hemolimfa merupakan darah
pada invertebrata dengan sistem peredaran darah terbuka.
Pembuluh malphigi pada bagian dalam tersusun oleh
selapis sel epitel yang berperan dalam pemindahan urea,
limbah nitrogen, garam-garam dan air dari hemolimfa ke
dalam rongga pembuluh.
Bahan-bahan yang penting dan air masuk kedalam
pembuluh, lalu diserap kembali secara osmosis di rektum
untuk diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya,
bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai kristal
asam urat yang akan dikeluarkan bersama feses melalui anus.
Disamping pembuluh malphigi, terdapat trakea yang
berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang
berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi sebagai paru-paru
pada invertebrata.
B. PROSES-PROSES SISTEM
EKSKRESI PADA HEWAN

2. Proses system ekskresi pada hewan vertebrata


Sistem hewan vertebrata sudah memiliki ginjal seperti manusia
dengan struktur yang sempurna, walaupun masih terdapat perbedaan
dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat
dihubungkan dnegan lingkungan hidup hewan tersebut.
Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal, yaitu pronefros,
opistonefros, mesonefros, dan metanefros.
Berikut sistem pencernaan pada hewan vertebrata,
yaitu : Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan
berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas saluran ginjal
(kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Saluran
urogenital terletak dibelakang anus, sedangkan pada beberapa jenis ikan yang lain memiliki
Sistem kloaka.
Ekskresi Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya.
pada Ikan Pada ikan yang bernafas dengan insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus
urogenitalis, dan karbon dioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernafas
dengan paru-paru, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin dikeluarkan
melalui kloaka.

Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar


dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar
mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen
melalui insang, serta mengeluarkan urin dalam jumlah
yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan
mengekskresikan ammonia melalui urin yang
jumlahnya sedikit.
Sistem Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros)
Ekskresi yang terletak dikanan dan kiri tulang belakang. Warnanya merah kecoklatan,
pada bentuknya memanjang dari depan ke belakang. Zat sisa yang diambil oleh
Katak ginjal akan disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih yang berupa
kantong berdinding tipis yang terbentuk dari tonjolan dinding kloaka.
Fungsinya untuk menyimpan urine sementara. Pada katak jantan,
saluran ginjal dan saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak
betina tidak.
Sistem
Alat ekskresi pada reptil berupa ginjal (metanefros) yang sudah
Ekskresi
berkembang sejak masa fase embrio. Ginjal ini dihubungkan oleh saluran
pada Reptil
ke kantung kemih dan langsung bermuara ke kloaka. Selain ginjal, pada
reptil memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang
berguna untuk mengusir musuh. 
Alat ekskresi pada burung terdiri dari ginjal (metanefros), paru-
paru dan kulit. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna
Sistem coklat. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan
Ekskresi saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Burung
pada Aves mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam.
Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan
keluar melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki
kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada
tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-
bulunya.  
C. Hormone Antideuritik, Sistem Renin-Angiostenin-Aldosteron,
dan Regulasi Homoestatik

1. Hormon antidiuretik
Hormon antidiuretik, juga dikenal secara umum sebagai arginin vasopresin ,
adalah suatu hormon peptida yang mengatur penyerapan kembali molekul
 yang terdapat pada ginjal dengan memengaruhi permeabilitas jaringan
dinding tubulus ginjal, sehingga berfungsi mengatur pengeluaran urin.
Efek paling penting dari hormon antidiuretik adalah untuk menghemat air
tubuh dengan mengurangi kehilangan air dalam urin. Diuretik adalah agen
yang meningkatkan laju pembentukan urin. 
Hormon antidiuretik mengikat reseptor pada sel-sel di saluran pengumpul
ginjal dan meningkatkan reabsorpsi air kembali ke dalam sirkulasi. Hormon
antidiuretik merangsang reabsorpsi air dengan merangsang penyisipan
"saluran air" atau aquaporin ke dalam membran tubulus ginjal. Saluran ini
mengangkut air bebas zat terlarut melalui sel tubulus dan kembali ke darah,
menyebabkan penurunan osmolaritas plasma dan peningkatan osmolaritas
urin.
2. Sistem Renin-Angiostenin-Aldosteron
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) adalah sistem hormon dalam tubuh yang penting untuk
pengaturan tekanan darah dan keseimbangan cairan. Ini terdiri dari tiga senyawa utama: renin,
angiotensin II, dan aldosteron. Ketiganya bertindak untuk meningkatkan tekanan arteri sebagai
respons terhadap penurunan tekanan darah ginjal dan penurunan pengiriman garam ke tubulus
kontortus distal. Melalui mekanisme ini, tubuh dapat meningkatkan tekanan darah secara
berkepanjangan, serta sistem organ yang terlibat yaitu ginjal, paru-paru, pembuluh darah sistemik,
dan otak.
 Fungsi RAAS
RAAS berfungsi untuk meningkatkan volume darah dan tonus arteri secara berkepanjangan. Hal ini
dilakukan dengan meningkatkan reabsorpsi natrium, reabsorpsi air, dan tonus vaskular.
 Mekanisme RAAS
• Tahap pertama RAAS adalah pelepasan enzim renin . Renin dilepaskan dari sel granular aparatus
juxtaglomerular ginjal (JGA) sebagai respons terhadap salah satu dari tiga faktor :
1. Pengurangan pengiriman natrium ke tubulus distal yang dideteksi oleh sel makula densa .
2. Penurunan tekanan perfusi di ginjal terdeteksi oleh baroreseptor di arteriol aferen.
3. Stimulasi simpatis dari JGA melalui 1 adrenoreseptor.
Produksi Angiotensin II
Angiotensinogen adalah protein prekursor yang diproduksi di hati dan dipecah oleh
renin untuk membentuk angiotensin I.
• Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting
enzyme (ACE). Konversi ini terjadi terutama di paru - paru di mana ACE diproduksi
oleh sel endotel vaskular, meskipun ACE juga dihasilkan dalam jumlah yang lebih
kecil di dalam endotel ginjal.

Pengikatan Angiotensin II
• Angiotensin II mengerahkan aksinya dengan mengikat berbagai reseptor di seluruh tubuh.
Ini mengikat salah satu dari dua reseptor berpasangan G-protein, reseptor AT1 dan AT2.
Sebagian besar aksi terjadi melalui reseptor AT1.

Angiotensin II bekerja pada korteks adrenal, khususnya zona glomerulosa. Di sini,


merangsang pelepasan aldosteron.
• Aldosteron adalah hormon steroid yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium dan
ekskresi kalium pada tubulus distal dan duktus kolektivus nefron. Aldosteron bekerja dengan
merangsang penyisipan saluran Na luminal dan protein Na-K ATPase basolateral. Efek
bersihnya adalah peningkatan tingkat reabsorpsi natrium.
3. Regulasi Homoestatik ginjal
Ginjal sangat penting untuk membersihkan darah dan menghilangkan limbah urin dari
tubuh. Mereka juga memiliki fungsi penting lainnya yang menjaga homeostasis dalam tubuh
termasuk mengatur keseimbangan asam-basa, konsentrasi elektrolit, mengontrol tekanan
darah, dan mensekresi hormon.
Keseimbangan Asam-Basa
Seiring dengan paru-paru, ginjal adalah organ utama untuk pengaturan pH dalam
tubuh. Mereka melakukan ini dengan memulihkan dan meregenerasi bikarbonat (HCO 3 – )
dari urin dan mengeluarkan ion hidrogen (H + ) ke dalam urin. Ginjal menggunakan enzim
karbonat anhidrase untuk mengkatalisis reaksi yang melibatkan bikarbonat. Ini adalah enzim
yang sama yang digunakan dalam fungsi keseimbangan asam-basa di sel darah merah, 
lambung , dan pankreas.
Konsentrasi Elektrolit
Beberapa elektrolit yang membantu ginjal untuk menjaga homeostasis adalah natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, magnesium, tembaga, dan fosfat. Misalnya, hormon aldosteron
 dan angiotensin II mengatur reabsorpsi natrium dari filtrat ginjal dan ekskresi natrium ke
tubulus pengumpul ginjal.
Lanjutan…
Tekanan Darah- Volume Cairan Ekstraseluler
Ginjal tidak secara langsung merasakan tekanan darah, tetapi mereka bertindak untuk mengatur
tekanan darah dalam jangka panjang. Mereka melakukan ini melalui sistem renin-angiotensin yang
mengatur jumlah cairan ekstraseluler dalam tubuh, yang, pada gilirannya, diatur oleh kadar natrium
dalam plasma darah. 
Sekresi Hormon
Ginjal mensintesis dua hormon penting yang membantu mendukung homeostasis yaitu eritropoietin
dan renin. Eritropoietin merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang. Ini terjadi sebagai
respons terhadap tingkat pergantian normal (masa hidup) sel-sel ini, dan sebagai respons terhadap
hipoksia seluler ketika jaringan tidak mendapatkan cukup oksigen.
Renin adalah hormon dan enzim, juga dikenal sebagai angiotensinogenase. Ini digunakan untuk
membantu mensintesis angiotensin II yang memiliki beberapa efek pada tubuh, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai