Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 8

- Akbar Hidayat 1201060007


- Dhelya Fitriani 1201060019
- Elsa Noviyanti 1201060023
- M. Ilham Putra Wibawa 1201060040
Al-Nahy
Definisi, Bentuk dan Contohnya, Nahy Menghendaki
Rusaknya Perbuatan, Pengaruh Nahy terhadap
Lawan dari Perbuatan yang Dilarang, Inti Al-Nahy,
Masa Berlakunya Al-Nahy
Definisi Al-Nahy

Nahy ‫ي‬ ( ‫اــهـ‬


‫ ) لن‬berarti mencegah atau melarang. Adapun menurut syara’ adalah ‫لباــترك‬
‫طـ ل‬
‫ مـن اـالعلـى اــلى اـالدنـي‬yang artinya memerintahkan meninggalkan sesuatu dari orang yang lebih
tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya.
Sedangkan menurut ulama ushul, nahy adalah kebalikan dari ‘amr, yaitu lafaz yang
menunjukkan tuntutan untuk meninggalkan sesuatu dari atasan kepada bawahan.
Bentuk/Shighat Al-Nahy
Shighat al-Nahi merupakan tuntutan yang berisi larangan, maka bagian ini akan diuraikan berbagai macam
shighat al-Nahi.Adapun bentuk shighat al-Nahi itu adalah:
1. Fi’il Mudhari’ yang dihubungkan dengan 6‫اهيه‬66‫ ن‬6‫ال‬yaitu yang menunjukkan larangan atau menyatakan tidak boleh
melakukan perbuatan.sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 152:
ۖ ُ‫َواَل تَ ْق َربُوا َما َل ْاليَ ِت ِيم إِاَّل ِبال َّ ِتي ِه َي أَحْ َس ُن َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ أَ ُش َّده‬
Artinya : “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa..”
2. Kata yang berbentuk perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan.Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hajj:30

‫ور‬ ُّ ‫س ِم َن اأْل َ ْوثَا ِن َواجْ تَنِبُوا قَ ْو َل‬


ِ ‫الز‬ َ ْ‫فَاجْ تَنِبُوا ال ِّرج‬
Artinya : “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta..”
. 3. Menggunakan kata ‫ي‬
( ‫ه‬66‫ )ن‬itu sendiri dalam kalimat.sebagaimana dalam firman Allah
ْ
ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ‬
. َ‫ي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعل َّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”(

4. Jumlah Khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk menunjukkan larangan dengan cara pengharaman sesuatu
atau menyatakan tidak halalnya sesuatu.
َ َ ‫يَا أَي ُّ َها ال َّ ِذ‬
َ ‫آمنُوا ل َا يَ ِح ُّللَك ُْم أ ْنتَ ِرث ُوا ال ِن ّ َس‬
‫اء ك َْر ًها‬ َ ‫ين‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa..”
Hubungan Timbal Balik Antara Amar dan al-Nahy
Perbuatan yang diperintahkan senantiasa memiliki lawan yang keberadaannya saling bertentangan, sehingga tidak
mungkin untuk dikompromikan bersama salah satu dari keduanya. Begitu pula perbuatan yang dilarang, ia memiliki lawan
yang mana meninggalkannya tidak dapat terbukti tanpa melakukan salah satu di antara lawan-lawan tersebut.

Apabila seseorang berkata kepada yang lain : Berdirilah !, berarti ia menuntut orang tersebut untuk berdiri.
Sedangkan berdiri itu memiliki lawan kata seperti duduk dan tidur. Jika ia berkata : Jangan makan!, di sini makan, sebagai
tuntutan yang harus ditinggalkan memiliki lawan seperti tidur dan lain-lain.

Sudah jelas pada waktu menunaikan sesuatu tuntutan harus meninggalkan semua lawan-lawannya, jika tidak maka
dikatakan ada sudah menunaikan dan. Dan meninggalkan sesuatu yang dilarang harus melakukan salah satu dari lawan-
lawan itu. Perkiraan ini adalah jelas yang tidak membutuhkan alasan.

Segolongan ulama, di antaranya ulama Hanbali, berpendapat bahwa bila ia datang larangan mengerjakan satu
perbuatan dan ia hanya mempunyai satu lawan kata, berarti disuruh melakukan lawan kata itu dari segi artinya.
Umpamanya, dilarang untuk bergerak berarti disuruh untuk diam. Bila lawan kata dari yang dilarang itu banyak berarti
disuruh melakukan salah satu dari lawan katanya. Umpamanya, dilarang berdiri berarti disuruh duduk atau perbuatan lain
yang berlawanan dengan berdiri.
Hubungan Timbal Balik Antara Amar dan al-Nahy
Mereka mengemukakan alasan bahwa bila dilarang melakukan suatu perbuatan berarti wajib meninggalkannya dan
tidak mungkin meninggalkannya kecuali dengan cara melakukan salah satu di antara lawan-lawan kata tersebut. Dengan
demikian, larangan berbuat sesuatu mengandung arti untuk meninggalkan salah satu di antara lawannya. Hal itu berarti
kewajiban melakukan lawan kata yang tersebut.

Kebanyakan ulama, di antaranya Imam Haramain, Al-Ghazali, An-Nawawi, Al-Jujaini dan lainnya berpendapat bahwa
amar-nafsi (tentang suatu yang tertentu), baik hukumnya wajib atau nadb bukanlah berarti larangan itu menghasilkan
hukum haram atau karahah; baik lawan kata itu satu atau lebih dari satu. Alasan ulama ini adalah sebagai berikut :

a. Pada waktu menghadapi tuntutan meninggalkan sesuatu tidak terlintas dalam pikiran untuk melakukan lawan-lawan
kata sesuatu tersebut. Begitu pula sebaliknya bila disuruh mengerjakan sesuatu tidak terlintas dalam pikiran untuk
meninggalkan lawan-lawan kata sesuatu tersebut.

b. Seandainya disuruh melakukan sesuatu berarti dilarang mengerjakan lawan sesuatu itu, tentu tidak akan mungkin
dikerjakan tanpa mengetahui lawan dari sesuatu tersebut dan meninggalkannya, karena lawan dari sesuatu itulah yang
menjadi tuntutan nahi. Hal yang demikian tidak benar karena sudah pasti bahwa tuntutan itu tetap harus terpenuhi
meskipun kita tidak mengetahui lawan katanya. Dengan demikian, tidak lah benar pandangan bahwa amar tentang sesuatu
adalah nahi terhadap lawannya. Demikian pula sebaliknya.
Hubungan al-Nahy dengan Pelanggaran Perbuatan yang Dilarang

Para ulama berbeda pendapat mengenai larangan syara` terhadap suatu perbuatan, baik yang berupa ibadah maupun
muamalah, apakah larangan tersebut menunjukkan atas batalnya suatu pebuatan atau tidak. Dalam hal ini, ada tiga
pendapat sebagai berikut :

(1) Mazhab Hanafi berpendapat, bahwa larangan tidak menyebabkan batalnya suatu perbuatan, apalagi tidak memenuhi
rukun dan syaratnya dengan sempurna. Misalnya, orang yang berpuasa pada hari syak yang diragukan apakah sudah
memasuki bulan Ramadhan atau masih berada di bulan Sya`ban, ibadah puasanya sah, akan tetapi hukumnya makruh.
Orang yang berpuasa pada hari raya Idhul Fitri, puasanya sah akan tetapi hukumnya haram. Orang yang mengadakan
transaksi jual beli pada barang yang tidak dapat diserahkan, hukumnya adalah sah. Larangan meminang wanita yang telah
dipinang orang lain tidaklah menyebabkan batalnya akad pernikahan. Demikian juga larangan jual beli pada waktu azan salat
jumat, tidaklah menyebabkan batalnya transaksi jual beli tersebut. Semua akad di atas adalah sah, akan tetapi hukumnya
makruh.
Hubungan al-Nahy dengan Pelanggaran Perbuatan yang Dilarang

(2) Larangan menyebabkan batalnya suatu perbuatan, baik berupa ibadah maupun muamalah. Karena sahnya aqad dan
ibadah adalah bersumber dari hukum syara`, sedang larangan tidak mungkin dapat dipadukan dengan sahnya akad dan
ibadah. Sebab bila terjadi demikian, niscaya akan menyebabkan kontradiksi dalam hukum syara`, baik yang berkaitan dengan
ibadah maupun muamalah. Karena sahnya suatu hukum adalah bersumber dari perintah dan larangan syara`.

(3) Jika larangan tersebut berkenaan dengan ibadah, maka menyebabkan batalnya ibadah yang dikerjakan. Seperti larangan
berpuasa pada hari raya dan hari tasyri` menyebabkan batalnya iabadah puasa yang dikerjakan. Akan tetapi, jika larangan
tersebut berkenaan dengan muamalah, maka tidak menyebabkan batalnya akad. Seperti larangan jual beli pada waktu azan
salat jumat, membeli barang dagangan orang desa sebelum sampai di pasar dan sebagainya.
Nahy Menghendaki Rusaknya Perbuatan
Nahi menghendaki atau menunjukkan haram, segera untuk dilarangnya, kecuali ada qarinah-qarinah tertentu yang
tidak menghendaki hal tersebut [15] .

Contoh lafaz nahi yang menunjukkan haram:

QS. Al-An’am: 151 : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kemiskinan..”

QS. Al-Isra’: 37 : “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan girang..”

QS. Ali Imran : 130 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkonsumsi riba berlipat ganda..”

Pada dasarnya larangan itu menghendaki fasad (rusak) secara mutlak. Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda:

‫كل امر ليس عليه امرنا فهو رد‬


Artinya: “Setiap perkara yang tidak ada perintah kami, maka ia tertolak”.

Contohnya:

ً ِ‫ب‬6 ‫اح َش ًة َو َساء َس‬


Q.S.Al-Isra’: 32 :‫يال‬ ْ ‫ ْق َرب‬666‫َو َال َت‬
ِ 666‫ َان َف‬6‫ َك‬6ُ‫نَّه‬6ِ‫ل ِّزنَىإ‬66‫ُوا ا‬
ْ 6‫ َولَحْ ُم‬6‫ل َّد ُم‬66‫ا‬
ِ ‫ل ِخ ْن ِز‬66‫ا‬
Q.S.Al-Maidah : 3 :‫ير‬ ْ ‫ل َم ْيتَ ُة َو‬66‫ا‬
ْ 6‫ُح رِّ َم ْت َعلَ ْي ُك ُم‬6
Nahy dalam Kaidah Al-Qur’an
Dalam Al-Qur`an, nahi yang menggunakan kata larang itu mengandung beberapa maksud :

1. Untuk hukum haram

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra` ayat 33 :

ُ ‫ هَّللا‬6‫س الَّتِي َح َّر َم‬


َ ‫ا النَّ ْف‬6‫َواَل تَ ْقتُلُو‬

Artinya : “Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)”

2. Untuk makruh

Sebagaimana sabda Nabi dalam hadis :

Artinya : “di antara kamu sekalian jangan memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika buang air kecil”

3. Untuk mendidik

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 101 :

‫ا َع ْن أَ ْشيَا َء ِإ ْن تُ ْب َد لَ ُك ْم تَس ُْؤ ُك ْم‬6‫اَل تَسْأَلُو‬

Artinya : “janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu”.
Nahy dalam Kaidah Al-Qur’an
4. Untuk doa

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 8 :

‫َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إِ ْذ هَ َد ْيتَنَا‬

Artinya : “ya.... Tuhan kami janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah engkau memberi
petunjuk kepada kami.

5. Untuk merendahkan

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 88 :

‫ْك إِلَى َما َمتَّ ْعنَا بِه‬


َ ‫اَل تَ ُم َّد َّن َع ْينَي‬

Artinya :”Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah kami berikan
kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir).
Nahy dalam Kaidah Al-Qur’an

6. Untuk penjelasan akibat

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 42 :

َ ‫َواَل تَحْ َسبَ َّن هَّللا َ َغافِاًل َع َّما يَ ْع َم ُل الظَّالِ ُم‬


‫ون‬

Artinya : “janganlah sekali-sekali kamu Muhammad mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-
orang yang zhalim”.

7. Untuk keputusan

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Tahrim ayat 7 :

َ ‫اَل تَ ْعتَ ِذرُوا ْاليَ ْو َم ِإنَّ َما تُجْ َز ْو َن َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُو‬
‫ن‬6

Artinya : “hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini”.
Masa Berlakunya al-Nahy
Tuntutan Lafadz Nahy untuk Selamanya
Perbedaan pendapat ulama dalam hal apakah amar mutlak menuntut melakukan perbuatan
secara terus menerus (selamanya), berlaku pula dalam hal apakah nahy itu berlaku untuk
sepanjang masa atau tidak.

a. Ulama yang berpendapat bahwa amar tidak menunjukkan perintah mengerjakan untuk
selamanya berpendapat bahwa larangan juga tidak menunjukkan berlakunya larangan itu
untuk sepanjang masa. Tuntutan berlakunya untuk sepanjang masa tidak muncul dari
lafadz itu sendiri, tetapi dari dalil lain yang menyertainya.

b. Ulama yang berpendapat bahwa amar menuntut perintah mengerjakan untuk selamanya,
berpendapat bahwa nahy juga menuntut larangan sepanjang masa, namun dapat
menerima pembatasan waktu jika ada dalilnya.
- SE LESAI –
Terimakasih Atas perhatiannya.
Mohon maaf atas segala kesalahan kami.

Anda mungkin juga menyukai