Apa itu islam nusantara secara pendekatan sosiologis, filosofis, dan historis?
Bagaimana karakteristik islam nusantara berdasarkan fiqih, teologi, dan
tasawuf?
Bagaimana peran ulama (walisongo) dalam pengembangan islam nusantara?
Bagaimana praktek islam nusantara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara?
Apa pro dan kontra islam nusantara?
Pengertian Islam Nusantara
Islam Nusantara mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Dengan tasawuf, bentuk islam yang
diajarkan kepada para penuduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam
pikiran mereka yang sebelumnya memeluk agama hindu, sehingga ajaran islam
dengan mudah diterima mereka.
Peran Para Ulama (Walisongo) dalam Pengembangan
Islam Nusantara
Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis utama
dalam bidang dakwah islam di indonesia. Sekaligus pelopor penyiaran agama islam di nusantara ini.
Adapun kesembilan wali tersebut adalah :
1.Sunan Gresik (Syeikh Maulana Malik Ibrahim),
2.Sunan Ampel (Raden Rahmat),
3.Sunan Giri (Raden Paku),
4.Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim),
5.Sunan Drajat (Syeikh Syarifudin),
6.Sunan Kudus (Syekh Ja’far Shadiq),
7.Sunan Muria (Raden Umar Said),
8.Sunan Gunung Jati ( Sayid Syarif Hidayatullah), dan
9. Sunan Kalijaga (Raden Mahmud Syahid).
Para Wali ini mempunyai cara pendekatan da’wah yang beragam
diantaranya :
Pendekatan Teologis
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan kelembagaan
Pendekatan Sosial
Pendektan Kultural
Praktek Islam Nusantara dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara
Gagasan Islam Nusantara merupakan salah satu pemikiran yang khas untuk Indonesia dari dulu
dan saat ini. Secara historis, berdasarkan data-data filologis (naskah catatan tulis tangan),
keislaman orang Nusantara telah mampu memberikan penafsiran ajarannya sesuai dengan
konteksnya, tanpa menimbulkan peperangan fisik dan penolakan dari masyarakat.
Praktik keislaman Nusantara, seperti tahlilan, tujuh bulanan, muludan, bedug/kentongan
sesungguhnya dapat memberi kontribusi pada harmoni, keseimbangan hidup di masyarakat. Adat
yang tetap berpegang dengan syari’at Islam itu dapat membuktikan praktik hidup yang toleran,
moderat, dan menghargai kebiasaan pribumi
Pro dan Kontra Tentang Islam Nusantara
Istilah Islam Nusantara akhir-akhir ini mengundang banyak perdebatan sejumlah pakar ilmu-ilmu
keislaman. Sebagian menerima dan sebagian menolak. Alasan penolakan mungkin adalah karena istilah itu
tidak sejalan dengan dengan keyakinan bahwa Islam itu satu dan merujuk pada yang satu (sama) yaitu Al-
Qur’an danAs-Sunah.
Dalam pengertian hukum yang ini kita sah dan wajar menambahkan pada ‘Islam’ kata deiksis, seperti
Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Mesir, dan seterusnya. Makna Islam Nusantara tak lain adalah
pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika
antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara.
Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia pada saat itu tidak dalam kekosongan kultural peradaban
karena pada saat itu terdapat dua kerajaan besar seperti kerajaan Hindu dan kerajaan
Budha.
Sehingga Agama yang masih kuat dianut oleh masyarakat sebelum Islam datang ke
Indonesia, para walisongo menggabungkan kedua ajaran agama tersebut. Sehingga
sampai sekarang masih ada tradisi agama Hindu maupun agama Budha yang di kerjakan
sebagian masyarakat Indonesia.
Hal Ini masih diperbolehkan selama tidak melanggar Syariat Islam
TERIMA KASIH