Anda di halaman 1dari 19

Krisis Akuntansi

Cynthia Oktaviani (2019030015)


Krisis Akuntansi
Krisis akuntansi menurut para ahli dapat disimpulkan sebagai menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja seorang akuntan yang disebabkan oleh
maraknya kecurangan di laporan keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang mengarah pada profesi akuntan. Krisis atau menurunnya
kepercayaan dari masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh akuntan
publik di Indonesia semakin terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia serta fenomena kebangkrutan perusahaan, seperti kasus
Bank Mega, skandal Enron dan Worldcom di USA, yang melibatkan salah satu
big four, yaitu Arthur Andersen CPA.
Krisis Akuntansi
Di era saat ini profesi akuntan di fokuskan pada fungsi pemberian informasi, dan
penyajian informasi yang dapat dipercaya sehingga dapat dipergunakan untuk
kepentingan proses pengambilan keputusan.
Namun, kenyataannya banyak ditemukan laporan-laporan yang tidak sesuai
dengan harapan. Laporan keuangan dianggap hanya sebagai laporan yang
ditukangi, laporan yang memakai kosmetik, laporan yang dimasak, perataan laba,
earning management dan creative accounting. Para akuntan yang melakukan
perbuatan tercela ini telah mencoreng nama akuntan baik di level internasional
maupun nasional.
Krisis Akuntansi ditandai oleh :
• Pengurangan jasa akuntan dan auditing. Penurunan status sosial dari borjuis menjadi proletar, karena
ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya.
• Kehilangan monopoli atas jasa informasi akuntansi yang saat ini di supply oleh IT.
• Kecurangan dalam lingkungan akuntansi yang dilakukan pihak korporasi dan akuntan.
• Label ”tukang angka” yang semakin kental bagi akuntan, yang bisa menentukan jumlah laba rugi
perusahaan.
• Tugas-tugas akuntansi sudah bisa dilakukan oleh software yang user friendly sehingga tidak
memerlukan keahlian akuntansi lagi.
• Hasil proses ilmu pengetahuan-akademik sering tidak match dengan kebutuhan dan keinginan dunia
praktek.
Kasus Krisis Akuntansi (Kasus Enron dan
KAP ARTHUR ANDERSEN)
Diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham yang perusahaan terbitkan
tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang
dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat..
Kasus Krisis Akuntansi (Kasus Enron dan
KAP ARTHUR ANDERSEN) lanjutan
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman
dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan
keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan
akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam
memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti
para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan Enron. Enron telah
melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik
investor. Sedangkan Arthur Andersen yangbertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika
profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam
memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent
sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan.
Kasus Krisis Akuntansi (Lippo tahun
2002)
Bermula dari adanya tiga versi laporan keuangan yang ditemukan oleh Bapepam untuk periode 30
September 2002, yang masing- masing berbeda. Pertama, yang diberikan kepada publik atau
diiklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan ke BEJ pada 27 Desember
2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik
Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen
Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah
diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6
Januari 2003. Dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan AYDA (agunan yang diambil
alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8 triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan CAR
sebesar 4,23 %. Untuk laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat
kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut belum diaudit.
Kasus Krisis Akuntansi (PT. KAI tahun 2006)

Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) Hekinus Manao mengungkapkan


bahwa ada manipulasi laporan keuangan dalam PT KAI yang seharusnya
perusahaan mengalami kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan keuntungan.
Ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi
perusahaan tapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, hal itu memicu
adanya trik-trik akuntansi. Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau
untuk menandatangani laporan keuangan tersebut karena adanya ketidak-
benaran dalam laporan keuangan itu. Sehingga menyebabkan terpendingnya
RUPS.
Beberapa Faktor Hilangnya Kepercayaan
Publik Terhadap Akuntansi
Faktor penyebabnya kita bagi dalam tiga penyebab utama , yaitu :
a. Faktor internal disiplin ilmu akuntansi itu sendiri
b. Faktor eksternal dan kemajuan disiplin lain
c. Faktor individu pelaku dalam profesi akuntan itu.
1. Disiplin Ilmu Akuntansi
Disiplin ilmu akuntansi itu sendiri menjadi faktor penyebab mengapa
akuntansi itu semakin meredup tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar
yang semakin berkembang dan semakin canggih. Disiplin akuntansi
tradisional tidak mengandalkan teknologi dan tidak menyesuaikan diri
dengan tuntunan pasar menyebabkan ilmu akuntansi tidak tidak bisa
memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat yang berubah sehingga ia
ditinggalkan pemakainya dan beralih mencari sumber atau media lain.
2.Faktor Eksternal dan Kemajuan Disiplin
Lain
• Ilmu akuntansi adalah bagian dari ilmu informasi. Akuntansi adalah sistem informasi dan
menawarkan engineering dalam mengolah transaksi yang diwakili bukti , data, menjadi informasi
yang berguna bagi para pengambil keputusan. Sayangnya akuntansi tidak sendirian. Dalam ilmu
informasi ada ilmu teknologi komputer, ada ilmu teknologi komunikasi, ada audio visual, internet
dan sebagainya. Karena ilmu akuntansi menawarkan informasi maka mau tidak mau teknologi
tadi itu juga memengaruhi kepuasan orang terhadap ilmu akuntansi. Ilmu computer, audio visual,
komunikasi, internet misalnya bisa menjadi media penyampain informasi akuntansi melalui
internet dengan kecepatan, akurasi yang lebih baik. Dampak dari kemajuan teknologi ini
menyebabkan masyarakat memiliki pilihan lain selain produk akuntansi yang dampaknya adalah
peran akuntansi sebagaijasa untuk masyarakat menjadi berkurang. Ini yang
menyebabkan masyarakat mulai mengabaikan pelaporan akuntansi tradisonal
3.Faktor Individu Pelaku Dalam Profesi Akuntan

Kasus pelanggaran etika untuk memenuhi nafsu serakah para manajer,


konsultan dan akuntan menyebabkan salah satu kantor Akuntan Big one
Arthur Anderson terpaksa bubar yang berdampak kepada kehilangan
kepercayaan publik pada profesi ini. Kasus enron ini sangat berdampak
negatif pada profesi akuntan sehingga kepercayaan publik kepada profesi
akuntan berada pada titik nadir titik yang paling rendah. Wajar saja
kepercayaan publik terhadap profesi akuntan hilang dan sukar untuk
membangunnya kembali.
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
1. Untuk mengukur dampak kegiatas perusahaan terhadap sosial dan
lingkungan disarankan menerapkan Socio Economic Accounting (SEA) atau
Akuntansi Lingkungan, Akuntansi Sosial Ekonomi, Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial.
2. Untuk mengukur aset intangible khususnya intelectual capital disarankan
menggunakan akuntansi Modal Intelektual atau Akuntansi Intangible Asset.
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
3. Untuk mengatasi dampak inflasi terhadap kegunaan laporan keuangan
disarankan menggunakan Akuntansi Inflasi atau menggunakan metode
pengukuran “ Current Value Accounting” atau “ Fair value Accounting”
4. Untuk melaporkan hal-hal diluar angka keuangan maka dibuat informasi
atau laporan nonkeuangan atau pengungkapan lain yang lebih lengkap
melalui konsep “ full disclosure” bukan hanya informasi keuangan,tetapi
juga informasi non keuangan
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
5. Untuk menggambarkan kontribusi semua pihak dalam penciptaan nilai
tambah yang dihasilkan perusahaan sehingga lebih menggambarkan
keadilan kepada semua pihak maka diusulkan menggunakan “Value added
Reporting” atau pelaporan nilai tambah
6. Untuk menampung keyakinan dan ideologi yang berbeda dari akuntansi
kapitalis diusulkan menggunakan akuntansi dengan basis ideologi sendiri
misalnya akuntansi syariah, akuntansi sosialis, akuntansi buddha, akuntansi
hindu (jika ada) dan sebagainya.
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
7. Untuk meningkatkan kegunaan laporan keuangan DiPiazza Jr dan Eccles (2002)
mengusulkan teori “ Reexamining the corporate reporting supply chain”. Mereka menilai
dari mata rantai penyiapan laporan keuangan sehingga mata rantai satu demi satu dijamin
memberikan informasi yang berkualitas dan bermanfaat sesuai kebutuhan
konsumen.Mereka juga mengusulkan agar penerapan standar akuntansi yang berjenjang
ada akuntansi untuk seluruh dunia,standar akuntansi untuk industri khusus,dan standar
akuntansi khusus untuk perusahaan.
8. Memiliki standar akuntansi internasional yang seragam untuk semua sehingga laporan
keuangan diseluruh dunia bisa diperbandingkan.Ini merupakan usul dari akuntansi
internasional melalu pemberlakuan IFRS di seluruh dunia dan usul Organisasi G-20
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
9. Melakukan reformasi dalam kerangka konsep teori akuntansi yang akan
dilaksanakan FASB dan IASB dan dukungan organisasi lainnya baik dari amerika
maupun dari organisai internasional.Ide ini yang sebenernya lebih masuk akal untuk
menyelesaikan semua permasalahan rumit yang dikandung disiplin akuntansi saat ini
10. Memanfaatkan teknologi komputer,teknologi website untuk melaporkan posisi
dan hasil keuangan perusahaan secara cepat dan tepat misalnya melalui XBRL
(Extensive Business Reporting Language) sehingga pemakai laporan lebih mudah
mengetahui posisi dan hasil usaha keuangan perusahaan,lebih cepat,bisa
mendapatkan hasil analisis laporan keuangan sesuai kebutuhan investor.
SARAN UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK
11. Membentuk standar akuntansi yang lebih berkualitas dengan transparasi,
sehingga sesuai pembuatan keputusan penggunanya.
12. Melakukan penurunan asimetri informasi yang diharapkan dapat
mengurangi konflik keagenan,sehingga laporan keuangan yang disajikan tidak
mengandung manipulasi dan lebih dapat diandalkan.
13. Membangun sikap profesionalitas dalam melakukan pekerjaannya dengan
menerapkan kode etik profesi terutama dalam hal independensi dan
mementingkan kepentingan publik.
Kesimpulan
Sebenarnya masih banyak ide dan pendapat yang muncul untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi akuntansi yang mengalami keterpurukan ini baik dari pribadi, akademisi,
praktisi bahkan dari lembaga-lembaga resmi yang merupakan bagian dari profesi
akuntan. Keberadaan profesi akuntan dan disiplin akuntansi ini tidak terlepas dari
kebutuhan masyarakat akan informasi yang dapat dipercaya yang merupakan bagian
terpenting dalam proses pengambilan keputusan di pasar modal dan aktivitas bisnis.
Akuntansi dan profesi akuntan harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat ini jika
profesi dan ilmu akuntansi ingin tetap hidup,jika amanah dan kontrak sosial ini diabaikan
maka sama artinya dengan mengubur-disiplin akuntansi dan profesi akuntan ini dari
kamus masyarakat yang membutuhkannya.

Anda mungkin juga menyukai