Krisis Akuntansi Krisis akuntansi menurut para ahli dapat disimpulkan sebagai menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja seorang akuntan yang disebabkan oleh maraknya kecurangan di laporan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengarah pada profesi akuntan. Krisis atau menurunnya kepercayaan dari masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh akuntan publik di Indonesia semakin terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta fenomena kebangkrutan perusahaan, seperti kasus Bank Mega, skandal Enron dan Worldcom di USA, yang melibatkan salah satu big four, yaitu Arthur Andersen CPA. Krisis Akuntansi Di era saat ini profesi akuntan di fokuskan pada fungsi pemberian informasi, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan proses pengambilan keputusan. Namun, kenyataannya banyak ditemukan laporan-laporan yang tidak sesuai dengan harapan. Laporan keuangan dianggap hanya sebagai laporan yang ditukangi, laporan yang memakai kosmetik, laporan yang dimasak, perataan laba, earning management dan creative accounting. Para akuntan yang melakukan perbuatan tercela ini telah mencoreng nama akuntan baik di level internasional maupun nasional. Krisis Akuntansi ditandai oleh : • Pengurangan jasa akuntan dan auditing. Penurunan status sosial dari borjuis menjadi proletar, karena ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya. • Kehilangan monopoli atas jasa informasi akuntansi yang saat ini di supply oleh IT. • Kecurangan dalam lingkungan akuntansi yang dilakukan pihak korporasi dan akuntan. • Label ”tukang angka” yang semakin kental bagi akuntan, yang bisa menentukan jumlah laba rugi perusahaan. • Tugas-tugas akuntansi sudah bisa dilakukan oleh software yang user friendly sehingga tidak memerlukan keahlian akuntansi lagi. • Hasil proses ilmu pengetahuan-akademik sering tidak match dengan kebutuhan dan keinginan dunia praktek. Kasus Krisis Akuntansi (Kasus Enron dan KAP ARTHUR ANDERSEN) Diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham yang perusahaan terbitkan tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.. Kasus Krisis Akuntansi (Kasus Enron dan KAP ARTHUR ANDERSEN) lanjutan Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan Enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yangbertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan. Kasus Krisis Akuntansi (Lippo tahun 2002) Bermula dari adanya tiga versi laporan keuangan yang ditemukan oleh Bapepam untuk periode 30 September 2002, yang masing- masing berbeda. Pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan AYDA (agunan yang diambil alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8 triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23 %. Untuk laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut belum diaudit. Kasus Krisis Akuntansi (PT. KAI tahun 2006)
Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) Hekinus Manao mengungkapkan
bahwa ada manipulasi laporan keuangan dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan keuntungan. Ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi perusahaan tapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, hal itu memicu adanya trik-trik akuntansi. Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau untuk menandatangani laporan keuangan tersebut karena adanya ketidak- benaran dalam laporan keuangan itu. Sehingga menyebabkan terpendingnya RUPS. Beberapa Faktor Hilangnya Kepercayaan Publik Terhadap Akuntansi Faktor penyebabnya kita bagi dalam tiga penyebab utama , yaitu : a. Faktor internal disiplin ilmu akuntansi itu sendiri b. Faktor eksternal dan kemajuan disiplin lain c. Faktor individu pelaku dalam profesi akuntan itu. 1. Disiplin Ilmu Akuntansi Disiplin ilmu akuntansi itu sendiri menjadi faktor penyebab mengapa akuntansi itu semakin meredup tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar yang semakin berkembang dan semakin canggih. Disiplin akuntansi tradisional tidak mengandalkan teknologi dan tidak menyesuaikan diri dengan tuntunan pasar menyebabkan ilmu akuntansi tidak tidak bisa memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat yang berubah sehingga ia ditinggalkan pemakainya dan beralih mencari sumber atau media lain. 2.Faktor Eksternal dan Kemajuan Disiplin Lain • Ilmu akuntansi adalah bagian dari ilmu informasi. Akuntansi adalah sistem informasi dan menawarkan engineering dalam mengolah transaksi yang diwakili bukti , data, menjadi informasi yang berguna bagi para pengambil keputusan. Sayangnya akuntansi tidak sendirian. Dalam ilmu informasi ada ilmu teknologi komputer, ada ilmu teknologi komunikasi, ada audio visual, internet dan sebagainya. Karena ilmu akuntansi menawarkan informasi maka mau tidak mau teknologi tadi itu juga memengaruhi kepuasan orang terhadap ilmu akuntansi. Ilmu computer, audio visual, komunikasi, internet misalnya bisa menjadi media penyampain informasi akuntansi melalui internet dengan kecepatan, akurasi yang lebih baik. Dampak dari kemajuan teknologi ini menyebabkan masyarakat memiliki pilihan lain selain produk akuntansi yang dampaknya adalah peran akuntansi sebagaijasa untuk masyarakat menjadi berkurang. Ini yang menyebabkan masyarakat mulai mengabaikan pelaporan akuntansi tradisonal 3.Faktor Individu Pelaku Dalam Profesi Akuntan
Kasus pelanggaran etika untuk memenuhi nafsu serakah para manajer,
konsultan dan akuntan menyebabkan salah satu kantor Akuntan Big one Arthur Anderson terpaksa bubar yang berdampak kepada kehilangan kepercayaan publik pada profesi ini. Kasus enron ini sangat berdampak negatif pada profesi akuntan sehingga kepercayaan publik kepada profesi akuntan berada pada titik nadir titik yang paling rendah. Wajar saja kepercayaan publik terhadap profesi akuntan hilang dan sukar untuk membangunnya kembali. SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 1. Untuk mengukur dampak kegiatas perusahaan terhadap sosial dan lingkungan disarankan menerapkan Socio Economic Accounting (SEA) atau Akuntansi Lingkungan, Akuntansi Sosial Ekonomi, Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. 2. Untuk mengukur aset intangible khususnya intelectual capital disarankan menggunakan akuntansi Modal Intelektual atau Akuntansi Intangible Asset. SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 3. Untuk mengatasi dampak inflasi terhadap kegunaan laporan keuangan disarankan menggunakan Akuntansi Inflasi atau menggunakan metode pengukuran “ Current Value Accounting” atau “ Fair value Accounting” 4. Untuk melaporkan hal-hal diluar angka keuangan maka dibuat informasi atau laporan nonkeuangan atau pengungkapan lain yang lebih lengkap melalui konsep “ full disclosure” bukan hanya informasi keuangan,tetapi juga informasi non keuangan SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 5. Untuk menggambarkan kontribusi semua pihak dalam penciptaan nilai tambah yang dihasilkan perusahaan sehingga lebih menggambarkan keadilan kepada semua pihak maka diusulkan menggunakan “Value added Reporting” atau pelaporan nilai tambah 6. Untuk menampung keyakinan dan ideologi yang berbeda dari akuntansi kapitalis diusulkan menggunakan akuntansi dengan basis ideologi sendiri misalnya akuntansi syariah, akuntansi sosialis, akuntansi buddha, akuntansi hindu (jika ada) dan sebagainya. SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 7. Untuk meningkatkan kegunaan laporan keuangan DiPiazza Jr dan Eccles (2002) mengusulkan teori “ Reexamining the corporate reporting supply chain”. Mereka menilai dari mata rantai penyiapan laporan keuangan sehingga mata rantai satu demi satu dijamin memberikan informasi yang berkualitas dan bermanfaat sesuai kebutuhan konsumen.Mereka juga mengusulkan agar penerapan standar akuntansi yang berjenjang ada akuntansi untuk seluruh dunia,standar akuntansi untuk industri khusus,dan standar akuntansi khusus untuk perusahaan. 8. Memiliki standar akuntansi internasional yang seragam untuk semua sehingga laporan keuangan diseluruh dunia bisa diperbandingkan.Ini merupakan usul dari akuntansi internasional melalu pemberlakuan IFRS di seluruh dunia dan usul Organisasi G-20 SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 9. Melakukan reformasi dalam kerangka konsep teori akuntansi yang akan dilaksanakan FASB dan IASB dan dukungan organisasi lainnya baik dari amerika maupun dari organisai internasional.Ide ini yang sebenernya lebih masuk akal untuk menyelesaikan semua permasalahan rumit yang dikandung disiplin akuntansi saat ini 10. Memanfaatkan teknologi komputer,teknologi website untuk melaporkan posisi dan hasil keuangan perusahaan secara cepat dan tepat misalnya melalui XBRL (Extensive Business Reporting Language) sehingga pemakai laporan lebih mudah mengetahui posisi dan hasil usaha keuangan perusahaan,lebih cepat,bisa mendapatkan hasil analisis laporan keuangan sesuai kebutuhan investor. SARAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN PUBLIK 11. Membentuk standar akuntansi yang lebih berkualitas dengan transparasi, sehingga sesuai pembuatan keputusan penggunanya. 12. Melakukan penurunan asimetri informasi yang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan,sehingga laporan keuangan yang disajikan tidak mengandung manipulasi dan lebih dapat diandalkan. 13. Membangun sikap profesionalitas dalam melakukan pekerjaannya dengan menerapkan kode etik profesi terutama dalam hal independensi dan mementingkan kepentingan publik. Kesimpulan Sebenarnya masih banyak ide dan pendapat yang muncul untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi akuntansi yang mengalami keterpurukan ini baik dari pribadi, akademisi, praktisi bahkan dari lembaga-lembaga resmi yang merupakan bagian dari profesi akuntan. Keberadaan profesi akuntan dan disiplin akuntansi ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat akan informasi yang dapat dipercaya yang merupakan bagian terpenting dalam proses pengambilan keputusan di pasar modal dan aktivitas bisnis. Akuntansi dan profesi akuntan harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat ini jika profesi dan ilmu akuntansi ingin tetap hidup,jika amanah dan kontrak sosial ini diabaikan maka sama artinya dengan mengubur-disiplin akuntansi dan profesi akuntan ini dari kamus masyarakat yang membutuhkannya.