Kelompok 6 :
Kelas : 7E
Dosen Pengampu :
apt. Hanafis Sastra Winata, S. Farm., M.Si.
Pengertian Bahan Pelarut
Pelarut adalah suatu substansi (biasanya cair pada suhu ruangan) yang melarutkan
subastansi lain sehingga menjadi suatu larutan yang homogen. Pelarut paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut
pelarut organik.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Banyak pelarut
yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan, antara lain proses ekstraksi:
minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi, pigmen dan produk-produk lainnya dari
sumber alam.
Klasifikasi Bahan Pelarut
01 02
Bahan Pelarut Organik Bahan Pelarut Anorganik
Merupakan pelarut yang tidak
Umumnya dapat ditemukan memiliki komponen organik di
pada senyawa alkohol seperti : dalamnya. Amonia dan asam
eter, ester, keton dan sulfat merupakan kedua zat
sebagainya. yang termasuk anorganik.
Fungsi Bahan Pelarut Dalam
Kehidupan Sehari-Hari
Fungsi Bahan Pelarut Organik
1. Thinner cat
2. Penghilang cat kuku atau aseton
3. Pelarut lem
4. Penghilang noda
5. Bahan dasar parfum
6. Deterjen
Fungsi Bahan Pelarut Anorganik
● Pupuk
Baterai mobil
Bensin
Pewarna
Sejumlah dampak yang bisa
Namun, dalam penggunaan terjadi dari penggunaan yang
sehari-hari, kita tetap perlu berlebihan dan salah dapat
menyebabkan kanker dan
memperhatikan takaran
kerusakan pada ginjal, hati
penggunaannya, karena dan sistem saraf.
penggunaan yang salah juga
dapat berdampak bagi
kesehatan.
Macam – Macam Bahan Pelarut
yang Dapat Bersifat Toksik
1. Hidrokarbon-hidrokarbon
Petroleum
Mekanisme terjadinya keracunan :
Hidrokarbon dengan Berat Molekul
mudah menguap, dan masuk ke dalam
tubuh manusia melalui paruparu.
Menyebabkan depresi Susunan Syaraf
Pusat, menyebabkan gejala-gejala seperti
mabuk.
Lanjutan 2. Hidrokarbon Aromatis
a. Benzena
Mekanisme terjadinya keracunan : bersifat iritasi yang kuat terhadap kulit, mata
dan saluran pernafasan. Pemaparan biasanya dibatasi oleh ketidaksadaran
pekerja yang menginhalasinya dalam dosis yang berbahaya. Asetaldehid
digunakan secara luas di industri. Secara toksikologi, bukan merupakan ancaman
yang serius, namun terhadap binatang menunjukkan efek teratogenik dan
embriotoksik.
.
Lanjutan 8. Keton
A. koma
Periksalah apakah penderita masih bernafas teratur sekitar 20
kali semenit. Bila tidak bernafas maka perlu dilakukan
pernafasan buatan. Jangan diberi minum apa-apa, dan hanya
boleh dirangsang secara fisik untuk membangunkan seperti
mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di atas tulang
dada (sternum). Obat perangsang seperti kafein tidak boleh
diberikan persuntikan. Bila muntah, tidurkanlah telungkup
supaya muntahan tidak terhirup dalam paru-paru.
Lanjutan B. Kejang
Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang
enak dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai
tidak boleh terlalu keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda
yang tidak keras supaya lidah tidak tergigit. Penderita keracunan
dengan kejang harus diberi diazepam intravena dengan segera, namun
perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat membahayakan.
Manajemen Penderita Keracunan
- Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera dengan sabun dan
air yang banyak. Begitu pula bila kena mata, Jangan
menggunakan zat pembersih lain selain air.
- Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan
pernafasan buatan sampai dapat bernafas sendiri. Bila tanda-
tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak dibenarkan
meniup ke dalam mulut penderita.
- Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan
penderita bila sadar. Memuntahkan dapat dengan merogoh
tenggorokan (jangan sampai melukai).
Lanjutan