Anda di halaman 1dari 29

Organisasi Masyaraka

t Keagamaan
Kelompok 10:
Zuyyina Amalia Mustaqim
01 (2102056094)
Elvina Nabila Setyaningtyas
02 (2102056109)
Muhammad Naufal hardinana
03 (2102056105)
Pembahasan
01 Sejarah Nu-Muhammadiyah

02 Hukum Tajrih dan Metode Manhaji

Kebijakan Publik dalam Pandangan Nu-


03 Muhammadiyah

04 Pebedaan NU-Muhammadiyah
Sejarah
Nu-Muhammadiyah
Majlis Tarjih Muhammadiyah Secara kelembagaan Majlis Tarjih berdiri p
ada tahun 1927 M. Pendirian lembaga ini didasari atas semakin berkembang
nya Muhammadiyah secara organisasi yang berimplikasi kepada banyaknya
anggota.
Peningkatan jumlah anggota ini sekaligus memicu timbulnya perselisiha
n paham mengenai masalah-masalah keagamaan, terutama yang berhubun
gan dengan fiqh.Untuk mengantisipasi meluasnya perselisihan tersebut, sert
a menghindari adanya peperpecahan antar warga Muhammadiyah, maka pa
ra pengurus persyarikatan ini melihat perlu adanya lembaga yang memiliki ot
oritas dalam bidang hukum.
Melalui keputusan konggres ke 16 di Pekalongan, berdirilah lembaga M
ajlis Tarjih Muhammadiyah. Pada tahap-tahap awal, tugas Majlis Tarjih, hany
alah sekedar memilih-milih antar beberapa pendapat yang ada dalam khaza
nah pemikiran Islam, yang dipandang lebih kuat.
Di kemudian hari, karena perkembangan masyarakat dan jumlah persoa
lan yang dihadapinya semakin banyak dan kompleks, dan tentunya jawaban
nya tidak selalu ditemukan dalam khazanah pemikiran Islam klasik, maka ko
nsep tarjih Muhammadiyah mengalami pergeseran yang cukup signifikan
Dengan pergeseran yang signifikan tersebut, kemudian mengalami
perluasan menjadi ”usaha-usaha mencari ketentuan hukum bagi masala
h-maasalah baru yang sebelumnya tidak atau belum pernah ada diriway
atkan qaul ulama mengenainya”. Usaha-usaha tersebut dalam kalangan
ulama ushul fiqh lebih dikenal dengan nama “ijtihad“.
Dalam perjalanannya Majlis Tarjih pada tahun 1995 berubah namanya
menjadi Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (tadjid). Penamba
han nama secara tidak langsung memberikan ruang yang lebih besar kepad
a lembaga ini untuk melakukan kajian tentang Islam, tidak hanya berkutat ke
pada persoalan fiqhiyyah akan tetapi pada persoalan di luar fiqih
Adapun tugas-tugas Majlis Tarjih
Dalam Qa’idah Majlis Tarjih 1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan Pimpinan Pusat Mu
hammdiyah No. 08/SKPP/I.A/8.c/2000, Bab II pasal 4

Mempergiat pengkajian Menyampaikan fatwa dan


01 dan penelitian ajaran Islam 02 pertimbangan kepada
dalam rangka pelaksanaan Pimpinan Persyarikatan guna
tajdid dan antisipasi menentukan kebijaksanaan
perkembangan dalam menjalankan
masyarakat kepemimpinan serta
membimbing umat,
khususnya anggota dan
keluarga Muhammadiyah
Mendampingi dan Membantu Pimpinan
03 04
membantu Pimpinan Persyarikatan dalam
Persyarikatan dalam mempersiapkan dan
membimbing anggota meningkatkan kualitas ulama
melaksanakan ajaran
Islam

05 Mengarahkan perbedaan
pendapat/faham dalam bidang
keagamaan ke arah yang lebih
maslahat.
BAHTSUL
MASAIL NU
Martin van Bruinessen berpendapat bahwa
tradisi bahtsul masail yang berkembang di
kalangan NU bukanlah murni dari gagasan para
kyai-kyai NU.Jauhsebelum bahtsul masail
berkembang di kalangan NU, tradisi seperti itu
Di lembaga pesantren forum
telah ada di Tanah Suci yang disebut dengan
Bahtsul Masa’il yang
tradisi halaqah.Ide bahtsul masail menurutnya
terinspirasi model halaqah
adalah tradisi yang diimport dari Tanah Suci
dari tanah suci terus
Makkah
dilaksanakan dan
dikembangakan oleh
kalangan pesantren.Sehingga
bisa dikatakan bahwa jauh
sebelum NU berdiri,
pesantren-pesantren beserta
kyainya telah mempraktekkan
model halaqah untuk
memperoleh hukum dari kitab-
kitab kuning yang sehari-hari
dipelajarinya
Pada awalnya Bahtsul Masa’il yang ada di NU
tidak dilembagakan layaknya sebuah organisasi
yang mempunyai struktur organisaai dan agenda
resmi. Namun untuk menjadikan Bahtsul Masa’il
menjadi wadah yang lebih dinamis, maka pada
muktamar ke 18 di Yogyakarta tahun 1989, komisi
I yang membidangi Bahtsul Masa’il
merekomendasikan kepada PBNU untuk
mendirikan “Lajnah Bahtsul Masail Diniyah”
(lembaga pengkajian masalah-masalah agama)
sebagai lembaga permanen yang khusus
menangani persoalan keagamaan
Hukum Tajrih
Prinsip kembali al-Qur’an dan hadits merupakan
bagian dari isu sentral gerakan Muhammadiyah.Ini
dimaknai sebagai keseluruhan sikap hidup, amalan dan
pemikiran Muhammadiyah yang harus didasarkan
kepada dua sumber di atas.
Bagi Muhammadiyah alQur’an menempati
posisi tertinggi sebagai dasar pengambilan
hukum, sementara hadits berfungsi sebagai
penjelas terhadap al-Qur’an.Lantas,
bagaimana dengan ra’yu (nalar)?.
Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih
Dalam Muktamar Khusus Majlis Tarjih di Yogyakarta pada awal tahun 1955

Tidak mengikatkan diri kepada


01 suatu madzhab, akan tetapi
02 Dalam memutuskan sesuatu
pendapat-pendapat madzhab, keputusan, dilakukan dengan cara
dapat menjadi bahan musyawarah
pertimbangan dalam
menentukan hukum.
Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih
Dalam Muktamar Khusus Majlis Tarjih di Yogyakarta pada awal tahun 1955

Berprinsip terbuka dan toleran,


03 serta tidak beranggapan bahwa Di dalam masalah aqidah (Tauhid),
04 hanya dipergunakan dalil-dalil
hanya majlis Tarjih yang paling
benar. mutawatir
Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih
Dalam Muktamar Khusus Majlis Tarjih di Yogyakarta pada awal tahun 1955

Menggunakan asas “ saddu al- Pengunaaan dalil- dalil untuk


daraI’ “ untuk menghindari menetapkan suatu hukum ,
05 terjadinya fitnah dan 06 dilakukan dengan cara
mafsadah. konprehensif , utuh dan bulat.
Tidak terpisah.
Metode Manhaji
Metode manhaji adalah suatu cara
menyelesaikan masalah keagamaan
yang ditempuh Lajnah Bahtsul Masa’il
dengan mengikuti jalan pikiran dan
kaidah penetapan hukum yang telah
disusun imam mazhab.Metode manhaji
ini merupakan metode yang relatif baru
dikembangkan dalam bahtsul masail.
Bagi kalangan NU istinbath
dengan cara merujuk kepada
sumber al-Qur’an dan sunnah
adalah identik dengan “ijtihad”
yang oleh ulama NU dirasa sangat
sulit karena keterbatasan-
keterbatasan yang disadari oleh
mereka. Terutama di bidang ilmu-
ilmu penunjang dan pelengkap
yang harus dikuasai.
Kebijakan Publik
dalam
Pandangan Nu-Muhammadiyah
Kebijakan publik merupakan proses komunikasi atau proses interaksi dua
arah antara pemerintah dengan warga. Baik NU maupun Muhammadiyah, dalam
hal ini berusaha memposisikan dirinya sebagai “jembatan” antara pemerintah
dengan warga dalam proses pembuatan kebijakan publik. Dengan kata lain, NU
atau Muhammadiyah yang mengklaim memiliki anggota cukup banyak di Kudus
berupaya menyambungkan kepentingan anggotanya dengan para pengambil
kebijakan yang ada di pemerintah.
Perbedaan NU
dan
Muhammadiyah
Perbedaan NU dan Muhammadiyah
dalam Hal
Pengaruh Guru
Nahdlatul Ulama
01 Membaca Qunut dalam sholat Subuh
02 Membaca Sholawat/puji-pujian setelah Adzan
03 Tarawih 20 Rakaat

04 Niat puasa dengan membaca nawaitu sauma ghadin dengan jahr,


niat berwudulu dengan nawaitu Wudu’a lirafil hadats
05 Niat shalat dengan membaca Ushalli 

06 Tahlilan, Dibaiyah, barjanzi dan selamatan (kenduren)

07 Bacaan Dzikir setelah sholat dengan suara Nyaring


Muhammadiyah:
01 Tidak membaca Qunut dalam Shalat Subuh
02 Tidak membaca puji-pujian/sholawat
03 Tarawih 8 rakaat

04 Niat Shalat tidak membaca Ushalli

05 Niat Puasa dan Wudlu tanpa dijahr-kan.

06 Tidak boleh Tahlilan, Dibaiyah, Berjanzi dan Selamatan


(kenduren)

07 Dzikir setelah shalat dengan suara pelan


Thank you

Anda mungkin juga menyukai