Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK

DIAGNOSIS
VIRUS COVID-19

Oleh Kelompok 2
Nama Anggota Kelompok 2

● Ida Ayu Gayatri Dwipayanti (2048202003)


● Ni Made Lidya Kartika Putri (2048202005)
● Ida Ayu Mas Pradnya Dewi (2048202007)
● Ni Kadek Widya Santi (2048202012)
● Putu Tiara Zabrina (2048202015)
VIRUS COVID
ITU APASIH ?
PENGERTIAN
Virus Corona atau severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) adalah virus yang
menyerang sistem pernapasan.
Penyakit karena infeksi virus ini
disebut COVID-19. Virus Corona
bisa menyebabkan gangguan ringan
pada sistem pernapasan, infeksi
paru-paru yang berat, hingga
kematian.
MENGENAL GEJALA
SEBELUM DIAGNOSIS
COVID-19
Sebelum melakukan diagnosis terhadap COVID-19, pasien dan tenaga
kesehatan perlu mengenali gejalanya terlebih dahulu. Secara umum,
infeksi coronavirus menimbulkan gejala berupa:

1 Demam Tinggi 4 Sakit Tenggorokan

2 Batuk
5 Sakit Kepala

3 Hidung Meler 6 Tidak Enak Badan


HARUSKAH KITA
MENGIKUTI TES
DIAGNOSIS?
Tes diagnosis awalnya ditujukan bagi orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan atau pernah bepergian ke wilayah terdampak
wabah. Mengingat tingginya risiko penularan di lokasi tes dan
terbatasnya alat, tes diagnosis kini diprioritaskan bagi kelompok
berikut:
1. KELOMPOK A: Kelompok ini terdiri dari Orang Dalam
Pemantauan (ODP) yang baru pulang dari zona merah, Pasien
Dalam Pengawasan (PDP) beserta keluarganya, dan tenaga
kesehatan yang terpapar pasien selama perawatan.
2. KELOMPOK B: Kelompok ini berisikan orang-orang yang
harus berinteraksi dengan orang banyak karena tuntutan
pekerjaan. Mereka rawan tertular sehingga disarankan menjalani
rapid test untuk diagnosis awal.
3. KELOMPOK C: Kelompok ini terdiri atas masyarakat yang
tidak termasuk kelompok A ataupun B, tapi menunjukkan gejala
mirip COVID-19.
Metode Diagnosis
COVID-19
Alur diagnosis COVID-19 mulanya terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama yakni rapid
test sebagai metode deteksi awal,
sedangkan tahap selanjutnya adalah tes
polymerase chain reaction (PCR) dengan
menggunakan sampel cairan tubuh pasien.
Namun, saat ini sudah ada Teknik baru,
yaitu: swab antigen, CT scan thorax, serta
uji serologi dan imunologi.
TAHAPAN
DIAGNOSIS COVID-
19
RAPID TEST
Metode skrining awal untuk mengetahui keberadaan
antibodi dalam tubuh yang digunakan untuk melawan
virus penyebab COVID-19.
Langkah – Langkah Pemeriksaan :
1. Petugas akan mengambil sampel darah dari jari
pasien, lalu diteteskan ke alat
2. Sampel darah pada alat rapid test lalu ditetesi
kembali dengan cairan untuk mendeteksi antibodi.
3. Setelah 10-15 menit, akan muncul hasil berupa garis
pada alat tersebut.
4. Jika hasilnya positif, artinya pasien pernah terpapar
virus dan saat ini sedang terinfeksi. Meski cepat, rapid
test rentan memberikan hasil negatif. Ini disebabkan
karena antibodi baru terbentuk setelah 6-7 hari sejak
terpapar virus. Maka dari itu, pasien negatif perlu
menjalani rapid test kedua pada 7-10 setelah tes
pertama.
Real time polymerase chain reaction (RT-PCR)
RT-PCR merupakan tes diagnosis COVID-19 yang lebih akurat dari rapid test. Tes ini
dilakukan dengan mempelajari susunan genetika virus dalam laboratorium untuk
mengetahui keberadaan virus dalam tubuh. Langkah - Langkah Pemeriksaan :
1. Pertama-tama, petugas kesehatan akan mengambil sampel air liur serta cairan dari
tenggorokan dan saluran pernapasan bawah
2. Sampel kemudian disimpan terlebih dulu dalam suhu dingin sebelum diperiksa.
3. Setelah sampel tiba di laboratorium, para peneliti akan mengeluarkan asam nukleat
yang menyimpan genom virus.
4. Mereka lalu memperkuat bagian genom yang hendak diteliti dengan teknik reverse
transcription polymerase chain reaction. Teknik reverse transcription polymerase chain
reaction membuat sampel virus menjadi lebih besar sehingga bisa dibandingkan dengan
susunan genetik SARS-CoV-2. Ada 100 asam nukleat dan dua gen yang diteliti dari virus
ini. Jika sampel virus pasien memiliki dua gen tersebut, hasil tes dinyatakan positif.
Real time polymerase chain reaction (RT-PCR)
Swab Antigen
Rapid test antigen dan swab antigen adalah jenis
tes yang sama. Disebut rapid test antigen, karena
tes untuk mendeteksi virus corona tersebut dapat
memberikan hasil diagnosis yang cepat, yaitu
hanya dalam waktu 15 menit. Sementara yang lain
menyebutnya dengan swab antigen, karena tes
tersebut dilakukan dengan metode swab atau usap
untuk mengambil sampel dari sekresi hidung dan
tenggorokan. Namun, baik rapid test
antigen maupun swab antigen adalah jenis tes
antigen yang sama dan dirancang untuk mendeteksi
protein tertentu dari virus yang memunculkan
respons kekebalan tubuh.
CT SCAN THORAX
Teknologi CT scan akan menyusun sejumlah
gambar menjadi gambar tiga dimensi yang rinci.
Radiolog bisa melihat hasil pemindaian itu pada
monitor komputer atau cetakan dari printer dan
menginterpretasikan sebagai penunjang diagnosis
dokter. Para pakar di Amerika Serikat
menemukan pemeriksaan CT scan sebagai
metode terbaik untuk mendeteksi pasien Covid-
19 pada tahap awal. Mereka menyatakan hasil
CT scan sangat akurat karena organ dalam bisa
terlihat dalam format tiga dimensi. Dengan 1. hasil foto rontgen dengan sinar-x
demikian, dokter bisa melihat berbagai tanda dan menunjukkan paru-parunya tampak putih.
gejala beragam penyakit, termasuk Covid. Bagian putih yang dilihat pada paru-paru
orang yang tidak divaksinasi adalah
kerusakan yang disebabkan oleh virus
UJI SEROLOGI DAN IMUNOLOGI

Uji Biosensor

Lateral Flow Luminesen


Immunoassay Immunoassay
(LFIA)

ELISA
Netralisasi Assay
(Enzyme-linked
immunosorbent assay)
UJI SEROLOGI DAN IMUNOLOGI
Uji serologi merupakan uji dengan
menggunakan antibodi yang terbentuk ketika
terinfeksi virus seperti imunoglobulin G
(IgG) dan imunoglobulin M (IgM), sehingga
uji ini disebut juga uji antibodi. Pengujian
serologi sangat penting untuk
mengidentifikasi pasien aktif, orang tanpa
gejala (OTG) atau pasien sembuh dan
surveilan populasi. Hasil pengujian dapat
digunakan untuk menganalisis dan
memperkirakan epidemiologi dan virologi
SARS-CoV-2 serta membantu mengatasi
wabah pandemic.
1. Lateral Flow Immunoassay (LFIA)
Lateral flow immunoassay (LFIA) merupakan metode rapid test yang dikembangkan untuk
diagnosis COVID-19. Uji lateral flow immunoassay (LFIA) cara kerjanya seperti uji
kromatografi kualitatif (dengan hasil positif atau negatif), berukuran kecil, portabel dan dapat
digunakan di tempat perawatan. Pada RDT ini digunakan antibodi anti-CoV sebagai pengganti
antigen virus. Uji antibodi COVID -19 mendeteksi adanya IgG dan IgM dalam antibodi
tubuh pasien ketika terserang oleh COVID-19.

Pada kartrid uji LFIA terdapat tiga garis yaitu :


- Garis C sebagai garis control, garis kontrol C muncul ketika sampel mengalir melalui kartrid.
- Garis G menyatakan antihuman monoklonal antibodi imunoglobulin G (anti-IgG)
- Garis M (anti-IgM) menyatakan antihuman monoklonal antibodi imunoglobulin M.
Jika hanya garis kontrol C menunjukkan warna merah, hal ini berarti sampel negatif. Baik garis
M atau G atau kedua garis yang berubah menjadi merah menunjukkan adanya anti-SARS CoV-
2 IgM atau anti SARS CoV-2 IgG atau kedua antibodi muncul dalam kedua spesimen. Hal
ini berarti sampel dinyatakan positif.
2. Metode ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
ELISA merupakan uji imunologi yang biasa digunakan untuk mengukur antibodi, antigen, protein,
dan glikoprotein dalam sampel biologis. Pada pengujian COVID-19, metode ELISA berdasarkan
pada prinsip sandwich dan tidak langsung.

- Sandwich ELISA
Pada Sandwich Elisa, antigen ganda mendeteksi antibodi total yang berikatan dengan reseptor protein
S dari SARS-CoV-2 di dalam serum atau plasma manusia. Disebut sebagai "sandwich" karena antigen
terjepit di antara dua lapisan antibodi (antibodi penangkap dan deteksi).

- Uji ELISA tidak langsung


Pada Uji Elisa tidak langsung, pelat dilapisi dengan antigen SARS-CoV-2. Jika terinfeksi virus,
antibodi pasien akan berikatan secara spesifik membentuk kompleks. Kompleks ikatan antibodi-
antigen akan terdeteksi oleh antibodi sekunder yang dilabel enzim, terjadi reaksi enzimatik
menghasilkan perubahan warna yang dapat diukur.
3. Netralisasi Assay
Metode ini menentukan kemampuan antibodi untuk menghambat infeksi virus sel kultur dan
menyebabkan efek sitopatik pada replikasi virus. Sampel darah,serum atau plasma pasien dilarutkan dan
ditambahkan dengan konsentrasi menurun pada kultur sel. Jika netralisasi antibodi terjadi, level dapat
diukur dengan menentukan ambang batas dimana replikasi virus dapat dicegah di dalam kultur sel.
Pengujian membutuhkan fasilitas kultur sel dan laboratorium Biosafety level 3 (BSL3). Dengan
keterbatasannya tersebut maka penentuan netralisasi antibodi penting untuk jangka pendek untuk
aplikasi pengobatan plasma pasien sembuh dan jangka panjang untuk pengembangan vaksin.

4. Luminesen Imunoassay
Metode luminesens imunoassay merupakan metode yang melibatkan kemiluminesens dan fluoresens.
Reagen berbasis antibodi dengan batas deteksi lebih rendah. Metode ini dikengembangkan
berdasarkan imunoassay enzim kemiluminesens magnetik berbasis peptida untuk diagnosis COVID-
19.
5. Uji Biosensor
Uji biosensor mengandalkan perubahan interaksi spesifik biomolekul ke dalam pembacaan yang
terukur secara optik, elektrik, enzimatik dan metode lain. Resonansi plasmon permukaan (SPR)
merupakan teknik yang mengukur interferens dengan cahaya insiden pada batas yang tetap
karena gangguan lokal seperti adsorpsi antibodi atau antigen. Biosensor berbasis SPR
dikembangkan untuk diagnosis SARS menggunakan antigen permukaan coronavirus (SCVme)
yang digabung dengan substrat emas. Chip SPR memiliki batas deteksi yang lebih rendah 200
ng/mL untuk antibodi anti-SCVme dalam waktu 10 menit. Baru-baru ini, Biosensor CANARY
digunakan untuk mendeteksi novel SARSCoV. Platform ini menggunakan imunosensor berbasis
sel yang memasangkan virus penangkap dengan amplifikasi sinyal. Proses pengujian
membutuhkan waktu 3- 5 menit.
PENGAMBILAN
SPESIMEN
TEKNIK PENGAMBILAN SPESIEMEN
1. Pastikan bahwa tenaga kesehatan yang mengambil spesimen klinis dari kasus
suspek mematuhi dengan ketat panduan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) dan memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai.

2. Pastikan prosedur operasional standar (SOP) yang memadai tersedia dan


bahwa staf cukup dilatih tentang pengambilan, pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan spesimen.

3. Semua spesimen yang diambil untuk diinvestigasi harus diasumsikan


kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2 dan patogen-patogen lain.

4. Spesimen yang diambil Spesimen mana yang optimal bergantung pada


presentasi klinis dan lama waktu sejak munculnya gejala. Minimal, spesimen
saluran pernapasan harus diambil.
Teknik Pengambilan Sampel Berdasarkan
Rekomendasi WHO
1. Pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring)
atau saluran napas bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal].

2. Sampel diambil selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel tambahan bila
ada perburukan klinis ( Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada hari 1 dan hari 14).

3. Bronkoskopi untuk mendapatkan sampel BAL merupakan metode pengambilan sampel dengan tingkat
deteksi paling baik.

4. Induksi sputum mampu meningkatkan deteksi virus pada pasien yang negatif SARS-CoV-2 melalui
swab nasofaring/orofaring. Namun, tindakan ini tidak direkomendasikan rutin karena risiko aerosolisasi
virus.

5. Sampel darah, urin, maupun feses untuk pemeriksaan virologi belum direkomendasikan rutin dan masih
belum dianggap bermanfaat dalam praktek di lapangan.
KESIMPULAN
Tes diagnosis ditujukan bagi orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan
atau pernah bepergian ke wilayah terdampak wabah. Namun, tingginya risiko
penularan di lokasi tes dan terbatasnya alat, tes diagnosis saat ini diprioritaskan
bagi kelompok tertentu seperti Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang baru
pulang dari zona merah, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) beserta keluarganya,
berisikan orang-orang yang harus berinteraksi dengan orang banyak karena
tuntutan pekerjaan atau urusan tertentu yang tidak bisa ditinggalkan. Adapula
tahapan tes diagnosis covid-19 seperti Rapid test, RT - PCR, CT Scan Thorax, Uji
Serologi dan Imunologi. Dalam tahapan Uji serologi dan Imunologi terdapat pula
tahapan lainnya seperti Lateral Flow Immunoassay (LFIA), metode ELISA,
Netralisasi Assay, Luminesen Immunoassay dan Uji Biosensor. Saat melakukan
tahapan diagnosis virus Covid tentunya dengan memperhatikan teknik yang tepat
dalam pengambilan spesimen, salah satunya seperti menggunakan teknik yang
telah direkomendasikan oleh WHO.

Anda mungkin juga menyukai