pantai yang menjadi objek wisata. Diantara ciri- ciri pencemaran pantai dan pesisir yang bisa kita lihat langsung adalah banyaknya sampah yang berserakan di sepanjang pesisir dan pantai Ciri lain dari pantai yang tercemar adalah adanya tumpahan minyak dan terganggunya keseimbangan ekosistem pantai Agar bisa mencegah terjadinya pencemaran pantai dan pesisir yang lebih parah lagi, kita harus tahu penyebab terjadinya pencemaran pantai. Berikut adalah uraian selengkapnya . • Penyebab Pencemaran Pantai • Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran pantai. Penyebab- penyebab tersebut bisa dikarenakan faktor alam dan juga faktor aktivitas manusia. Di bawah ini adalah beberapa penyebab pencemaran pantai dan pesisir yang terjadi di Indonesia. • Abrasi Pantai • Abrasi yang disebut juga dengan erosi pantai, adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan garis pantai yang lama. Abrasi ini disebabkan oleh faktor alam seperti tiupan angin di atas laut yang menghasilkan gelombang dan juga arus laut yang kuat. Gelombang laut yang besar dan terjadi sacara terus- menerus dapat mempercepat proses abrasi. Selain mengurangi jarak laut dengan daratan sehingga lahan penduduk pesisir menjadi sempit, abrasi juga menggusur tempat berkumpulnya ikan perairan pantai sehingga menyulitkan nelayan untuk mencari ikan di tepi laut. • Abrasi merupakan istilah untuk menggambarkan pengikisan daerah pantai yang terjadi karena gelombang dan arus laut destruktif. Pengikisan yang demikian menyebabkan berkurangnya daerah pantai mulai dari yang paling dekat dengan air laut karena menjadi sasaran pertama pengikisan. • Jika dibiarkan, abrasi akan terus menggerogoti bagian pantai sehingga air laut akan menggenangi daerah-daerah yang dulunya dijadikan tempat bermain pasir ataupun pemukiman penduduk dan wilayah pertokoan di pinggir pantai. Ini bukan isapan jempol belaka sebab fenomena yang demikian sudah tampak di kawasan pantai Indramayu di mana abrasi pantai telah mengeruk sedikitnya 40 kilometer kawasan pantai. • Penyebab Abrasi • Umum juga dikenal dengan erosi pantai, abrasi dan erosi yang demikian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor alam hingga faktor manusia. Fenomena-fenomena alam yang menyebabkan abrasi di antaranya adalah pasang surut air laut, angin di atas lautan yang menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan merusak. Sebab-sebab yang demikian hampir tidak bisa dielakkan sebab laut memiliki siklusnya sendiri dia mana pada suatu periode, angin bertiup amat kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil. • Sementara itu, faktor-faktor yang menyebabkan abrasi dari ulah manusia di antaranya adalah ketidakseimbangan ekosistem laut dan pemanasan global atau yang umum disebut global warming. Ketidakseimbangan ekosistem laut misalnya terjadi akibat eksploitasi besar- besaran terhadap kekayaan laut mulai dari ikan, terumbu karang dan lain sebagainya sehingga arus dan gelombang laut secara besar-besaran mengarah ke daerah pantai dan berpotensi menyebabkan abrasi • Faktor penyebab abrasi pantai • Faktor lain yang menandai sekaligus menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem adalah penambangan pasir. Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk sebanyak mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih • keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi. • Adapun penyebab pemanasan global secara umum terjadi karena pemakaian kendaraan bermotor yang berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri ataupun pembakaran hutan. Asap dari kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik serta hutan yang dibakar tersebut menghasilkan karbondioksida yang menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga panas tersebut terperangkat dan ‘bersemayam’ di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya, suhu di bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan air laut mengalrtami peningkatan sehingga akan menggerus tempat yang rendah. • Dengan demikian, abrasi pantai yang disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya bisa diminimalisir bahkan dihindari dengan perubahan gaya hidup ataupun regulasi- regulasi yang sifatnya mengikat. Ini menjadi penting dan layak menjadi keprihatinan bersama karena bahaya atau kerugian yang disebabkan abrasi tidaklah tanggung- tanggung dan dapat mengenai banyak untuk tidak mengatakan semua pihak. • Dampak Abrasi • Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area pantai merupakan dampak yang paling jelas dari abrasi. Gelombang dan arus laut yang biasanya membantu jalur berangkat dan pulang nelayan ataupun memberi pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian menjadi mengerikan. • Hantaman-hantaman kerasnya pada daerah pantai dapat menggetarkan bebatuan dan tanah sehingga keduanya perlahan akan berpisah dari wilayah daratan dan menjadi bagian yang digenangi air. Ini tidak hanya merugikan sektor pariwisata, akan tetapi juga secara langsung mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai yang memilik rumah atau ruang usaha. (baca : manfaat pantai) • Rusaknya hutan bakau. • Penanaman hutan bakau yang sejatinya ditujukan untuk menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai sudah tidak bisa dikendalikan. • Ini umumnya terjadi ketika ‘musim’ badai, ketika keseimbangan ekosistem sudah benar-benar rusak ataupun saat laut sudah kehilangan sebagian besar dari persediaan pasirnya. • Jika dampak yang satu ini terjadi, maka penanganan yang lebih intensif harus dilakukan sebab dalam sebagian besar kasus, keberadaan hutan bakau masih cukup efektif untuk mengurangi kemungkinan abrasi pantai • Hilangnya tempat berkumpul ikan perairan pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dengan terkikisnya daerah pantai yang diawali gelombang dan arus laut yang destruktif. Ketika kehilangan habitatnya, ikan- ikan pantai akan kebingungan mencari tempat berkumpul sebab mereka tidak bisa mendiami habitat ikan-ikan laut karena ancaman predator ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang air laut yang terlalu besar. Akibat terburuknya adalah kematian ikan-ikan pantai tersebut. • Tiga dampak abrasi di atas cukup menunjukkan bahwa abrasi sangatlah mengancam dan jika dibiarkan, daya destruktifnya dapat semakin merusak dan merugikan banyak pihak. • Selain pada pemukim dan pebisnis di wilayah pantai, abrasi yang dibiarkan juga dapat berpengaruh besar terhadap hasil laut serta jenis jenis sumber daya alam yang menjadi bahan konsumsi pokok masyarakat sekaligus mata pencaharian sebagian masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. • Karena itulah, berbagai hal telah dilakukan dan atau dicanangkan untuk mencegah dan mengurangi abrasi pantai. • Pencegahan Abrasi • Berdasarkan analisis dari penyebab abrasi pantai serta sifat dan karakteristik abrasi sendiri, berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi pantai : • 1. Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau • Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai. Pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah yang berair dengan daerah pantai yang berpasir. • Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak sampai menghancurkan bebatuan atau berbagai macam jenis jenis tanah (pasir) di daerah pantai kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit. • 2. Pemeliharaan Terumbu Karang • Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang akan menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi, gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat diminimalisir. • 3. Pelarangan Tambang Pasir • Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi pantai. Jika persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang, gelombang atau arus laut tidak akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi bisa dihindarkan karena penyebab utamanya ‘dihalangi’ menyentuk sasaran. Namun demikian, hal tersebut merupakan PR yang demikian besar • • Penebangan hutan mangrove • Masyarakat pesisir pantai menebang hutan mangrove untuk dijadikan pertambakan. Selain itu, kayu- kayu dari pohon mangrove juga dijual dan dijadikan pondasi bangunan. Kegiatan tersebut sangat mengganggu regenerasi dan menghambat proses suksesi hutan mangrove. Hal ini menyebabkan terjadi abrasi, dan hilangnya beberapa ekosistem pulau. • Contohnya fungsi mangrove sebagai peredam gelombang dan badai, tanpa adanya mangrove maka gelombang maupun badai akan menerpa pantai yang akan berakibat abrasi pantai. • Yang jika lama kelamaan akan mengikis tanah yang kemudian akan mengakibatkan berkurangnya lahan di darat. • Akibat lain dari rusaknya ekosistem mangrove adalah dapat menyebabkan intrusi air laut, turunnya kemampuan ekosistem mendegradasikan sampah organik, penurunan keanekaragaman satwa di daerah pesisir, sumber makanan dan lokasi pemijahan (perkembangbiakan) biota bahari menurun dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rusaknya suatu ekosistem akan mengganggu ekosistem yang lain. • Untuk menyelesaikan masalah maka harus mengetahui penyebab dari masaah tersebut. Jika penyebab tersebut dihindari ataupun dikurangi maka suatu masalah akan terselesaikan. • Dalam hal ini, permasalahan utama kerusakan mangrove adalah pengalihfungsian lahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk pembangunan perumahan ataupun wisata mangrove yang mementingkan bisnis semata tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan pesisir. • Untuk menanggulanginya maka diperlukan sosialisasi dalam wadah masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan konsolidasi penggerak pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir. • Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam pengeloaan, perbaikan dan peningkatan kesadaran pentingnya lingkungan pesisir. Jika kesadaran masyarakat sudah meningkat maka mereka akan ikut menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Selain upaya tersebut, pemerintah juga perlu melakukan usaha menanam kembali mangrove yang melibatkan masyarakat. • Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam hal pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan lain berbasiskan konservasi. Selain itu juga terdapat usaha-usaha lain seperti pemberian penilaian dan pengaturan ulang tata ruang wilayah pesisir, penegakan hukum yang adil, izin usaha pemanfaatan mangrove yang diperketat, memperbaiki ekosistem daerah pesisir secara terencana dan berbasis masyarakat dan lain-lain. • Pencemaran sampah anorganik • Daerah dengan pencemaran tingkat tinggi merupakan daerah pesisir padat penduduk. Salah satu sumber pencemaran ekosistem pesisir tersebut adalah pencemaran limbahkegiatan rumah tangga, terutama sampah anorganik seperti botol plastik dan kaleng yang sangat sulit terurai. Misalnya, untuk mengurai satu botol plastik dibutuhkan waktu sekitar 450 tahun. Hal tersebut tentu membuat kelestarian ekosistem pantai semakin terancam. • Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan (over exploitation) • Bentuk eksploitasi pantai diantaranya adalah penambangan pasir, penambangan terumbu karang dan eksploitasi ikan berlebihan. Banyak nelayan yang menggunakan alat penangkap ikan yang tidak ramah lingkungan demi mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. • Hal tersebut tentu merusak habitat terumbu karang. Kelangkaan terumbu karang dan berkurangnya pasir laut menyebabkan bertambahnya kedalaman perairan dangkal sehingga gelombang laut tidak bisa diredam dan sampai ke pantai dengan energi yang cukup besar. • Reklamasi pantai sembarangan • Peninggian muka air laut yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan daerah pantai di sekitar reklamasi menjadi rawan tenggelam. Selain itu, air laut bisa naik ke daratan sehingga air darat tercemari dan menjadi asin. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat pesisir, terutama bagi mereka yang bercocok tanam. • Dampak yang Terjadi Akibat Pencemaran Pantai • Pencemaran pantai dan pesisir membawa dampak buruk bagi lingkungan di sekitar pantai. Beberapa dampak dari pencemaran pantai yang telah terjadi yaitu : • Kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu karang • Menurut Pusat Informasi Mangrove (PIM), penyebab utama pencemaran hutan mangrove adalah ketidakpahaman masyarakat akan manfaat dari pohon yang daerah pasang surut tersebut. Ketidakpahaman tersebut juga terjadi pada ekosistem terumbu karang. • Pencemaran terumbu karang banyak disebabkan oleh kegiatan perikanan yang bersifat destruktif seperti penggunaan bahan-bahan peledak dan bahan beracun. Selain itu, aktivitas penambangan karang, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi juga turut andil dalam memperburuk habitatterumbu karang. • Sumber daya hutan adalah segala sesuatu yang terdapat di hutan dapat dimanfaatkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya kebutuhan manusia. • Gangguan-gangguan keamanan hutan disebabkan penebangan hutan bakau secara liar, hal ini terjadi disebabkan belum tuntasnya penertiban dapur arang tanpa izin industri. Pembukaan lahan untuk pertambakan udang tanpa izin terjadi disebabkan belum efektifnya sasaran penyuluhan dan belum ada latihan keterlibatan masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, serta kurangnya pengendalian dan pengawasan oleh aparat- aparat yang terkait dan belum direalisasikannya batas kawasan hutan mangrove yang definitif.
• Penduduk yang tinggal disekitar kawasan hutan, mempergunakan hutan sebagai salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan tanah-tanah untuk pertambakan, pertanian dan perkebunan menyebabkan perombakan hutan menjadi tanah untuk ditanami. • Kerusakan hutan mangrove ini menimbulkan dampak bagi kehidupan kawasan hutan adalah: 1. Hilangnya pelindung pantai dari angin, arus dan ombak laut, sehingga apabila musim angin kencang, atap-atap rumah penduduk sekitar banyak yang rusak. Diwaktu pasang besar air laut dapat masuk kepemukiman penduduk sehingga terganggunya aktifitas. 2. Intruksi air laut. Dampak intruksi air laut sangat penting karena bercampurnya air lau dan air tawar dapat tercemar, tidak baik untuk dikosumsi karena bisa menyebabkan keracunan dan dapat merusak perakaran tanaman sehingga dapat menyebabkan kematian. • 3. Terancamnya regenerasi ikan dan udang diperairan lepas pantai, karena hutan bakau sebagai nursery ground larva atau stadium muda ikan dan udang. Dampak ini langsung dapat dirasakan oleh nelayan karena semakin berkurangnya hasil tangkapan. • Permasalahan-permasalahan hutan di Indonesia disebabkan penebangan liar dan ilegal, sedikitnya reboisasi yang dilakukan dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan sehingga menimbulkan dampak: 1. Rendahnya kualitas oksigen. Dampak dari rusaknya hutan adalah rendahnya kualitas oksigen, karena tumbuhan berperan penting dalam pembentukan oksigen. 2. Pemanasan global. Zat carbon yang ditimbulkan industri, pembakaran dan knalpot kendaraan tidak dapat diubah menjadi oksigen karena semakin sedikitnya tumbuhan. • 3. Pengikisan tanah disekitar pantai, disebabkan oleh gelombang laut. Abrasi akan menjadi jika pohon yang ada disekitar pantai jumlahnya sedikit bahkan tidak ada sama sekali. 4. Kehidupan manusia menjadi terganggu. Habitat fauna yang rusak akibat hutan rusak membuat fauna yang ada didalamnya keluar menyelamatkan diri atau pindah dari habitat yang rusak, tidak jarang fauna tersebut kedalam perkampungan penduduk. 5. Sumber daya menjadi langka. Sumber daya yang dimaksud adalah hewan dan tumbuhan. 6. Menurunnya kualitas kesehatan. • Sumber daya hutan bersifat dapat diperbaharui sehingga harus lestari mulai dari sekarang jika tidak kelestarian alam akan terganggu. Untuk mengurangi dampak negatif dari kerusakan hutan mangrove dapat dilakukan upaya pelestarian yaitu: 1. Penanaman kembali. Penanaman melibatkan masyarakat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan. 2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir, pemukiman,vegatasi dan lain-lain. Wilayah pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dimanfaatkan sebagai wisata pantai • (ekotourisme) berupa wisata alam maupun bentuk lainnya. 3. Peningkatan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan hutan mangrove secara bertanggung jawab. 4. Izin usaha dan lainnya, harus memperlakukan aspek-aspek konservasi. 5. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang konservasi. 6. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir. 7. Program komunikasi hutan mangrove. 8. Penegakan hukum. 9. Perbaikan sejauh dapat mendukung pelestarian. • Akibat dari penebangan liar atau ilegal, penggunaan lahan untuk pemukiman, perikanan, industri, pertanian, perkebunan serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran mesyarakat untuk menjaga pelestarian hutan sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan yaitu: 1. Terjadinya intruksi air laut, merupakan persitiwa perembesan air laut ketanah daratan. 2. Turunya kemampuan ekosistem mendegradasi sampah organik, minyak bumi, deterjen dan lain-lain sehingga dapat mencemari laut. 3. Berkurangnya keaneka ragaman hayati diwilayah pesisir. 4. Meningkatnya abrasi pantai. 5. Kurangnya tempat berlindung, sumber makanan, tempat memijah dan bertelur biota laut • 3. Pengikisan tanah disekitar pantai, disebabkan oleh gelombang laut. Abrasi akan menjadi jika pohon yang ada disekitar pantai jumlahnya sedikit bahkan tidak ada sama sekali. 4. Kehidupan manusia menjadi terganggu. Habitat fauna yang rusak akibat hutan rusak membuat fauna yang ada didalamnya keluar menyelamatkan diri atau pindah dari habitat yang rusak, tidak jarang fauna tersebut kedalam perkampungan penduduk. 5. Sumber daya menjadi langka. Sumber daya yang dimaksud adalah hewan dan tumbuhan. 6. Menurunnya kualitas kesehatan. • Akibat dari penebangan liar atau ilegal, penggunaan lahan untuk pemukiman, perikanan, industri, pertanian, perkebunan serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran mesyarakat untuk menjaga pelestarian hutan sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan yaitu: 1. Terjadinya intruksi air laut, merupakan persitiwa perembesan air laut ketanah daratan. 2. Turunya kemampuan ekosistem mendegradasi sampah organik, minyak bumi, deterjen dan lain-lain sehingga dapat mencemari laut. 3. Berkurangnya keaneka ragaman hayati diwilayah pesisir. 4. Meningkatnya abrasi pantai. 5. Kurangnya tempat berlindung, sumber makanan, tempat memijah dan bertelur biota laut • 6. Turunnya kemampuan ekosistem untuk menahan tiupan angin dan gelombang air laut. 7. Meningkatnya pencemaran pantai.
• Kerusakkan Ekosistem Terumbu Karang
• Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh negara indonesia. Siapa yang tidak kenal dengan terumbu karang??. Terumbu karang memiliki bentuk dan motif yang sangat indah, sehinga banyak mata yang menyoroti akan keindahan dari terumbu karang ini. • Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55%, terdapat di Indonesia, Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14% di Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak, penambangan batu karang dan sedimentasi. • Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55%, terdapat di Indonesia, Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14% di Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak, penambangan batu karang dan sedimentasi. Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55%, terdapat di Indonesia, Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14% di Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak, penambangan batu karang dan sedimentasi. • Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dari cakupan luas terumbu karang yang ada di Indonesia sekitar 50.000 km2 diperkirakan hanya 7 % terumbu karang yang kondisinya sangat baik, 33 % baik, 46 % rusak dan 15% lainnya sudah dalam kondisi kritis. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50% berdasarkan laporan Reef at Risk pada 2002. Kondisi ini semakin lama semakin mengkhawatirkan dan apabila keadaan ini tidak segera ditanggulangi akan membawa bencana besar bagi kehidupan biota laut dan kesejahteraan masyarakat serta bangsa Indonesia. • Adapun hasil survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hingga akhir 2012 menyebutkan hanya 30% terumbu karang Indonesia dalam kondisi baik, 37% dalam kondisi sedang, dan 33% sisanya rusak parah. Pemantauan terumbu karang tersebut dilakukan LIPI di 77 daerah yang tersebar dari Sabang hingga Kepulauan Raja Ampat. • Adapun Peneyebab rusaknya terumbu karang adalah sebagi berikut: • 1. Sedimentasi • Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai, penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai atapun penebangan hutan tropis menyebabkan tanah hutan mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai ke laut dan terumbu karang. Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan hidup karena kurangnya cahaya. • 2. Penebangan hutan mangrove • Hutan mangrove dan padang lamun yang berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak dan menyebabkan sedimen dapat mencapai terumbu karang. • Penebangan hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar dapat merubah area hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar, dapat merubah area hutan mangrove tersebut menjadi pantai terbuka. Dengan membuka tambak-tambak udang dapat merusak tempat penyediaan udang alami. • Penangkapan dengan Bahan Peledak • Penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan oleh nelayan akan mengakibatkan penangkapan ikan secara berlebihan, sehingga menyebabkan tangkapan ikan akan berkurang dimasa berikutnya. Penggunaan kalium Nitrat (sejenis pupuk) sebagai bahan peledak akan mengakibatkan ledakan yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak karang di sekitarnya. • Aliran Drainase • Aliran drainase yang mengandung pupuk dan kotoran yang terbuang ke perairan pantai mendorong pertumbuhan algae yang akan menghambat pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah ini bertambah buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan algae juga ikut tertangkap. • 5. Penangkapan Ikan dengan Sianida • Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan sianida dan racun-racun lain untuk menangkap ikan-ikan tropis untuk akuarium dan sekarang digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang akan di konsumsi di restoran-restoran yang memakai ikan hidup. • 6. Pengumpulan dan Pengerukan • Pengambilan karang untuk digunakan sebagai bahan bak konstruksi atau dijual untuk cindera mata juga merusak terumbu karang. Demikian pula, pengerukan dan pengeboman karang untuk konstruksi di daerah terumbu karang. • 7. Pencemaran Air • Produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang di dekat perairan pantai, pada akhirnya akan mencapai terumbu karang. Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip karang dan biota laut lainnya. • • 9. Pemanasan Global • Terumbu karang juga terancam oleh pemanasan global. Pemutihan terumbu karang meningkat selama dua dekade terakhir, masa dimana bumi mengalami beberapa kali suhu terpanas dalam sejarah. Ketika suhu laut meningkat sangat tinggi, polip karang kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga mengubah warna mereka menjadi putih dan akhirnya mati. • Pemanasan global juga mengakibatkan cuaca ekstrim sukar diperkirakan seperti badai tropis yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik ekosistem terumbu karang yang sangat besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi terumbu karang dan pulau-pulau kecil. • 10. Pengambilan oleh wisatawan • Trumbu karang sangat indah sekali, sehingga memikat hati para penyelam. Namun, tidak sedikit dari penyelam mengmbil biota laut tersbut sebagai hiasan, oleh-oleh, bahkan dijadikan sebagai barang dagang. Hal itu dapat mengurangi terumbu karang dan mengakibatkan punahnya terumbu karang. • Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan terumbu karang yang telah dikembangkan sejak beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu karang buatan dan transplantasi karang. Yang disebut terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis- jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semen/beton, bangkai kerangka kapal, badan mobil dan sebagainya. • Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali • Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali terwujud.