Anda di halaman 1dari 57

PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI

Pencemaran pantai sudah terjadi hampir di seluruh


pantai yang menjadi objek wisata. Diantara ciri- ciri
pencemaran pantai dan pesisir yang bisa kita lihat
langsung adalah banyaknya sampah yang berserakan di
sepanjang pesisir dan pantai Ciri lain dari pantai yang
tercemar adalah adanya tumpahan minyak dan
terganggunya keseimbangan ekosistem pantai Agar bisa
mencegah terjadinya pencemaran pantai dan pesisir
yang lebih parah lagi, kita harus tahu penyebab
terjadinya pencemaran pantai. Berikut adalah uraian
selengkapnya .
• Penyebab Pencemaran Pantai
• Ada banyak hal yang menjadi penyebab
terjadinya pencemaran pantai.
Penyebab- penyebab tersebut bisa
dikarenakan faktor alam dan juga faktor
aktivitas manusia. Di bawah ini adalah
beberapa penyebab pencemaran pantai
dan pesisir yang terjadi di Indonesia.
• Abrasi Pantai
• Abrasi yang disebut juga dengan erosi pantai,
adalah proses mundurnya garis pantai dari
kedudukan garis pantai yang lama. Abrasi ini
disebabkan oleh faktor alam seperti tiupan angin di
atas laut yang menghasilkan gelombang dan juga
arus laut yang kuat. Gelombang laut yang besar dan
terjadi sacara terus- menerus dapat mempercepat
proses abrasi. Selain mengurangi jarak laut dengan
daratan sehingga lahan penduduk pesisir menjadi
sempit, abrasi juga menggusur tempat
berkumpulnya ikan perairan pantai sehingga
menyulitkan nelayan untuk mencari ikan di tepi laut.
• Abrasi merupakan istilah untuk menggambarkan
pengikisan daerah pantai yang terjadi karena
gelombang dan arus laut destruktif. Pengikisan yang
demikian menyebabkan berkurangnya daerah pantai
mulai dari yang paling dekat dengan air laut karena
menjadi sasaran pertama pengikisan.
• Jika dibiarkan, abrasi akan terus menggerogoti
bagian pantai sehingga air laut akan menggenangi
daerah-daerah yang dulunya dijadikan tempat
bermain pasir ataupun pemukiman penduduk dan
wilayah pertokoan di pinggir pantai. Ini bukan isapan
jempol belaka sebab fenomena yang demikian sudah
tampak di kawasan pantai Indramayu di mana abrasi
pantai telah mengeruk sedikitnya 40 kilometer
kawasan pantai.
• Penyebab Abrasi
• Umum juga dikenal dengan erosi pantai, 
abrasi dan erosi yang demikian bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, mulai dari faktor alam
hingga faktor manusia. Fenomena-fenomena alam
yang menyebabkan abrasi di antaranya adalah
pasang surut air laut, angin di atas lautan yang
menghasilkan gelombang serta arus laut yang
berkekuatan merusak. Sebab-sebab yang demikian
hampir tidak bisa dielakkan sebab laut memiliki
siklusnya sendiri dia mana pada suatu periode,
angin bertiup amat kencang dan menciptakan
gelombang serta arus yang tidak kecil.
• Sementara itu, faktor-faktor yang
menyebabkan abrasi dari ulah manusia di
antaranya adalah ketidakseimbangan
ekosistem laut dan pemanasan global atau
yang umum disebut global warming.
Ketidakseimbangan ekosistem laut
misalnya terjadi akibat eksploitasi besar-
besaran terhadap kekayaan laut mulai dari
ikan, terumbu karang dan lain sebagainya
sehingga arus dan gelombang laut secara
besar-besaran mengarah ke daerah pantai
dan berpotensi menyebabkan abrasi
• Faktor penyebab abrasi pantai
• Faktor lain yang menandai sekaligus
menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem
adalah penambangan pasir. Penambangan pasir
pantai yang terjadi besar-besaran dengan
mengeruk sebanyak mungkin pasir serta dalam
intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi
volume pasir di lautan bahkan mengurasnya
sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh
langsung terhadap arah dan kecepatan air laut
yang akan langsung menghantam pantai. Ketika
tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih
ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih
• keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga
proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan
terjadinya abrasi.
• Adapun penyebab pemanasan global secara umum
terjadi karena pemakaian kendaraan bermotor yang
berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri
ataupun pembakaran hutan. Asap dari kendaraan
bermotor dan pabrik-pabrik serta hutan yang dibakar
tersebut menghasilkan karbondioksida yang
menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan
bumi sehingga panas tersebut terperangkat dan
‘bersemayam’ di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya, suhu
di bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan
air laut mengalrtami peningkatan sehingga akan
menggerus tempat yang rendah.
• Dengan demikian, abrasi pantai yang
disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya
bisa diminimalisir bahkan dihindari dengan
perubahan gaya hidup ataupun regulasi-
regulasi yang sifatnya mengikat. Ini menjadi
penting dan layak menjadi keprihatinan
bersama karena bahaya atau kerugian yang
disebabkan abrasi tidaklah tanggung-
tanggung dan dapat mengenai banyak untuk
tidak mengatakan semua pihak.
• Dampak Abrasi
• Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area
pantai merupakan dampak yang paling jelas dari abrasi.
Gelombang dan arus laut yang biasanya membantu jalur
berangkat dan pulang nelayan ataupun memberi
pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai
kemudian menjadi mengerikan.
• Hantaman-hantaman kerasnya pada daerah pantai dapat
menggetarkan bebatuan dan tanah sehingga keduanya
perlahan akan berpisah dari wilayah daratan dan
menjadi bagian yang digenangi air. Ini tidak hanya
merugikan sektor pariwisata, akan tetapi juga secara
langsung mengancam keberlangsungan hidup penduduk
di sekitar pantai yang memilik rumah atau ruang usaha.
(baca : manfaat pantai)
• Rusaknya hutan bakau.
• Penanaman hutan bakau yang sejatinya ditujukan
untuk menangkal dan mengurangi resiko abrasi
pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai
sudah tidak bisa dikendalikan.
• Ini umumnya terjadi ketika ‘musim’ badai, ketika
keseimbangan ekosistem sudah benar-benar rusak
ataupun saat laut sudah kehilangan sebagian besar
dari persediaan pasirnya.
• Jika dampak yang satu ini terjadi, maka penanganan
yang lebih intensif harus dilakukan sebab dalam
sebagian besar kasus, keberadaan hutan bakau
masih cukup efektif untuk mengurangi kemungkinan
abrasi pantai
• Hilangnya tempat berkumpul ikan perairan
pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang
terjadi dengan terkikisnya daerah pantai yang
diawali gelombang dan arus laut yang
destruktif. Ketika kehilangan habitatnya, ikan-
ikan pantai akan kebingungan mencari tempat
berkumpul sebab mereka tidak bisa mendiami
habitat ikan-ikan laut karena ancaman predator
ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang
air laut yang terlalu besar. Akibat terburuknya
adalah kematian ikan-ikan pantai tersebut.
• Tiga dampak abrasi di atas cukup menunjukkan
bahwa abrasi sangatlah mengancam dan jika
dibiarkan, daya destruktifnya dapat semakin
merusak dan merugikan banyak pihak.
• Selain pada pemukim dan pebisnis di wilayah pantai,
abrasi yang dibiarkan juga dapat berpengaruh besar
terhadap hasil laut serta 
jenis jenis sumber daya alam yang menjadi bahan
konsumsi pokok masyarakat sekaligus mata
pencaharian sebagian masyarakat yang jumlahnya
tidak sedikit.
• Karena itulah, berbagai hal telah dilakukan dan atau
dicanangkan untuk mencegah dan mengurangi abrasi
pantai.
• Pencegahan Abrasi
• Berdasarkan analisis dari penyebab abrasi pantai serta
sifat dan karakteristik abrasi sendiri, berikut adalah
hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi
pantai :
• 1.  Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau
• Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya
menjulur ke dalam air pantai. Pohon ini lazim ditanam di
garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah
yang berair dengan daerah pantai yang berpasir.
• Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya akan
semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan
arus laut agar tidak sampai menghancurkan bebatuan
atau berbagai macam jenis jenis tanah (pasir) di daerah
pantai kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit.

2. Pemeliharaan Terumbu Karang
• Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang akan menyentuh pantai. Karena itu,
jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi, gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan
abrasi pantai dapat diminimalisir.
• 3. Pelarangan Tambang Pasir
• Regulasi yang demikian sangat berperan
penting dalam upaya mengurangi abrasi
pantai. Jika persediaan pasir di laut tetap
dalam kategori cukup, air pasang, gelombang
atau arus laut tidak akan banyak menyentuh
garis pantai sehingga abrasi bisa
dihindarkan karena penyebab utamanya
‘dihalangi’ menyentuk sasaran. Namun
demikian, hal tersebut merupakan PR yang
demikian besar
•  
• Penebangan hutan mangrove
• Masyarakat pesisir pantai menebang 
hutan mangrove untuk dijadikan
pertambakan. Selain itu, kayu- kayu dari
pohon mangrove juga dijual dan
dijadikan pondasi bangunan. Kegiatan
tersebut sangat mengganggu regenerasi
dan menghambat proses suksesi hutan
mangrove. Hal ini menyebabkan terjadi
abrasi, dan hilangnya beberapa
ekosistem pulau.
• Contohnya fungsi mangrove sebagai peredam gelombang
dan badai, tanpa adanya mangrove maka gelombang
maupun badai akan menerpa pantai yang akan berakibat
abrasi pantai. 
• Yang jika lama kelamaan akan mengikis tanah yang
kemudian akan mengakibatkan berkurangnya lahan di darat.
• Akibat lain dari rusaknya ekosistem mangrove adalah dapat
menyebabkan intrusi air laut, turunnya kemampuan
ekosistem mendegradasikan sampah organik, penurunan
keanekaragaman satwa di daerah pesisir, sumber makanan
dan lokasi pemijahan (perkembangbiakan) biota bahari
menurun dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
rusaknya suatu ekosistem akan mengganggu ekosistem yang
lain.
• Untuk menyelesaikan masalah maka harus
mengetahui penyebab dari masaah tersebut. Jika
penyebab tersebut dihindari ataupun dikurangi
maka suatu masalah akan terselesaikan. 
• Dalam hal ini, permasalahan utama kerusakan
mangrove adalah pengalihfungsian lahan yang
dilakukan oleh masyarakat untuk pembangunan
perumahan ataupun wisata mangrove yang
mementingkan bisnis semata tanpa
mempertimbangkan kelestarian lingkungan pesisir.
• Untuk menanggulanginya maka diperlukan
sosialisasi dalam wadah masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan konsolidasi penggerak
pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir. 
• Masyarakat perlu dilibatkan secara
aktif dalam pengeloaan, perbaikan dan
peningkatan kesadaran pentingnya
lingkungan pesisir. Jika kesadaran
masyarakat sudah meningkat maka
mereka akan ikut menjaga kelestarian
lingkungan pesisir. Selain upaya
tersebut, pemerintah juga perlu
melakukan usaha menanam kembali
mangrove yang melibatkan masyarakat. 
• Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam
hal pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
dan pemanfaatan lain berbasiskan
konservasi. Selain itu juga terdapat
usaha-usaha lain seperti pemberian
penilaian dan pengaturan ulang tata ruang
wilayah pesisir, penegakan hukum yang
adil, izin usaha pemanfaatan mangrove
yang diperketat, memperbaiki ekosistem
daerah pesisir secara terencana dan
berbasis masyarakat dan lain-lain. 
• Pencemaran sampah anorganik
• Daerah dengan pencemaran tingkat tinggi
merupakan daerah pesisir padat penduduk.
Salah satu sumber pencemaran 
ekosistem pesisir tersebut adalah 
pencemaran limbahkegiatan rumah tangga,
terutama sampah anorganik seperti botol
plastik dan kaleng yang sangat sulit terurai.
Misalnya, untuk mengurai satu botol plastik
dibutuhkan waktu sekitar 450 tahun. Hal
tersebut tentu membuat kelestarian
ekosistem pantai semakin terancam.
• Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
(over exploitation)
• Bentuk eksploitasi pantai diantaranya adalah
penambangan pasir, penambangan terumbu karang
dan eksploitasi ikan berlebihan. Banyak nelayan
yang menggunakan alat penangkap ikan yang tidak
ramah lingkungan demi mendapatkan hasil
tangkapan ikan yang melimpah.
• Hal tersebut tentu merusak habitat terumbu
karang. Kelangkaan terumbu karang dan
berkurangnya pasir laut menyebabkan
bertambahnya kedalaman perairan dangkal
sehingga gelombang laut tidak bisa diredam dan
sampai ke pantai dengan energi yang cukup besar.
• Reklamasi pantai sembarangan
• Peninggian muka air laut yang tidak
direncanakan dengan baik dapat
menyebabkan daerah pantai di sekitar
reklamasi menjadi rawan tenggelam. Selain
itu, air laut bisa naik ke daratan sehingga air
darat tercemari dan menjadi asin. Hal
tersebut sangat merugikan masyarakat
pesisir, terutama bagi mereka yang
bercocok tanam.
• Dampak yang Terjadi Akibat Pencemaran Pantai
• Pencemaran pantai dan pesisir membawa
dampak buruk bagi lingkungan di sekitar pantai.
Beberapa dampak dari pencemaran pantai yang
telah terjadi yaitu :
• Kerusakan ekosistem
mangrove dan terumbu karang
• Menurut Pusat Informasi Mangrove (PIM),
penyebab utama pencemaran hutan mangrove
adalah ketidakpahaman masyarakat akan
manfaat dari pohon yang daerah pasang surut
tersebut. Ketidakpahaman tersebut juga
terjadi pada ekosistem terumbu karang.
• Pencemaran terumbu karang banyak disebabkan
oleh kegiatan perikanan yang bersifat destruktif
seperti penggunaan bahan-bahan peledak dan
bahan beracun. Selain itu, aktivitas penambangan
karang, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata
yang kurang bertanggung jawab, dan sedimentasi
akibat meningkatnya erosi juga turut andil dalam
memperburuk habitatterumbu karang.
• Sumber daya hutan adalah segala sesuatu yang
terdapat di hutan dapat dimanfaatkan    manusia
dalam memenuhi  kebutuhan hidupnya. Seiring
dengan perkembangan zaman dan bertambahnya
kebutuhan manusia.
• Gangguan-gangguan keamanan hutan 
disebabkan penebangan hutan bakau secara
liar,  hal ini terjadi disebabkan belum
tuntasnya penertiban dapur arang tanpa izin
industri.
Pembukaan lahan untuk pertambakan udang
tanpa izin terjadi disebabkan belum
efektifnya sasaran penyuluhan dan belum ada
latihan keterlibatan masyarakat dalam
pelestarian hutan mangrove, serta kurangnya
pengendalian dan pengawasan oleh aparat-
aparat yang terkait dan belum
direalisasikannya batas kawasan hutan
mangrove yang definitif.
  
• Penduduk yang tinggal disekitar kawasan
hutan, mempergunakan hutan sebagai
salah satu sumber untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan
tanah-tanah untuk pertambakan,
pertanian dan perkebunan menyebabkan
perombakan hutan menjadi tanah untuk
ditanami.
• Kerusakan hutan mangrove ini menimbulkan
dampak bagi kehidupan kawasan hutan adalah:
1. Hilangnya pelindung pantai  dari angin, arus
dan ombak laut, sehingga apabila musim
    angin kencang, atap-atap rumah penduduk
sekitar banyak yang rusak. Diwaktu pasang 
    besar air laut dapat masuk kepemukiman
penduduk sehingga terganggunya aktifitas.
2. Intruksi air laut. Dampak intruksi air laut 
sangat penting karena bercampurnya air lau
dan air tawar dapat tercemar, tidak baik
untuk dikosumsi karena bisa menyebabkan  
    keracunan dan dapat merusak perakaran
tanaman sehingga dapat menyebabkan
kematian. 
• 3. Terancamnya regenerasi ikan dan
udang diperairan lepas pantai, karena
hutan bakau 
    sebagai nursery ground larva atau
stadium muda ikan dan udang. Dampak ini
langsung     
    dapat dirasakan oleh nelayan karena
semakin berkurangnya hasil tangkapan.
• Permasalahan-permasalahan hutan di Indonesia
disebabkan penebangan liar dan ilegal, sedikitnya
reboisasi yang dilakukan dan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan
sehingga menimbulkan dampak: 
1. Rendahnya kualitas oksigen.
    Dampak dari rusaknya hutan adalah rendahnya
kualitas oksigen, karena tumbuhan berperan penting
dalam pembentukan oksigen.
2. Pemanasan global.
    Zat carbon yang ditimbulkan industri, pembakaran
dan knalpot kendaraan tidak dapat 
    diubah menjadi oksigen karena semakin sedikitnya
tumbuhan.
• 3. Pengikisan tanah disekitar pantai, disebabkan oleh
gelombang laut. Abrasi akan  
    menjadi jika pohon yang ada disekitar pantai jumlahnya
sedikit bahkan tidak ada sama 
    sekali.
4. Kehidupan manusia menjadi terganggu.
    Habitat fauna yang rusak akibat hutan rusak membuat
fauna yang ada didalamnya keluar
    menyelamatkan diri atau pindah dari habitat yang rusak,
tidak jarang fauna tersebut 
    kedalam perkampungan penduduk. 
5. Sumber daya menjadi langka.
    Sumber daya yang dimaksud adalah hewan dan
tumbuhan.
6. Menurunnya kualitas kesehatan.
• Sumber daya hutan bersifat dapat diperbaharui
sehingga harus lestari mulai dari sekarang jika
tidak kelestarian alam akan terganggu. Untuk
mengurangi dampak negatif dari kerusakan hutan
mangrove dapat dilakukan upaya pelestarian
yaitu:
1. Penanaman kembali.
    Penanaman melibatkan masyarakat dalam
pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah  pesisir,
pemukiman,vegatasi dan lain-lain. Wilayah
    pantai dapat diatur menjadi kota ekologi
sekaligus dimanfaatkan sebagai wisata pantai
•     (ekotourisme) berupa wisata alam maupun
bentuk lainnya.
3. Peningkatan kesadaran dan motivasi
masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan
hutan mangrove secara bertanggung jawab.
4. Izin usaha dan lainnya, harus memperlakukan
aspek-aspek konservasi.
5. Peningkatan pengetahuan dan penerapan
kearifan lokal tentang konservasi.
6. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.
7. Program komunikasi hutan mangrove.
8. Penegakan hukum.
9. Perbaikan sejauh dapat mendukung
pelestarian.                           
• Akibat dari penebangan liar atau ilegal, penggunaan
lahan untuk pemukiman, perikanan, industri, pertanian,
perkebunan serta kurangnya pengetahuan dan
kesadaran mesyarakat untuk menjaga pelestarian hutan
sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan yaitu:
1. Terjadinya intruksi air laut, merupakan  persitiwa
perembesan air laut ketanah daratan.
2.  Turunya kemampuan ekosistem mendegradasi
sampah organik, minyak bumi, deterjen
      dan lain-lain sehingga dapat mencemari laut.
3. Berkurangnya keaneka ragaman hayati diwilayah
pesisir.
4. Meningkatnya abrasi pantai.
5. Kurangnya tempat berlindung,  sumber makanan,
tempat memijah dan bertelur biota laut
• 3. Pengikisan tanah disekitar pantai, disebabkan oleh gelombang
laut. Abrasi akan  
    menjadi jika pohon yang ada disekitar pantai jumlahnya sedikit
bahkan tidak ada sama 
    sekali.
4. Kehidupan manusia menjadi terganggu.
    Habitat fauna yang rusak akibat hutan rusak membuat fauna
yang ada didalamnya keluar
    menyelamatkan diri atau pindah dari habitat yang rusak, tidak
jarang fauna tersebut 
    kedalam perkampungan penduduk. 
5. Sumber daya menjadi langka.
    Sumber daya yang dimaksud adalah hewan dan tumbuhan.
6. Menurunnya kualitas kesehatan.
• Akibat dari penebangan liar atau ilegal, penggunaan
lahan untuk pemukiman, perikanan, industri, pertanian,
perkebunan serta kurangnya pengetahuan dan
kesadaran mesyarakat untuk menjaga pelestarian
hutan sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan
yaitu:
1. Terjadinya intruksi air laut, merupakan  persitiwa
perembesan air laut ketanah daratan.
2.  Turunya kemampuan ekosistem mendegradasi
sampah organik, minyak bumi, deterjen
      dan lain-lain sehingga dapat mencemari laut.
3. Berkurangnya keaneka ragaman hayati diwilayah
pesisir.
4. Meningkatnya abrasi pantai.
5. Kurangnya tempat berlindung,  sumber makanan,
tempat memijah dan bertelur biota laut
• 6. Turunnya kemampuan ekosistem untuk
menahan tiupan angin dan gelombang air laut.
7. Meningkatnya pencemaran pantai.

• Kerusakkan Ekosistem Terumbu Karang


•  Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan
alam yang dimiliki oleh negara indonesia. Siapa
yang tidak kenal dengan terumbu karang??.
Terumbu karang memiliki bentuk dan motif yang
sangat indah, sehinga banyak mata yang
menyoroti akan keindahan dari terumbu karang
ini.
• Sebagian besar terumbu karang dunia,
sekitar 55%, terdapat di Indonesia,
Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di
Lautan Hindia dan Laut Merah; 14% di
Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu
kenyataan menunjukkan bahwa luasan
terumbu karang di Indonesia dari tahun ke
tahun terus mengalami penurunan dan
mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan
karena cara penangkapan ikan di sekitar
terumbu karang yang sifatnya merusak,
penambangan batu karang dan sedimentasi.
• Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55%, terdapat di
Indonesia, Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di Lautan Hindia
dan Laut Merah; 14% di Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu
kenyataan menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di
Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan
mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara
penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya
merusak, penambangan batu karang dan sedimentasi. Sebagian
besar terumbu karang dunia, sekitar 55%, terdapat di Indonesia,
Philipina, dan Kepulauan Pasifik; 30% di Lautan Hindia dan Laut
Merah; 14% di Karibia; dan 1% di Atlantik Utara. Suatu kenyataan
menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di Indonesia dari
tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan mengalami
kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara penangkapan ikan di
sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak, penambangan batu
karang dan sedimentasi.
• Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dari
cakupan luas terumbu karang yang ada di Indonesia
sekitar 50.000 km2 diperkirakan hanya 7 %
terumbu karang yang kondisinya sangat baik, 33 %
baik, 46 % rusak dan 15% lainnya sudah dalam
kondisi kritis. Selama 50 tahun terakhir, proporsi
penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah
meningkat dari 10% menjadi 50% berdasarkan
laporan Reef at Risk pada 2002. Kondisi ini semakin
lama semakin mengkhawatirkan dan apabila keadaan
ini tidak segera ditanggulangi akan membawa
bencana besar bagi kehidupan biota laut dan
kesejahteraan masyarakat serta bangsa Indonesia.
• Adapun hasil survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) hingga akhir 2012 menyebutkan hanya 30% terumbu
karang Indonesia dalam kondisi baik, 37% dalam kondisi
sedang, dan 33% sisanya rusak parah. Pemantauan terumbu
karang tersebut dilakukan LIPI di 77 daerah yang tersebar
dari Sabang hingga Kepulauan Raja Ampat.
•       Adapun Peneyebab rusaknya terumbu karang adalah
sebagi berikut:
•       1.    Sedimentasi
• Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai, penambangan
atau pertanian di daerah aliran sungai atapun penebangan
hutan tropis menyebabkan tanah hutan mengalami erosi dan
terbawa melalui aliran sungai ke laut dan terumbu karang. 
Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat
membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga
karang tidak dapat bertahan hidup karena kurangnya
cahaya.
• 2. Penebangan hutan mangrove
• Hutan mangrove dan padang lamun yang
berfungsi sebagai penyaring juga menjadi
rusak dan menyebabkan sedimen dapat
mencapai terumbu karang. 
• Penebangan hutan mangrove untuk
keperluan kayu bakar dapat merubah area
hutan mangrove untuk keperluan kayu
bakar, dapat merubah area hutan mangrove
tersebut menjadi pantai terbuka.  Dengan
membuka tambak-tambak udang dapat
merusak tempat penyediaan udang alami.
• Penangkapan dengan Bahan Peledak
• Penggunaan bahan peledak untuk
penangkapan ikan oleh nelayan akan
mengakibatkan penangkapan ikan secara
berlebihan, sehingga menyebabkan
tangkapan ikan akan berkurang dimasa
berikutnya.  Penggunaan kalium Nitrat
(sejenis pupuk) sebagai bahan peledak
akan mengakibatkan ledakan yang besar,
sehingga membunuh ikan dan merusak
karang di sekitarnya.
• Aliran Drainase
• Aliran drainase yang mengandung pupuk
dan kotoran yang terbuang ke perairan
pantai mendorong pertumbuhan algae
yang akan menghambat pertumbuhan
polip karang, mengurangi asupan cahaya
dan oksigen.  Penangkapan secara
berlebihan membuat masalah ini
bertambah buruk karena ikan-ikan yang
biasanya makan algae juga ikut
tertangkap.
• 5.    Penangkapan Ikan dengan Sianida
• Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan sianida
dan racun-racun lain untuk menangkap ikan-ikan tropis untuk
akuarium  dan sekarang digunakan untuk menangkap ikan-ikan
yang akan di  konsumsi di restoran-restoran yang memakai
ikan hidup.
•  6.    Pengumpulan dan Pengerukan
• Pengambilan karang untuk digunakan sebagai bahan bak
konstruksi atau dijual untuk cindera mata juga merusak
terumbu karang.  Demikian pula, pengerukan dan pengeboman
karang untuk konstruksi di daerah terumbu karang.
• 7.    Pencemaran Air
• Produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang di
dekat perairan pantai, pada akhirnya akan mencapai terumbu
karang.  Bahan-bahan pencemar ini akan meracuni polip karang
dan biota laut lainnya.
•  
• 9.    Pemanasan Global
• Terumbu karang juga terancam oleh pemanasan global.
Pemutihan terumbu karang meningkat selama dua
dekade terakhir, masa dimana bumi mengalami
beberapa kali suhu terpanas dalam sejarah.  Ketika
suhu laut meningkat sangat tinggi, polip karang
kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga
mengubah warna mereka menjadi putih dan akhirnya
mati.
• Pemanasan global juga mengakibatkan cuaca ekstrim
sukar diperkirakan seperti badai tropis yang dapat
mengakibatkan kerusakan fisik ekosistem terumbu
karang yang sangat besar.  Meningkatnya permukaan
laut juga menjadi ancaman serius bagi terumbu karang
dan pulau-pulau kecil.
• 10. Pengambilan oleh wisatawan
•             Trumbu karang sangat indah
sekali, sehingga memikat hati para
penyelam. Namun, tidak sedikit dari
penyelam mengmbil biota laut  tersbut
sebagai hiasan, oleh-oleh, bahkan
dijadikan sebagai barang dagang. Hal itu
dapat mengurangi terumbu karang dan
mengakibatkan punahnya terumbu
karang.
• Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan
terumbu karang yang telah dikembangkan sejak
beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu
karang buatan dan transplantasi karang. Yang disebut
terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang
dibangun di laut dengan maksud memperbaiki
ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis-
jenis organisme laut untuk hidup dan menetap;
biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti
bekas ban mobil, cor-coran semen/beton, bangkai
kerangka kapal, badan mobil dan sebagainya.
• Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat
dengan berbagai bahan seperti struktur beton
berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu
tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut.
Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan
mencari makan, tempat memijah serta tempat
berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali
• Dalam jangka waktu tertentu, struktur
yang dibuat dengan berbagai bahan
seperti struktur beton berbentuk kubah
dan piramida, selanjutnya membantu
tumbuhnya terumbu karang alami di
lokasi tersebut. Dengan demikian,
fungsinya sebagai tempat ikan mencari
makan, tempat memijah serta tempat
berkembang biak berbagai biota laut
dapat kembali terwujud.

Anda mungkin juga menyukai