Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

“Buta Warna”
Disusun Oleh
Jasmine Medisa Rimadhiani

Pembimbing
dr.

Kepanitraan Klinik SMF Ilmu Mata


RSUD Waled Kabupaten Cirebon
Jawa Barat
2021
Table of contents

01 02 03 04 05
Anatomi Fisiologi Fisiologi Fototransduksi Definisi
pengelihatan pengelihatan
warna

06 07 08 09
Klasifikasi Etiologi, Pemeriksaan Tatalaksana
patofisiologi & gejala
Anatomi

Anatomi bola mata

Lapisan Retina
Fisiologi Pengelihatan

Melewati pupil dan


Masuk ke mata Cahaya dibiaskan
Sumber cahaya diatur banyaknya
melalui kornea oleh lensa
cahaa oleh iris

Sel batang dan


Difokuskan ke retina
kerucut meneruskan
Optic chiasma n. opticus dan hingga ke
impuls melalui saraf
fotoreseptor
optik

Primary visual area


Lateral geniculate of cerebral cortex
Optic tract Optic radiation
nucleus of thalamus (area 17) lobus
oksipital
Fototransduksi
Fisiologi pengelihatan warna
• Warna dapat dinilai melalui tiga kualitas, yaitu
rona (hue), saturasi, dan tingkat intensitas
cahaya.
• Rona dideteksi oleh penjumlahan respon dari
beberapa fotoreseptor yang dideduksi ke
dalam gelombang spektrum.
• Perbandingan dari tingkat penyerapan oleh
tiga tipe sel kerucut memberikan empat
persepsi rona.
• Sel kerucut dibagi menjadi kerucut-S yang
sensitif pada panjang gelombang cahaya
pendek, puncaknya 420 nm (biru); kerucut-M
sensitif pada panjang gelombang cahaya
medium, puncaknya 530 nm (hijau); Kerucut-L
sensitif pada panjang gelombang cahaya
panjang, puncaknya 560 nm (merah).
Definisi
Individu dengan penglihatan warna normal disebut sebagai trikromat (karena mata manusia normal
dapat mengenali 3 warna utama yaitu merah, hijau, dan biru, sesuai dengan teori trikromatik oleh
Young-Helmholtz. Pada buta warna, mekanisme dalam mengenai satu atau lebih warna primer
dapat terganggu (anomali) atau tidak ada sama sekali (anopia).
Klasifikasi

Dichromatism
Monochromatism

Red monochromatism Protanopia


Cone chromatism Deuteranopia
tritanopia

trichromatism

Protanomaly
Deutenomaly
Pengelihatan pada (a) normal, tritanomaly
(b) protanopia, (c) Deuteranopia,
dan (d) tritanopia.
Etiologi & Patofisiologi

• Buta warna dapat terjadi


secara kongenital atau
didapat akibat penyakit
tertentu.
• Buta warna herediter
merupakan kelainan
genetik X-linked pada
kromosom X ayah dan
ibu
1. Dikenal hukum Kollner yang menyatakan defek penglihatan warna merah hijau
merupakan lesi saraf optik ataupun jalur penglihatan, sedangkan defek
penglihatan biru kuning akibat kelainan pada epitel sensori retina atau lapis
kerucut dan batang retina. Terdapat pengecualian Hukum Kollner:
2. Neuropati optik iskemik, atrofi optik pada glaukoma, atrofi optik diturunkan secara
dominan, atrofi saraf optik tertentu memberikan cacat biru kuning.
3. Defek penglihatan merah hijau pada degenerasi makula, mungkin akibat
kerusakan retina yang terletak pada sel ganglionnya.
4. Pada degenerasi makula juvenile terdapat buta biru kuning, merah hijau atau
buta warna total, sedangkan degenerasi makula stardgart dan fundus fl
avimakulatus mengakibatkan gangguan pada warna merah hijau.
5. Defek penglihatan warna biru dapat pula terjadi pada peningkatan tekanan
intraokular.
Pemeriksaan

1. Uji Ischihara
2. Farnsworth
3. Anomaloscope
4. Holmgren wool test
Tatalaksana

Tidak terdapat pengobatan untuk buta warna yang diturunkan,


sedangkan buta warna didapat diterapi sesuai penyebab. Beberapa
cara yang dapat digunakan sebagai alat bantu penglihatan warna:
• Lensa kontak dan kacamata specially tinted, yang dapat
membantu uji warna namun tidak memperbaiki penglihatan warna.
• Kacamata yang memblokade glare, karena orang dengan
masalah penglihatan warna dapat membedakan sedikit warna saat tidak
terlalu terang.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai