Anda di halaman 1dari 46

TUTORIAL 17

TRIGGER
Andi, Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang Koass di RS. Ketika sedang jaga, Andi bersama
dokter jaga menerima pasien, berusia 65 tahun, yang datang dengan keluahan batuk berdarah
atau Hemoptisis. Andi juga melihat pasien tersebut dinding dada seperti “tong” dan juga tampak
sesak. Dan tampak bernafas dengan susah payah.Kemudian andi membaca lagi seputar
hemoptisis, sesak dan dinding dada seperti “tong”/ barrel chest. Hemoptisis merupakan suatu
penyakit yang sering timbul pada saluran napas dan paru kadang – kadang disertai nyeri dada.
Sumber dari hemoptisis yaitu system sirkulasi bronkial dan sistim sirkulasi pulmonal. Sistem
sirkulasi bronkial (90%) memegang peranan penting dalam patofisiologi batuk darah, karena
memperdarahi sebagian besar jalan napas.Sirkulasi pulmoner sekitar 5 %.Pada keadaan tertentu
kedua sistem sirkulasi ini dapat membentuk anastomose. Pada keadaan dimana ditemukan
kelainan pleura dan parenkim paru dapat dijumpai pembuluh darah kolateral yang berasal dari
sistem non bronkial. – Arteri mamaria interna.Hemoptisis harus dianggap serius karena dapat
menyebabkan asfiksia, hemoptisis umumnya disebabkan oleh kelainan paru dan merupakan
gejala yang paling sering membawa penderita ke dokter.
STEP 1
1. HEMOPTISIS= Batuk Darah yang disebabkan kerusakan pembuluh darah yang berada di
sekitar saluran pernapasan
2. SIRKULASI BRONKIAL= Bagian dari system sirkulasi yang memasok nutrisi dan oksigen ke sel
sel yang merupakan paru paru serta membawa produk limbah dari sel sel tersebut
3. SIRKULASI PULMONAL= sirkulasi darah dari jantung menuju paru paru dan sebaliknya
4. PLEURA= membrane yang memisahkan paru paru dengan dinding dada bagian dalam
5. ASFIKSIA= kondisi Ketika kadar oksigen menurun
6. ANASTOMOSE= Hubungan antar pembuluh melalui saluran kolateral dan pembentukan
normalnya terpisah akibat pembedahan trauma dan penyakit
7. Patofisiologi= Ilmu yang mempelajari gangguan fungsi fungsi mekanis fisik dan biokimia
STEP 1
8. Arteri mamaria interna= cabang dari arteri subclavia yang berjalan di dinding anterior dari
cavum thorax
9 Barrel Chest= bentuk kelainan dada yang menonjol dan membulat
10.Parenkim paru= tersusun dari satuan fungsional yang di sebut asinus
STEP 2
1 apa yang dimaksud dengan sirkulasi pulmonal dan sirkulasi bronkial?
2 mengapa system sirkulasi bronkial memegang peranan penting dalam fisiologi batuk berdarah?
3 mengapa hemoptisis dapat menyebabkan asfiksia?
4 apa yang menyebabkan seseorang mengalami hemoptisis?
5 Bagaimana pengobatan untuk hemoptisis?
6 apa saja tanda tanda atau gejala batuk berdarah?
7 apa yang membuat pasien tersebut tampak bernafas dengan susah payah?
8 bagaimana sirkulasi bronkial dan sirkulasi pulmonal dapat membentuk anastomose?
STEP 3
1 sirkulasi pulmonal merupakan membawa darah yang kaya kerbondioksida melalui arteri
pulmonalis menuju ketempat pertukaran gas di paru dan membawa oksigen melalui vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri sedangkan sirkulasi bronkial merupakan percabangan aorta
untuk memberikan nutrisi parenkim paru
2 karena memperdarahi sebagai besar jalan nafas
3 karena hemoptisis umumnya disebabkan oleh kelainan paru dan merupakan gejala yang paling
sering membawa penderita ke dokter
4 -infeksi oleh parasite
◦ -bronchitis
◦ -konsumsi obat illegal
◦ -tbc
STEP 3
5 pengobatan untuk hemoptisis yaitu di sesuaikan dengan penyebabnya
6 –pasien mengalami batuk selama beberapa minggu
-nyeri dada
-Hilangnya nafsu makan
-penurunan bb
-demam
-berkeringat pada malam hari
7 karena pada pasien tersebut terdapat dinding dada seperti tong sehingga menyebabkan pasien tersebut
bernafas dengan susah payah
8 hubungan antar sirkulasi bronkial dan plumonal
STEP 4
-HEMOPTISIS
-SIRKULASI BRONKIAL
-SIRKULASI PULMONAL
-ANASTOMOSE
-BARREL CHEST
-ASFIKSIA
-PLEURA
-ARTERI MAMARIA INTERNA
-NYERI DADA
STEP 5
1.PATOFISIOLOGI HEMOPTISIS
2. VASKULARISASI PARU DAN SALURAN NAPAS
3. MEKANISME NYERI DADA PADA RESPIRASI
4. HISTOLOGI PERTAHANAN PARU
5. APLIKASI KLINIS KELAINAN RESPIRASI
6. PENYAKIT TERKAIT PENUAAN PADA SISTEM RESPIRASI
STEP 6

BELAJAR MANDIRI
STEP 7
Definisi Sindrom Kartagener
Gejala Sindrom Kartagener

Gejala utama seseorang yang mengalami sindrom kartagener yaitu


bronkiektasis, sinusitis kronis, dan situs inversus dengan destrokardia.
Sedangkan untuk gejala umumnya berupa :
 rinitis kronis
 bronkitis kronis atau berulang
 gangguan penciuman
 infertilitas
Situs Invertus dengan Destrokardia
Etiologi Sindrom Kartagener
Etiologi sindrom kartagener adalah :
 mutasi gen
 DNAI1
 DNAH5
 DNAH11
 DNAI2
 KTU
 RSPH9
 RSPH4A
Komplikasi Sindrom Kartagener
Beberapa komplikasi sindrom kartagener adalah bronkiektasis.
Bronkiektasis terjadi ketika saluran bronkial yang diblokir dengan infeksi
kronis. Tabung diblokir membuat lebih banyak lendir untuk meningkatkan
yang memungkinkan akumulasi bakteri yang dapat menyebabkan
pneumonia. Sesak napas. mengi kronis, batuk.
Pengobatan Sindrom Kartagener
Saat ini masih belum ada Perawatannya dapat berupa:
ditemukan obat khusus untuk sindrom  Manoeuvres napas dan perkusi dada untuk
kartagener. Pasien harus mengelola membantu melepaskan nafas.
penyakit genetik langka ini melalui  Latihan meningkatkan batuk napas dalam-
kombinasi terapi dan obat-obatan. dalam.
Strategi maupun langkah-langkah  imunisasi rutin untuk meningkatkan
untuk meningkatkan pelepasan lendir kekebalan terhadap patogen pernafasan
dan mencegah infeksi pernapasan dan  Obat - antibiotik untuk infeksi bakteri pada
infeksi bakteri adalah petunjuk utama saluran pernapasan (hidung, tenggorokan,
yang diikuti oleh pasien dengan sindrom telinga)
kartagener.  Sinus operasi untuk memfasilitasi drainase
Diagnosis Sindrom Kartagener
Sindrom kartagener adalah penyakit bawaan sejak lahir. Namun,
gejalanya biasanya tidak signifikan atau terbukti selama tahun pertama
kehidupan. Kecurigaan klinis atau diagnosis pasti biasanya ditunda
sampai masa kanak-kanak kedua, remaja atau bahkan tahap dewasa).
Komplikasi pernapasan adalah penemuan medis yang paling signifikan.
Akibatnya, pendekatan yang berbeda biasanya digunakan untuk
menganalisis penyebab etiologisnya.
Vaskularisasi paru paru
paru paru menerima dan mensuplai darah melewati dua rangkaian yaitu :
sirkulasi pulmonary
arteri dan Vena bronchial
 
Sirkulasi pulmonary
memiliki artery pulmonary besar yang mensuplai darah ke paru-paru dan vena pulmonary yang
mengeluarkan darah dari paru-paru.
Artery pulmonary kanan dan kiri berasal dari pulmonary trunk dan membawa darah yang miskin 02 ke
paru-paru untuk oksigenisasi. Secara anatomy gambar artery pulmonary berwarna biru. Setiap artery
pulmonary menjadi bagian root dari paru-paru dan mengeluarkan cabang pertamanya ke superior lobe
sebelum memasuki hilum. Di dalam paru-paru setiap artery descend ke bagian posterolateral bronkus
utama dan terbagi menjadi arteri lobar dan arteri segmental. Kemudian cabang tersebut terus bercabang ke
setiap lobe dan segment bronchopulmonary paru-paru. Arteri dan bronchi berpasangan di paru-paru. Di
daerah duktus alveoli, cabang-cabang arteri tersebut membentuk jalinan kapiler di dalam septum
interalveolaris
Darah yang teroksigenasi kembali ke jantung terjadi dengan melewati 4 vena pulmonary yang mengalirkan
ke atrium kiri.
 
Vena pulmonary membawa darah yang kaya 02 dari paru-paru ke atrium kiri jantung. Secara anatomy
gambar vena pulmonary berwarna merah. Vena pulmonary mengalir pada arteri dan bronchi, yang
menerima darah dari segment-segment berdekatan ketika sedang mengalir ke hilum. Vena dari pleura
visceral mengalir ke vena pulmonary dan vena dari pleura parietal bergabung dengan vena sistemic pada
bagian dinding thoracic yang berdekatan.
Arteri bronchial
Arteri bronkial mensuplai darah untuk menutrisi struktur struktur yang membentuk root paru-paru,
jaringan penyokong paru-paru dan pleura visceral tterbagi menjadi
1. arteri bronkial kiri yang berasal dari Superiore torasik
2. kedua arteri bronkial kanan berasal dari arteri inter Costal posteriori kanan biasanya yang ketiga kanan)
ibersama arteri bronkial superior atau Aorta
 
 
Vena bronchial
Vena bronchial ya itu mengalir ke pilar proksimal yang disukai oleh arteri bronkial dan Vena pulmonari.
Terbagi menjadi
1. Vena bronkial kanan mengalir ke Vena Azygous
2. Vena bronkial kiri mengalir ke Vena Hemiazygous aksesori atau Vena intercostal superior kiri
Mekanisme Nyeri Dada pada
RespirasiRespirasi
Definisi

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan karena rangsangan


sensorik kompleks, sedangkan Nyeri dada merupakan sensasi tidak
nyaman di dada atau diperkirakan berasal dari struktur di dada.
Penyakit ini merupakan penyebab tersering orang berobat ke
rumah sakit yaitu sejumlah 35%.
Peoses nyeri

Proses nyeri melibarkan beberapa tahap,yaitu:


Transduksi
Konduksi
Transmisi
Persepsi
Modulasi
Persepsi

Modulasi

Transmisi
Transduksi
Merupakan proses perubahan dari stimulus
nyeri (noxius stimuli),mejadi potensial aksi
oleh nosiseptor (ujung saragf bebas)
Konduksi
Proses berjalannya implus aferen
melalui serabut a6 dan c,ke radiks
posterior dari modula spinalis.
Transmisi
Traktus spinotalamus berjalan
Proses pengiriman implus dari neuron asenden ke talamus (neuron
kedua naik sampai talamus dan ketiga)
kemudian ke korteks somatosenorik Dari talamus ke koreteks
Implus aferen berjalan ke traktus sensorik
spinotalamikus lateral sisi kontra
lateral
Selanjutnya berjalan asenden
melaluitraktus spinotalamikus lateral.
Persepsi

Persepsi,Proses pengeluaran implus aferen di otak.


Setelah implus sampai ke korteks somatosensorik, muncul persepsi nyeri
berupa lokasi spesifik dan intensitas nyeri.
Selain ke talamus, Traktus spinotalamikus juga mengirimkan implus ke regio
parabrakial,
Dari regio parabrakial diteruskan ke amigdala
Dari amigdala disebarkan ke sisem limbik (girus singuli dan korteks insularis)
Sehingga muncul Emosional terhadap nyeri
modulasi

Modulasi, implus aferen dari otak ke medula spinalis untuk inhibisi nyeri.
Area sistem limbik (korteks singuli,korteks insularis,amigdala,dan hipotalamus)
mengirimkan implus eferen ke PAG di mesensefalon
Selanjutnya PAG(Peari Aquaduktal Gray) mengirimkan implus stimulasi ke neuron
norepinefrin locus ceruleus pons, PAG juga mengirimkan implus stimulasi ke
neuron serotonegrik (nukleus raphe)di rvm/Rostral Ventro Medial medula
Neuron serotonik melepaskan pada tingkat spinal
Neuron norepinefrin melepaskan norepinefrin tingkat spinal
Serabut inhibisi desenden dari neuron serotonegrik (nukleus raphe),
melepaskan serotonin
Serabut inhibisi desendent dati neuron norepinefrin(nukleus locus ceruleus pons),
melepaskan norepinefrin
Norepinefrin dan serotonin akan mengaktifasi interneuron
 Interneuron melepaskan suatu senyawa opioid endogen yang disebut enkaphalin
Enkaphalin juga berikatan dengan reseptor opioid membran presinaps
yang kemudian menginhibisi presinaps (serabut eferen A6 dan C)
Inhibisi interneuron +pengirim implus ke neuron proyeksi =(menyebabkan)
aktivasi atau gerbang terbuka
implus diteruskan sampai ke otak
Gerakan memijit

Ketika terasa nyeri dan melakukan


gerakan memijit atau menggosok
maka nyeri akan terasa berkurang,
hal itu disebabkan pada gerakkan
tersebut merupakan gerakan
mengaktifasi serabut Aβ
referensi
Kibaly C,Lo HH, Law PY. A Mechabistic Approach to the development of gane Therapy for
Chronic pain. Int rev cell mol biol. 2016;327:89-161dio ;1-.1016/bs.ircmb.2016.06.002
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/14058/1/318fc49471e24a4318a5f2eb359f250f.pdf
CELL DUST
APLIKASI KLINIS KELAINAN PARU
1. Flu
disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus
penyebab gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda yang telah terkontaminasi,
maupun kontak fisik dengan penderita flu.
Flu dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah pencegahan, seperti mencuci tangan
secara rutin, tidak menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
2. Faringitis
adalah peradangan pada tenggorokan atau faring. Keluhan ini disebabkan oleh infeksi bakteri
maupun virus. Faringitis dapat ditangani bedasarkan penyebabnya. Misalnya, faringitis yang
disebabkan oleh bakteri dapat diobati menggunakan antibiotik.
APLIKASI KLINIS KELAINAN PARU
3. Laringitis
yaitu peradangan yang terjadi pada laring atau pita suara. Keluhan ini umumnya disebabkan oleh
penggunaan laring yang berlebihan, iritasi, atau infeksi.
Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit tenggorokan, batuk, demam, suara
serak, hingga kehilangan suara.
4. Asma
merupakan gangguan respirasi yang ditandai dengan peradangan pada saluran pernapasan.
Keluhan ini membuat saluran napas mengalami penyempitan. Penyebabnya bisa karena alergi,
paparan asap, polusi, hingga udara dingin.
Gejala khas yang umumnya dialami penderita asma adalah mengi, sesak napas, dada terasa sesak,
dan batuk.
APLIKASI KLINIS KELAINAN PARU
5. Bronkitis
Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke paru-paru atau bronkus mengalami
peradangan. Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya batuk berdahak.
Selain batuk berdahak, gejala yang menyertai bronkitis adalah dada sesak, dahak berwarna kuning
atau hijau, hingga demam.
6. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada alveolus, yaitu
kantong udara kecil pada paru-paru. Gangguan respirasi ini lebih sering dialami oleh perokok
aktif.
Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis dan sesak napas, bahkan saat
berolahraga ringan atau menaiki tangga.
APLIKASI KLINIS KELAINAN PARU
7. Pneumonia
 adalah gangguan respirasi pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Pneumonia juga bisa disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID 19
Gejala pneumonia cukup bervariasi. Namun, pneumonia umumnya ditandai dengan gejala, seperti
batuk, demam, sesak napas, dan menggigil.

8. Kanker Paru Paru


Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya dengan angka kematian yang
tinggi. Baik perokok aktif maupun pasif berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda disarankan agar berhenti merokok dan
menghindari paparan asap rokok.
Penuaan Sistem Respirasi
Perubahan Sistem Respirasi
Dinding dada
Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga terjadi
perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada
mengecil.

Otot-otot pernapasan
Muskulus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi. Otot pernapasan
menjadi kaku dan kehilangan kekuatan yang menyebabkan volume udara inspirasi menjadi
berkurang sehingga pernapasan cepat dan dangkal.
Saluran napas

Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan
lumen bronkus mengecil. Cincin rawan bronkus mengalami pengapuran.

Gangguan transpor gas

Pada usia lanjut terjadi penurunan O2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2
oleh darah dari alveoli (difusi) dan transpor O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat
melakukan olahraga. Dapat disimpulkan bahwa sistem respirasi pada lansia mengalami
perubahan yaitu otot-otot pernapasan yang menurun Proses Penuaan dari kekuatannya dan
kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan
pada bronkus.
Struktur jaringan parenkim paru
Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis.
Struktur kolagen dan elastin dinding saluran napas perifer kualitasnya menurun sehingga
menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan
parenkim paru pada usia lanjut dapat terjadi karena menurunnya tegangan permukaan akibat
pengurangan daerah permukaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan gangguan
fisiologi pernapasan sebagai berikut:

1. Gerak pernapasan : adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan
merubah mekanika pernapasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak napas dan diperparah lagi
jika terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas : perubahan struktur anatomik saluran pernapasan akan menimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian gangguan
udara dalam cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun :
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor:
kelemahan otot pernapasan, elastisitas
jaringan parenkim paru menurun, dan
resistensi saluran pernapasan. Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi
pengurangan ventilasi paru.
Perubahan pada Otot Respirasi
- Penurunan Kemampuan otot diafragma
- Penurunan Masa otot respirasi
- Gangguan pompa kalsium di sarkoplasmik endoplasma otot
- Penurunan sintesis myosin otot
- Penurunan fungsi respirasi di mitokondria
- Gangguan fungsi otot respirasi sangat tergantung pada aliran darah, kadar O2, kadar
karbohidrat, dan lipid.
Perubahan pada Parenkim Paru
- Total kandungan kolagen dan elastin tidak
berubah pada penuaan
- Diameter duktus alveolus meningkat
- Alveoli melebar -> Perubahan proporsi fiber elastic
di bronkiolus dan alveoli
- Senile Emphysema -> Perubahan histologi tanpa
disertai destruksi dinding alveoli

Anda mungkin juga menyukai