TRIGGER
Andi, Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang Koass di RS. Ketika sedang jaga, Andi bersama
dokter jaga menerima pasien, berusia 65 tahun, yang datang dengan keluahan batuk berdarah
atau Hemoptisis. Andi juga melihat pasien tersebut dinding dada seperti “tong” dan juga tampak
sesak. Dan tampak bernafas dengan susah payah.Kemudian andi membaca lagi seputar
hemoptisis, sesak dan dinding dada seperti “tong”/ barrel chest. Hemoptisis merupakan suatu
penyakit yang sering timbul pada saluran napas dan paru kadang – kadang disertai nyeri dada.
Sumber dari hemoptisis yaitu system sirkulasi bronkial dan sistim sirkulasi pulmonal. Sistem
sirkulasi bronkial (90%) memegang peranan penting dalam patofisiologi batuk darah, karena
memperdarahi sebagian besar jalan napas.Sirkulasi pulmoner sekitar 5 %.Pada keadaan tertentu
kedua sistem sirkulasi ini dapat membentuk anastomose. Pada keadaan dimana ditemukan
kelainan pleura dan parenkim paru dapat dijumpai pembuluh darah kolateral yang berasal dari
sistem non bronkial. – Arteri mamaria interna.Hemoptisis harus dianggap serius karena dapat
menyebabkan asfiksia, hemoptisis umumnya disebabkan oleh kelainan paru dan merupakan
gejala yang paling sering membawa penderita ke dokter.
STEP 1
1. HEMOPTISIS= Batuk Darah yang disebabkan kerusakan pembuluh darah yang berada di
sekitar saluran pernapasan
2. SIRKULASI BRONKIAL= Bagian dari system sirkulasi yang memasok nutrisi dan oksigen ke sel
sel yang merupakan paru paru serta membawa produk limbah dari sel sel tersebut
3. SIRKULASI PULMONAL= sirkulasi darah dari jantung menuju paru paru dan sebaliknya
4. PLEURA= membrane yang memisahkan paru paru dengan dinding dada bagian dalam
5. ASFIKSIA= kondisi Ketika kadar oksigen menurun
6. ANASTOMOSE= Hubungan antar pembuluh melalui saluran kolateral dan pembentukan
normalnya terpisah akibat pembedahan trauma dan penyakit
7. Patofisiologi= Ilmu yang mempelajari gangguan fungsi fungsi mekanis fisik dan biokimia
STEP 1
8. Arteri mamaria interna= cabang dari arteri subclavia yang berjalan di dinding anterior dari
cavum thorax
9 Barrel Chest= bentuk kelainan dada yang menonjol dan membulat
10.Parenkim paru= tersusun dari satuan fungsional yang di sebut asinus
STEP 2
1 apa yang dimaksud dengan sirkulasi pulmonal dan sirkulasi bronkial?
2 mengapa system sirkulasi bronkial memegang peranan penting dalam fisiologi batuk berdarah?
3 mengapa hemoptisis dapat menyebabkan asfiksia?
4 apa yang menyebabkan seseorang mengalami hemoptisis?
5 Bagaimana pengobatan untuk hemoptisis?
6 apa saja tanda tanda atau gejala batuk berdarah?
7 apa yang membuat pasien tersebut tampak bernafas dengan susah payah?
8 bagaimana sirkulasi bronkial dan sirkulasi pulmonal dapat membentuk anastomose?
STEP 3
1 sirkulasi pulmonal merupakan membawa darah yang kaya kerbondioksida melalui arteri
pulmonalis menuju ketempat pertukaran gas di paru dan membawa oksigen melalui vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri sedangkan sirkulasi bronkial merupakan percabangan aorta
untuk memberikan nutrisi parenkim paru
2 karena memperdarahi sebagai besar jalan nafas
3 karena hemoptisis umumnya disebabkan oleh kelainan paru dan merupakan gejala yang paling
sering membawa penderita ke dokter
4 -infeksi oleh parasite
◦ -bronchitis
◦ -konsumsi obat illegal
◦ -tbc
STEP 3
5 pengobatan untuk hemoptisis yaitu di sesuaikan dengan penyebabnya
6 –pasien mengalami batuk selama beberapa minggu
-nyeri dada
-Hilangnya nafsu makan
-penurunan bb
-demam
-berkeringat pada malam hari
7 karena pada pasien tersebut terdapat dinding dada seperti tong sehingga menyebabkan pasien tersebut
bernafas dengan susah payah
8 hubungan antar sirkulasi bronkial dan plumonal
STEP 4
-HEMOPTISIS
-SIRKULASI BRONKIAL
-SIRKULASI PULMONAL
-ANASTOMOSE
-BARREL CHEST
-ASFIKSIA
-PLEURA
-ARTERI MAMARIA INTERNA
-NYERI DADA
STEP 5
1.PATOFISIOLOGI HEMOPTISIS
2. VASKULARISASI PARU DAN SALURAN NAPAS
3. MEKANISME NYERI DADA PADA RESPIRASI
4. HISTOLOGI PERTAHANAN PARU
5. APLIKASI KLINIS KELAINAN RESPIRASI
6. PENYAKIT TERKAIT PENUAAN PADA SISTEM RESPIRASI
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
Definisi Sindrom Kartagener
Gejala Sindrom Kartagener
Modulasi
Transmisi
Transduksi
Merupakan proses perubahan dari stimulus
nyeri (noxius stimuli),mejadi potensial aksi
oleh nosiseptor (ujung saragf bebas)
Konduksi
Proses berjalannya implus aferen
melalui serabut a6 dan c,ke radiks
posterior dari modula spinalis.
Transmisi
Traktus spinotalamus berjalan
Proses pengiriman implus dari neuron asenden ke talamus (neuron
kedua naik sampai talamus dan ketiga)
kemudian ke korteks somatosenorik Dari talamus ke koreteks
Implus aferen berjalan ke traktus sensorik
spinotalamikus lateral sisi kontra
lateral
Selanjutnya berjalan asenden
melaluitraktus spinotalamikus lateral.
Persepsi
Modulasi, implus aferen dari otak ke medula spinalis untuk inhibisi nyeri.
Area sistem limbik (korteks singuli,korteks insularis,amigdala,dan hipotalamus)
mengirimkan implus eferen ke PAG di mesensefalon
Selanjutnya PAG(Peari Aquaduktal Gray) mengirimkan implus stimulasi ke neuron
norepinefrin locus ceruleus pons, PAG juga mengirimkan implus stimulasi ke
neuron serotonegrik (nukleus raphe)di rvm/Rostral Ventro Medial medula
Neuron serotonik melepaskan pada tingkat spinal
Neuron norepinefrin melepaskan norepinefrin tingkat spinal
Serabut inhibisi desenden dari neuron serotonegrik (nukleus raphe),
melepaskan serotonin
Serabut inhibisi desendent dati neuron norepinefrin(nukleus locus ceruleus pons),
melepaskan norepinefrin
Norepinefrin dan serotonin akan mengaktifasi interneuron
Interneuron melepaskan suatu senyawa opioid endogen yang disebut enkaphalin
Enkaphalin juga berikatan dengan reseptor opioid membran presinaps
yang kemudian menginhibisi presinaps (serabut eferen A6 dan C)
Inhibisi interneuron +pengirim implus ke neuron proyeksi =(menyebabkan)
aktivasi atau gerbang terbuka
implus diteruskan sampai ke otak
Gerakan memijit
Otot-otot pernapasan
Muskulus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi. Otot pernapasan
menjadi kaku dan kehilangan kekuatan yang menyebabkan volume udara inspirasi menjadi
berkurang sehingga pernapasan cepat dan dangkal.
Saluran napas
Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan
lumen bronkus mengecil. Cincin rawan bronkus mengalami pengapuran.
Pada usia lanjut terjadi penurunan O2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2
oleh darah dari alveoli (difusi) dan transpor O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat
melakukan olahraga. Dapat disimpulkan bahwa sistem respirasi pada lansia mengalami
perubahan yaitu otot-otot pernapasan yang menurun Proses Penuaan dari kekuatannya dan
kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan
pada bronkus.
Struktur jaringan parenkim paru
Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis.
Struktur kolagen dan elastin dinding saluran napas perifer kualitasnya menurun sehingga
menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan
parenkim paru pada usia lanjut dapat terjadi karena menurunnya tegangan permukaan akibat
pengurangan daerah permukaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan gangguan
fisiologi pernapasan sebagai berikut:
1. Gerak pernapasan : adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan
merubah mekanika pernapasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak napas dan diperparah lagi
jika terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas : perubahan struktur anatomik saluran pernapasan akan menimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian gangguan
udara dalam cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun :
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor:
kelemahan otot pernapasan, elastisitas
jaringan parenkim paru menurun, dan
resistensi saluran pernapasan. Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi
pengurangan ventilasi paru.
Perubahan pada Otot Respirasi
- Penurunan Kemampuan otot diafragma
- Penurunan Masa otot respirasi
- Gangguan pompa kalsium di sarkoplasmik endoplasma otot
- Penurunan sintesis myosin otot
- Penurunan fungsi respirasi di mitokondria
- Gangguan fungsi otot respirasi sangat tergantung pada aliran darah, kadar O2, kadar
karbohidrat, dan lipid.
Perubahan pada Parenkim Paru
- Total kandungan kolagen dan elastin tidak
berubah pada penuaan
- Diameter duktus alveolus meningkat
- Alveoli melebar -> Perubahan proporsi fiber elastic
di bronkiolus dan alveoli
- Senile Emphysema -> Perubahan histologi tanpa
disertai destruksi dinding alveoli