Anda di halaman 1dari 26

ASFIKSIA NEONATORUM

LATAR BELAKANG

▰ Penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.


▰ Posisi pertama penyebab kematian neonatal dengan persentase
29%. (SKRT 2001)
▰ Salah satu penyebab kematian terbanyak dengan persentase 78,5%
dari kematian neonatal pada umur 0-6 hari. (Riskesdas 2007)
▰ Dapat berkomplikasi menjadi gangguan fungsi susunan saraf pusat
dan hampir selalu disertai multiorgan failure.
• American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Kattwinkel J, ed. Resusitasi Neonatus. 6th ed. Jakarta: Perinasia; 2011.
• Laksmi NMDP, et al., eds. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010:xvii-6, 23, 34-35.
• Vensya, Budijanto D, Hardhana B, Soenardi TA, eds. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014:88-90.
2 • Suradi R, et.al. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI; 2008.
DEFINISI
 IDAI
Asfiksia neonatorum: kegagalan napas secara spontan
dan teratur saat atau beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis.
 WHO
Asfiksia neonatorum: kegagalan napas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.
• Suradi R, et.al. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI; 2008.
3 • IDAI. Asfiksia Neonatorum. In: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004:272-276.
DEFINISI
 ACOG & AAP
a) Asidemia metabolik atau campuran (metabolik dan
respiratorik) yang jelas, yaitu pH < 7, pada sampel darah
yang diambil dari arteri umbilical.
b) Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5
c) Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk
kejang, hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksik iskemik
d) Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode
BBL.

4 • Gomella TL, et al., eds. Neonatology, management, procedures, on-call problems, diseases,and drugs. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2013:805-814.
ETIOLOGI

Faktor Ibu Faktor plasenta Faktor Fetus Faktor Neonatus


▰ Hipoksia ibu. ▰ Solusio ▰ Lilitan tali ▰ Depresi
▰ Gangguan plasenta. pusat, pusat
aliran darah ▰ Perdarahan ▰ Kompresi pernafasan
uterus. plasenta. tali pusat. BBL

• Lissauer T & Fanaroff AA. Selayang Neonatologi. 2 nd ed. Jakarta: PT Indeks; 2013:50-62.
5 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
PATOFISIOLOGI

Faktor Ibu Faktor plasenta Periode


apnu Bradikardi

Gangguan
ASFIKSIA “Gasping” Apnu kedua
pertukaran gas

Tekanan
Frekuensi darah turun
Faktor neonatus Faktor fetus Jantung turun

6 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
DIAGNOSIS

ANAMNESIS
▰ Pada anamnesis diarahkan untuk mencari faktor resiko
terhadap asfiksia neonatorum.
▰ Faktor resiko antepartum: DM pada ibu, HT dalam
kehamilan, perdarahan pada trimester dua dan tiga, dll.
▰ Faktor resiko intrapartum: SC cito, kelahiran dengan
ekstraksi forsep atau vakum, letak sungsang, dll.

• Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, eds. Buku
7 Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012:103-125.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
FISIK
Manifestasi Klinis
 Bayi tidak bernapas atau tidak menangis,
 Bisa terdapat retraksi atau cekungan di daerah subternal dan subcostal,
 Denyut jantung < 100 x/menit,
 Tonus otot menurun,
 Kulit tampak biru/pucat,
 Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa
mekonium pada tubuh bayi.

8 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
FISIK
APGAR SCORE
Klinis 0 1 2
Warna Kulit Biru Pucat Tubuh merah, Tubuh dan ekstremitas
(Appearance) ekstremitas biru kemerahan
Frekuensi Jantung Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit
(Pulse)
Rangsangan Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit Menangis
(Grimace)
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
(Activity) sedikit
Pernafasan Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
(Respiratory)

9 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
DIAGNOSIS

Skor APGAR
 Skor apgar 7-10 (Vigorous Baby).
 Skor apgar 4-6 (Mild-moderate asphyxia)-asfiksia
sedang.
 Skor apgar 0-3 Asfiksia berat.

10 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
DIAGNOSIS
DOWNE SCORE
Kriteria 0 1 2
Pernapasan < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap


sianosis dengan pemberian walaupun diberi
oksigen oksigen

Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara


bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu

11 • Suradi R, et.al. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI; 2008.
DIAGNOSIS

Skor DOWNE
 Skor DOWNE < 4  Gangguan pernapasan
ringan.
 Skor DOWNE 4-5  Gangguan pernapasan
sedang.
 Skor DOWNE ≥ 6  Gangguan pernapasan
berat, diperlukan analisis gas darah.

12 • Suradi R, et.al. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI; 2008.
…DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang:
 AGD
 Darah perifer lengkap
 Gula darah, Ureum, creatinin, elektrolit
 Foto Thorax
 USG kepala
 CT Scan Kepala

13 • Abdoerrachman MH, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2007:1072-1087.
TATA LAKSANA

1) Jaga kehangatan bayi. 2) Jaga patensi jalan napas.


- Keringkan neonatus segera. - Kepala pada posisi netral,
- Gunakan radiant warmer. gunakan kain di bawah
bahu bila diperlukan,
- Rawat dalam inkubator. angkat dagu, atau dorong
rahang.
- Hisap mekonium atau
darah.
• Lissauer T & Fanaroff AA. Selayang Neonatologi. 2nd ed. Jakarta: PT Indeks; 2013:50-62.
14 • American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Kattwinkel J, ed. Resusitasi Neonatus. 6 th ed. Jakarta: Perinasia; 2011
TATA LAKSANA

3) Jaga agar tidak hipoglikemi.


- Pemberian nutrisi secara enteral.
- Bayi tidak mungkin menyusu  pemberian menggunakan sonde dalam
waktu 1-3 jam setelah lahir.
- Kebutuhan cairan neonatus sebagai berikut:
Umur (hari)
Berat (g)
1 2 3 4 5+

≥ 1500 60 ml/kg 80 ml/kg 100 ml/kg 120 ml/kg 150 ml/kg


< 1500 80 ml/kg 100 ml/kg 120 ml/kg 140 ml/kg 160 ml/kg

• Lissauer T & Fanaroff AA. Selayang Neonatologi. 2nd ed. Jakarta: PT Indeks; 2013:50-62.
15 • American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Kattwinkel J, ed. Resusitasi Neonatus. 6 th ed. Jakarta: Perinasia; 2011
TATA LAKSANA

4) Cegah Infeksi
- Pemberian antibiotik.

5) Cegah dan mengobati komplikasi


- Lakukan alur resusitasi dengan cepat dan tepat.

• Lissauer T & Fanaroff AA. Selayang Neonatologi. 2nd ed. Jakarta: PT Indeks; 2013:50-62.
16 • American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Kattwinkel J, ed. Resusitasi Neonatus. 6 th ed. Jakarta: Perinasia; 2011
Alur
Resusitasi
Neonatus

• American Academy of Pediatrics dan


American Heart Association. Kattwinkel
J, ed. Resusitasi Neonatus. 6th ed.
17 Jakarta: Perinasia; 2011.
KOMPLIKASI
Sistem Pengaruh
Sistem Saraf Pusat Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark, perdarahan intrakranial, kejang-kejang,
edema otak, hipotonia, hipertonia
Kardiovaskular Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek, bising jantung, insufisiensi trikuspidalis,
hipotensi
Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom kegawatan pernapasan
Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks
Adrenal Perdarahan adrenal
Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis
Metabolik Sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia,
mioglobinuria
Kulit Nekrosis lemak subkutan
Hematologi Koagulasi intravaskular tersebar

18 • Suradi R, et.al. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI; 2008.
PROGNOSIS

Prognosis baik asfiksia neonatorum bergantung pada :


▰ Kecepatan dan ketepatan resusitasi.
▰ Komplikasi dapat diobati,
▰ Umur kehamilan bayi aterm,
▰ Tingkat HIE 1-ringan.

19 • IDAI. Asfiksia Neonatorum. In: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004:272-276.
TINDAK LANJUT

▰ Memantau asupan nutrisi agar bisa tumbuh kembang dengan baik.


▰ Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
▰ Tes perkembangan, KPSP bila ada menyimpang dilanjutkan dengan
Denver Development Screening Test.
▰ Imunisasi dasar lengkap.
▰ Awasi komplikasi yang terjadi.
▰ Konsul ke THT untuk tes pendengaran.
▰ Konsul ke mata untuk tes penglihatan.

20
KESIMPULAN

▰ Asfiksia neonatorum  kegagalan nafas secara spontan


dan teratur segera setelah lahir.
▰ Asfiksia  keadaan dimana pertukaran gas–plasental atau
paru-paru terganggu atau keduanya berkurang,
mengakibatkan depresi kardiorespiratori.
▰ Etiologi dari asfiksia neonatorum, terdiri dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor fetus, dan faktor neonatus.

21
KESIMPULAN

 Diagnosis asfiksia neonatorum dapat ditegakkan dari


 anamnesis yang diarahkan untuk mencari faktor risiko
terhadap asfiksia neonatorum,
 pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi tidak bernapas
atau menangis, denyut jantung < 100x/menit, tonus otot
berkurang, dan cairan ketuban ibu bercampur mekonium
atau sisa mekonium pada tubuh bayi.

22
KESIMPULAN

 Berat ringannya asfiksia dapat dinilai menggunakan skor


APGAR.
 Berat ringannya distress pernapasan pada neonatus dapat
menggunakan skor DOWNE.
 Tata laksana asfiksia neonatorum: Jaga kehangatan jaga
jalan napas  jaga agar tidak hipoglikemia  cegah infeksi
cegah dan mengobati komplikasi.

23
KESIMPULAN

 Prognosis asfiksia neonatorum baik bila:


 Resusitasi dilakukan cepat dan tepat.
 Komplikasi dapat dicegah dan diobati.
 Umur kehamilan bayi aterm.
 HIE tingkat 1-ringan.

24
KESIMPULAN

• Perlu dilakukan tindak lanjut pada bayi post asfiksia agar


tumbuh kembang bayi dapat optimal:
 Skrining pendengaran
 Skrining penglihatan
 Pantau pertumbuhan dan perkembangan
 Pantau asupan nutrisi
 Imunisasi dasar lengkap
 Awasi komplikasi yang terjadi.

25
TERIMA KASIH

26

Anda mungkin juga menyukai