Dibawakan oleh:
1. Azfar Rohaizad Bin Dzulkefli C111 14 853
2. Mohd Khairu Izzuddin Bin Abd Rahim C111 14 857
3. Nur Farahin Abd Jakfar C11 114 859
Penguji : Dr. dr. Jumraini T, Sp. S (K)
Pembimbing referat : dr. Faisal Budisasmita Patirungi Parawansa
LATAR BELAKANG
Masukan impuls yang menuju Sistem Saraf Pusat yang berperan pada mekanisme
kesadaran pada prinsipnya ada dua tipe, yaitu input yang spesifik dan non-spesifik.
1. input spesifik merupakan impuls aferen khas yang meliputi impuls protopatik,
propioseptif dan panca-indera. Impuls aferen spesifik ini menghasilkan kesadaran yang
sifatnya spesifik yaitu perasaan nyeri, penglihatan, penghiduan atau juga pendengaran
tertentu.
2. Sebagian impuls aferen spesifik ini melalui cabang kolateralnya akan menjadi impuls
non-spesifik karena penyalurannya melalui lintasan aferen non-spesifik, serta
menggalakkan inti tersebut untuk memancarkan impuls yang menggiatkan seluruh
korteks secara difus dan bilateral yang dikenal sebagai diffuse ascending reticular
system.
Lintasan aferen non-spesifik ini menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada
tubuh ke titik-titik pada seluruh sisi korteks serebri.
Struktur yang berperan dalam kesadaran antara lain adalah:
2. Korteks Serebri
Fungsi korteks serebri adalah untuk memodulasi informasi yang berasal dari RAS
karenanya korteks membutuhkan RAS untuk berfungsi dengan baik. Awareness itu
berarti korteks serebral bekerja dengan baik dan pasien dapat berinteraksi dan
menginterpretasi lingkungan di sekitarnya.
Epidemiologi
1. Polifarmasi
2. Penghentian substansi seperti alkohol dan benzodiazepin
3. Hiportemia
4. Keseimbangan elektrolit terganggu seperti sodium, magnesium dll
5. Defisiensi vitamin B komplek
6. Gagal jantung
7. Fungsi paru terganggu
8. Anemia
Klasifikasi Delirium
• Delirium Hipoaktif
Pasien bersikap menyendiri dan tenang, lambat terhadap respons yang
diberikan serta pergerakan spontan yang sedikit
• Delirium Hiperaktif
Pasien memiliki kelihatan agitasi, sering disertai halusinasi dan delusi.
Berhubungan dengan peningkatan penggunaan benzodiazepin, sedasi
berlebihan, dan berisiko jatuh
• Delirium Campuran
Pasien menunjukkan gambaran klinis baik hiperaktif maupun hipoaktif.
Patofisiologi
1. Efek Langsung
Bahan seperti antikolinergik dan dopaminergik memiliki efek
langsung pada sistem neuronal. Lalu, gangguan metabolik
seperti hipoglikemia, hipoksia, atau iskemia dapat langsung
mengganggu fungsi neuronal samaada dalam mengurangi
penghasilan atau pelepasan neurotransmiter.
2. Inflamasi
Respons inflamasi sistemik dapat meningkatkan penghasilan sitokin
kemudian mengaktifkan mikroglia lalu menghasilkan reaksi inflamasi
pada otak. Sejalan dengan efeknya yang merusak neuron, sitokin juga
mengganggu pembentukan dan pelepasan neurotransmiter.
3. Stres
Stres dapat menyebabkan sistem saraf untuk melepaskan lebih banyak
noradrenalin lalu melepaskan glukokortikoid dalam kadar yang tinggi,
kemudian mengaktivasi glia dan menyebabkan kerusakan neuron.
GEJALA KLINIS
1. Gangguan kesadaran dan perhatian
Orientasi
5 Sekarang ( hari, tanggal, bulan, musim dan tahun) apa?
5 Kita berada dimana? Negara, provinsi, kota, rumah sakit, lantai.
Registrasi
3 Sebutkan 3 benda. Minta pasien mengulang ketiga benda.
Atensi dan Kalkulasi
Kurangi 100 dengan 7. hentikan setelah 5 jawaban. Atau mengeja
5
terbalik.
Mengingat kembali
3 Pasien disuruhnmenyebut kembali 3 objek tadi.
Bahasa
2 Pasien disuruh menyebut benda yang ditunjuk.
1 Pasien disuruh mengulang kata “ namun, bila”
3 Pasien disuruh melakukan 3 perintah.
9
1 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah.
1 Pasien disuruh menulis spontan.
1 Pasien disuruh menggambar benda.
TATALAKSANA DELIRIUM
LINI PERTAMA
• Terapi non-farmako
• reorientasi
• terapi intervensi perilaku.
• Intervensi lingkungan
• Terapi farmakologi
• Hanya diberikan pada kasus delirium tipe hiperaktif yang membahayakan diri sendiri
dan lingkungannya atau ada kegagalan terapi non-farmakologis.
• Pada agitasi berat atau kondisi yang tidak memungkinkan pemberian oral
• diberikan injeksi haloperidol 2,5 mg intramuskular, dapat diulang setelah 30 menit.
• Dosis maksimal pemberian untuk dewasa 10mg/ hari.
• Dosis maksimal pemberian untuk lansia 5 mg/hari.
KESIMPULAN