• a. pengertian :
• proses sistematis dan berkesinambungan dalam menilai kerasionalan terapi obat melalui evaluasi data
penggunaan obat pada suatu sistem pelayanan dengan mengacu pada kriteria dan standar yang telah
ditetapkan (ashp).
• b. tujuan
• 1) mendorong penggunaan obat yang rasional
• 2) meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
• 3) menurunkan pembiayaan yang tidak perlu
f. persiapan
. 1) analisis masalah obat berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebagai prioritas
. 2) program epo tahunan
.3) pemilihan penelitian/guidelines/standar sebagai standar pembanding
10. DISPENSING SEDIAAN STERIL
• a. Pengertian
• Dispensing sediaan steril adalah penyiapan sediaan farmasi steril untuk memenuhi kebutuhan individu pasien dengan cara melakukan
pelarutan, pengenceran dan pencampuran produk steril dengan teknik aseptic untuk menjaga sterilitas sediaan sampai diberikan kepada
pasien.
• b. Tujuan :
• 1) Menjamin sterilitas sediaan
• 2) Meminimalkan kesalahan pengobatan
• 3) Menjamin kompatibilitas dan stabilitas
• 4) Menghindari pemaparan zat berbahaya
• 5) Menghindari pencemaran lingkungan
• 6) Meringankan beban kerja perawat
• 7) Penghematan biaya penggunaan obat
c. Manfaat
Terjaminnya sterilitas obat, meminimalkan kesalahan pengobatan, melindungi petugas terhadap paparan bahan-bahan berbahaya, meringankan beban kerja
perawat, menghemat biaya pengobatan pasien.
• Bagian-bagian ruangan pada area pelayanan Dispensing Sediaan Steril terdiri dari :
• (1) Ruang persiapan
• (2) Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian (kelas 100.000)
• (3) Ruang antara (Ante room) (kelas 100.000)
• (4) Ruang bersih (Clean room) kelas 10.000
• Contoh perbedaan tekanan antar ruang pada ruangan dispensing sediaan steril :
• (1) Ruangan pencampuran non sitostatika Semakin ke dalam tekanan ruangan semakin positif
• (2) Ruangan pencampuran sitostatika Semakin ke dalam tekanan ruangan semakin negatif
11. PEMERIKSAAN KADAR OBAT DALAM DARAH
(PKOD)
• a. Pengertian
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter
yang merawat dikarenakan adanya masalah potensial atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
• b. Tujuan
• 1) Memastikan kadar obat berada dalam kisaran terapi yang direkomendasikan untuk memantau efektivitas maupun toksisitas.
• 2) Sebagai referensi dalam menentukan dosis terapi obat yang optimal berdasarkan kondisi klinis pasien
• 3) Mengelola rejimen obat untuk mengoptimalkan hasil terapi
• c. Manfaat
• 1) Merancang rejimen dosis obat spesifik untuk pasien berdasarkan karakteristik farmakologis obat yang digunakan, tujuan terapi obat,
penyakit penyerta, terapi obat, dan faktor terkait pasien lainnya.
• 2) Memantau dan menyesuaikan rejimen dosis berdasarkan respon farmakologi dan cairan biologis (misal plasma, serum, darah) bersama
dengan tanda dan gejala klinis atau parameter biokimia lainnya
• 3) Mengevaluasi respon pasien yang tidak biasa terhadap terapi obat untuk mendapatkan penjelasan farmakokinetik dan farmakologis.
12. PHARMACY HOME CARE (PELAYANAN KEFARMASIAN
DI RUMAH)
• a. Pengertian
• Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan
persetujuan pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yang membutuhkan perhatian lebih.
• b. Tujuan
• 1) Tercapainya keberhasilan terapi pasien
• 2) Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung efektivitas, keamanan dan kesinambungan
pengobatan
• 3) Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga dalam penggunaan obatatau alat kesehatan yang
tepat
• 4) Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga
• c. Manfaat
• Bagi Pasien :
• 1) Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan
• 2) Meningkatnya pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan/atau alat kesehatan
• Bagi apoteker :
• 1) Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah
• 2) Pengakuan profesi apoteker oleh masyarakat kesehatan, masyarakat umum dan pemerintah
• 3) Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan.
C. KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN FARMASI KLINIK
• Rekomendasi yang diberikan apoteker atas terapi pasien akan merubah terapi yang
telah ditetapkan tenaga medis sebelumnya, maka akan sangat mungkin menimbulkan
resistensi dari tenaga medis. Karena itu penyampaian rekomendasi yang ditujukan
kepada tenaga medis hendaknya ditulis dengan tata bahasa yang tidak menghakimi
atau menyalahkan, melainkan menunjukkan bahwa rekomendasi tersebut disusun
sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan outcome terapi bagi pasien.
• Apoteker juga perlu meyakinkan bahwa dokumentasi yang dibuat oleh apoteker
bukan dimaksudkan untuk mencatat kesalahan yang dilakukan oleh tenaga medis atau
tenaga kesehatan lain. Perlu dikomunikasikan bahwa dokumentasi yang dilakukan
merupakan bagian dari upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan.
MANAJEMEN RISIKO
• Manajemen risiko merupakan aktivitas Pelayanan Kefarmasian yang dilakukan untuk identifikasi, evaluasi, dan menurunkan risiko
terjadinya kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko kehilangan dalam suatu organisasi.
• Manajemen risiko merupakan tanggungjawab semua komponen di rumah sakit, termasuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dalam
pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Apoteker bertanggung jawab menerapkan manajemen risiko terutama
dalam upaya meningkatkan patient safety (keselamatan pasien).
• Manajemen resiko bertujuan untuk:
• 1. Meningkatkan mutu layanan
• 2. Meningkatkan keselamatan pasien
• 3. Meminimalkan kerugian
1. ASHP
Adalah untuk menganalisis harga pekerjaan perencanaan untuk penanganan bidang
pekerjaan.
2. KFT
Adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari ketua medis fungsional
atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit.
3. EPO
Adalah terapi untuk penyakit ginjal tahap akhir.
4. HEPA
Adalah menjaga kualitas udara dalam ruangan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH