Banjir Bandang NTT 2021 - PPT
Banjir Bandang NTT 2021 - PPT
➔ Jumlah korban akibat banjir bandang tercatat 181 orang meninggal dunia,
47 orang hilang, 225 orang luka-luka, keluarga yang terdampak banjir
sebanyak 127.414 kepala keluarga.
➔ Kerugian materiil yang tercatat yaitu 14.892 rumah rusak berat, 12.895
rumah rusak sedang, 43.089 rumah rusak ringan, 2.927 fasilitas umum dan
fasilitas sosial rusak.
➔ Kerusakan infrastruktur jalan jembatan, bendungan, kerusakan lahan
pertanian, dan kehilangan ternak dalam jumlah yang signifikan
5
Penyediaan dan Pembangunan Shelter
6
7
Koordinasi Penanganan Bencana
8
Manajemen Penyakit menular
Permasalahan malaria dan sanitasi makanan menjadi fokus yang perlu diperhatikan
agar tidak terjadi krisis kesehatan. Dalam mengatasi masalah krisis kesehatan di NTT,
Kementerian Kesehatan melakukan pengkajian cepat masalah kesehatan (Rapid Health
Assessment) yang dilakukan pada saat berada di lokasi bencana. Keluhan paling
banyak terjadi terkait gangguan pencernaan (diare), gatal-gatal, dan masuk angin.
Penyediaan logistik dan obat-obatan dilakukan untuk menangani permasalahan
kesehatan yang ada lokasi pengungsian. Penempatan lokasi pengungsian di 18 titik
dimaksudkan agar tidak terjadi penularan penyakit terutama penyakit infeksi bakteri
dan virus. sebaran titik lokasi pengungsian adalah sebagai berikut :
9
Provinsi NTT Posko Utama di Kantor BPBD Provinsi NTT
Kabupaten Lokasi Jumlah Jiwa Sebaran Lokasi
Flores Timur Desa Nelelamadiken 475 Jiwa - Balai Desa
Nelelamawangi
- SD Desa
Tabel sebaran -
Nelelamawangi
Balai Desa
Nelelamadike
lokasi - Poskesdes Desa
Nelelamadike
pengungsian... Desa Waiburak 150 Jiwa - Kepela Wai Lingo
- Posyandu Waiburak
10
Kabupaten Lokasi Jumlah Jiwa Sebaran Lokasi
Malaka Tersebar Tidak - SMP Sabar Subur
dijelaskan Betun
- SDK Betun 1 dan
Betun 2
… Tabel -
-
SDI Wemalae Betun
SDI Baketeu
sebaran lokasi - SDI Kletek
11
Fasilitas Sanitasi, Penanganan Limbah, serta Pengendalian
Vektor dan Rodent
12
Satgas Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
untuk NTT dan NTB, bertanggung jawab dalam
penanganan bencana salah satunya yaitu menyediakan
sanitasi yang layak bagi pengungsi.
A. Proses Sanitasi
Selain penyediaan jamban umum, juga dilakukan
kegiatan dalam upaya sanitasi pengelolaan sampah,
diantaranya pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, dan pembuangan akhir sampah.
13
B. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
Fasilitas yang dapat digunakan seperti toilet atau kamar mandi, memanfaatkan fasilitas yang
tersedia di 18 titik pengungsian (tempat umum). Selain itu, Kementerian PUPR juga telah
menyediakan 80 unit sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan sanitasi dan air
minum seperti hidran umum, mobil tangki air, dan mobil MCK. Serta saluran bantuan dari
Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) NTB berupa sarana dan prasarana dasar di
Kabupaten Bima berupa 3 unit MTA, toilet portable, 4 unit hidran umum, dan 1 unit mobil
tinja (Kementerian PUPR, 2021).
14
Berdasarkan pedoman teknis penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana (2007),
perhitungan kebutuhan toilet dan kamar mandi,
C. Perhitungan mengacu pada:
15
Tabel 3.6.1 Jumlah Kebutuhan Toilet Berdasarkan Titik Pengungsian di Awal Pengungsian
16
Tabel 3.6.2 Jumlah Kebutuhan Toilet Berdasarkan Titik Pengungsian setelah Masa Emergency
17
Gambar 3.6.1
Denah Lokasi Toilet dan Kamar
Mandi yang Dianjurkan
18
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya sanitasi
pengelolaan sampah, antara lain:
1. Pengumpulan Sampah
Tempat sampah dengan tutup dan mudah
dipindahkan/diangkat (potongan drum atau
kantong plastik sampah) ukuran 1 m x 0,6 m untuk
1-3 keluarga. Maksimum 15 m dari tempat hunian
pengungsi.
2. Pengangkutan Sampah D. Penanganan Sampah
Dilakukan dengan gerobak atau dengan truk
pengangkut sampah untuk diangkut ke tempat Padat dan Limbah Cair
pembuangan akhir
3. Pembuangan Akhir Sampah
Pembakaran, penimbunan dalam lubang galian
atau parit dengan kedalaman 2 m, panjang 1 m,
dan lebar 1,5 m untuk keperluan 200 orang. Lokasi
pembuangan akhir jauh dari tempat hunian dan
jarak minimal dari sumber air 10 m 19
Tabel 3.6.3 Jumlah Kebutuhan Tempat Sampah Berdasarkan Titik Pengungsian
20
Tabel 3.6.4 Jumlah Kebutuhan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Berdasarkan Titik
Pengungsian
21
Gambar 3.6.2
Denah Lokasi Tempat Sampah dan
Tempat Pembuangan Akhir yang
Dianjurkan
22
Pengelolaan ekskreta dapat dilakukan dengan
menampung dan mengolahnya pada jamban atau
septictank yang ada di sekitar lokasi pengungsian dan
dapat dialirkan ke tempat pengelolaan atau dilakukan
secara kolektif.
23
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi
pengungsi adalah lalat, tikus serta nyamuk.
24
Sanitasi Makanan
Tidak dijelaskan secara jelas sanitasi makanan saat terjadinya bencana banjir
bandang di NTT namun sanitasi pangan menurut UU RI Nomor 18 tahun
2012 tentang Pangan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi pangan yang sehat dan higienis yang bebas dari
bahaya cemaran biologi, kimia, dan benda lainnya. Sanitasi makanan sangat
dibutuhkan saat terjadinya bencana seperti banjir bandang NTT karena
sanitasi makanan yang dilakukan pada saat bencana berguna untuk
meminimalisir terjadinya keracunan bagi para korban agar kesehatannya
tetap terjaga.
25
Dapur Umum
20 titik dapur umum telah didirikan dan tersebar di seluruh
wilayah diantaranya 2 di Timor Tengah Utara, 4 di Kabupaten
Flores Timur, 4 di Kabupaten Malaka, dan 10 titik lainnya terdapat
di Kabupaten Bima. Polda Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Bali, dan NTB mengirimkan kendaraan
mobil yang bisa digunakan untuk dapur lapangan.
Jumlah dapur umum yang didirikan telah memenuhi standarisasi
minimal yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 3 unit.
26
Keamanan Pangan dan Peralatan
Menurut ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen M.Hum keamanan pangan di
pengungsian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Kompas, 2020):
1. Mengupayakan agar makanan dapat bertahan dan tidak basi dengan
memperhatikan berbagai faktor seperti tingkat kematangan makanan,
jenis makanan yang disajikan, kebersihan dari juru masak, kebersihan
wadah untuk makanan, serta cara menyimpannya.
2. Menghindari menggunakan bahan makanan yang mudah basi seperti
lauk dengan santan.
BNPB menyarankan untuk 1 pengungsi mendapatkan 1 piring makan, 1
sendok makan, dan 1 cangkir atau gelas. Dalam keadaan tertentu dapat
diberikan bantuan berupa botol susu bayi
27
Proses Distribusi
Proses pendistribusian paket bantuan dilakukan dengan berbagai cara dari jalur
darat sampai jalur udara. BNPB telah mengirimkan 4 helikopter per tanggal 6
April 2021 dengan berbagai fungsi. Dua helikopter berfungsi sebagai alat
pendistribusian logistik untuk beberapa desa yang terisolir, satu helikopter
berfungsi sebagai akomodasi warga yang membutuhkan pertolongan terutama
untuk kelompok rentan dan helikopter terakhir berfungsi sebagai akomodasi bagi
para tenaga medis yang ditugaskan pada posko penanganan darurat. Para relawan
mendirikan pos logistik yang digunakan untuk menampung dan mendistribusikan
paket bantuan secara langsung kepada warga. Pos Logistik tersebut terdapat
management yang dilengkapi oleh form sebagai tanda terima barang masuk
ataupun keluar. 28
Promosi Kesehatan
➔ Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat telah
mengirimkan Tim Gerak Cepat (TGC) Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang bergabung dengan Tim Kementerian
Kesehatan pada tanggal 13-17 April 2021
➔ Tim tersebut terdiri dari Pusat Krisis Kesehatan sebagai koordinator,
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat
Kesehatan Lingkungan, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat ke beberapa Kabupaten, yaitu
Kabupaten Kupang, Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),
Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Lembata, Kabupaten Sikka, dan
29
Kabupaten Flores Timur
Upaya Promosi Kesehatan
1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Pendampingan bagi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota dalam
pemulihan awal bencana.
3. Penguatan tenaga promosi kesehatan/Peningkatan kapasitas dalam mengedukasi
masyarakat terkait pencegahan Covid-19, termasuk program vaksinasi.
4. Mendorong pemanfaatan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) setempat saat warga sudah tidak di pengungsian dengan
memperhatikan zonasi Covid-19.
30