Anda di halaman 1dari 51

Analisis Keuangan

Bank SYARIAH

Fakultas Agama Islam


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Priyo Prakoso
1. Pendahuluan
2. Tingkat Kesehatan Bank Syariah
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
1. Pendahuluan
Tema 2020 (sblm Merger)
1. Pendahuluan
Rasio Kinerja  Tingkat Kesehatan
1. Pendahuluan
Rasio Kinerja  Tingkat Kesehatan
1. Pendahuluan
Rasio-rasio Keuangan Utama
1. Pendahuluan
Rasio-rasio Keuangan Utama
1. Pendahuluan
Rasio-rasio Keuangan Utama
1. Pendahuluan
Rasio-rasio Keuangan Utama
1. Pendahuluan

?
Bank Rating
1. Pendahuluan

Kesehatan  merupakan hal yg penting dalam


berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia
maupun perusahaan (terutama bank).
Kondisi badan maupun perusahaan & bank yg sehat
akan meningkatkan semangat/gairah kerja &
kemampuan kerja serta kemampuan lainnya yg
dibutuhkan hidup untuk jangka panjang yg
berkelanjutan (terjaga kondisi kesehatannya secara
terus-menerus).
1. Pendahuluan
Tingkat Kesehatan
Penilaian Kesehatan Bank 
1. Pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia antara lain ditandai
dgn banyaknya bank-bank yg bermunculan  shg sangat diperlukan
suatu pengawasan terhadap bank-bank tsb.
2. BI/OJK  memerlukan suatu sarana kontrol terhadap bank-bank
untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan
usaha masing-masing bank.
3. Kebijakan perbankan yg dikeluarkan & dilaksanakan oleh BI/OJK
ditujukan untuk menciptakan & memelihara kesehatan bank.
4. Kesehatan bank tsb  baik bank secara individu maupun perbankan
sbg suatu sistem.
5. Kesehatan (kondisi keuangan & non keuangan) bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait  pemilik, pengelola
(manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank (nasabah),
BI/OJK selaku otoritas pengawasan bank & pihak lain.
1. Pendahuluan
Tingkat Kesehatan (continued)
Penilaian Kesehatan Bank 
6. Kondisi kesehatan bank tsb dapat digunakan oleh pihak-pihak yg
berkepentingan tsb (stakeholders) untuk mengevaluasi kinerja bank
dalam menerapkan:
• Prinsip kehati-hatian
• Kepatuhan terhadap ketentuan yg berlaku
• Manajemen risiko 
Perkembangan industri perbankan yg semakin kompleks & beragam
akan meningkatkan eksposur risiko yg dihadapi bank. Perubahan
eksposur risiko bank & penerapan manajemen risiko  akan
mempengaruhi profil risiko bank yg selanjutnya berakibat pada
kondisi bank secara keseluruhan.
1. Pendahuluan
Tingkat Kesehatan (continued)
Penilaian Kesehatan Bank 
7. Pengertian Kesehatan Bank  Menurut Bank International for
Settlement (BIS), bank dapat dikatakan sehat apabila bank tsb dapat
melaksanakan kontrol terhadap aspek:
 Modal
 Aktiva
 Rentabilitas
 Manajemen &
 Likuiditas
8. Menurut BI (sesuai dgn UU RI No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Pasal 29)  Sehat jika bank memenuhi ketentuan kesehatan bank
dgn memperhatikan aspek Permodalan, Kualitas Asset, Kualitas
Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas &
aspek lain yg berhubungan dgn usaha bank.
9. Kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap
perekonomian.
1. Pendahuluan
Tingkat Kesehatan (continued)
Penilaian Kesehatan Bank 
10. Pihak-pihak lain yg berkepentingan dalam kesehatan bank terdiri dari
pihak internal & pihak eksternal.
Pihak internal terdiri dari:
a. Pihak manajemen  berkepentingan langsung & sangat
membutuhkan informasi keuangan untuk tujuan perencanaan
(planning), pengorganisasian (coordinating) & pengendalian
(controlling) suatu bank.
b. Pemilik bank  dgn menganalisis laporan keuangan & ukuran
kesehatannya pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya
manajemen dalam memimpin bank.
c. Karyawan  berkepentingan dgn laporan keuangan & kesehatan
bank tempat mereka bekerja karena sumber penghasilan mereka
bergantung pada bank tsb.
1. Pendahuluan
Tingkat Kesehatan (continued)
Penilaian Kesehatan Bank 
Pihak eksternal terdiri dari:
•Investor  memerlukan analisis laporan keuangan & kesehatan
bank dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya.
Selama ini, investor yg penting adalah tingkat imbalan hasil (return)
dari modal yg telah atau akan ditanam dalam bank.
•Kreditur  merasa berkepentingan terhadap pengembalian/
pembayaran kredit yg telah diberikan kpd bank, mereka perlu
mengetahui kinerja keuangan jangka pendek (likuiditas) &
profitabilitas dari perusahaan.
•Pemerintah  informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan
juga oleh lembaga yg lain seperti Statistik.
1. Pendahuluan
Menilai/mengukur
Menilai/mengukur Tingkat
Tingkat
Kesehatan
Kesehatan sebuah
sebuah bank
bank
syariah
syariah 

Adalah
Adalah berarti
berarti mengevaluasi
mengevaluasi
&
& menganalisis
menganalisis kinerja
kinerja
keseluruhan
keseluruhan bank
bank syariah
syariah
tsb
tsb 

Kinerja
Kinerja bank
bank syariah
syariah
representasi
representasi dari
dari tanggung
tanggung
jawab
jawab Top
Top levels
levels
Management
Management nya nya 
Mencakup
Mencakup kinerja:
kinerja:
1.Finansial
1.Finansial &&
2.Non-finansial
2.Non-finansial
1. Pendahuluan

Management (Top) Levels  di Bank Syariah


Jajaran pihak manajemen “tingkat atas” Bank Syariah memiliki
persamaan secara umum dgn jajaran di perbankan non syariah 
namun ada beberapa kekhususan yang menjadi titik berat pada
management bank syariah sehingga unik terutama adanya DPS.
Top
Top level
level
Management
Management di di Bank
Bank
Syariah
Syariah berinteraksi
berinteraksi
dgn
dgn pihak-pihak
pihak-pihak yg
yg
berkepentingan
berkepentingan
(stakeholders):
(stakeholders):
1.Internal
2.Eksternal
Melalui
Melalui praktek
praktek yg
yg
menjadikan
menjadikan bank
bank
syariah
syariah lebih
lebih khusus
khusus
dibandingkan
dibandingkan bank
bank
konvensional
konvensional
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah
1.Bank dalam kegiatan operasionalnya akan dievaluasi secara
berkala oleh internal bank  bagaimana penilaian tingkat
kesehatannya, ukurannya ditentukan oleh regulator (BI/OJK).
2.Penilaian internal oleh bank (self assessment) tsb 
dilakukan oleh management levels bank itu sendiri yg esensi
hasilnya mencerminkan kinerja bank secara keseluruhan termasuk
kinerja dr top levels management-nya.
3.Regulator  melalui pengawasannya akan melakukan
penilaian secara independen dimana hasil pengawasannya
dapat merubah hasil penilaian dr internal bank sebelumnya tsb.
4.Rujukan & tatacara penilaian tingkat kesehatan bank syariah
telah ditetapkan oleh peraturan OJK mengoreksi peraturan BI
sebelumnya (shg metode atas dasar CAMELS tidak lagi berlaku)
 telah berlaku peraturan baru yg secara khusus mengatur pula
bagi Bank Syariah secara tersendiri.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
5.Perubahan penilaian tingkat kesehatan bank  dr pola analisis
CAMEL menuju CAMELS & menuju RGEC (Risk profile, GCG,
Earnings & Capital sbg Risk-Based Bank Rating/RBBR)
6.CAMEL  pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak
dikeluarkannya Paket Februari 1991 ttg prinsip kehati-hatian bank.
Paket tsb dikeluarkan BI sbg dampak Paket Kebijakan 27 Oktober
1988 (Pakto 1988).
7.CAMELS  sbg pengembangan CAMEL pertama kali pada tgl 1
Januari 1997 di Amerika & berkembang di Indonesia akhir 1997 &
awal 1998 sbg dampak dari krisis ekonomi & moneter.
8.CAMELS digunakan untuk menganalisis & mengevaluasi kinerja
keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI):
5. No. 6/10/PBI/2004 ttg Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
6. No. 9/1/PBI/2007 ttg Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
9. Pd CAMEL (dan CAMELS)  selain perhitungan kuantitatif,
memperhitungkan faktor lain, yaitu:
a. Pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil (KUK)
b. Pelaksanaan pemberian kredit ekspor
c. Pelanggaran thdp ketentuan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK)
d. Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN)
e. Selain itu, tingkat kesehatan bank akan diturunkan menjadi
“tidak sehat” apabila ada:
 Perselisihan internal
 Campur tangan pihak luar dalam manajemen
 “Window dressing” atau rekayasa keuangan
 Praktek “bank dalam bank”, dan
 Kesulitan keuangan yg mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaannya dalam kliring.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
10.RGEC (Risk profile, GCG, Earnings, Capital atau metode Risk-
Based Bank Rating/RBBR)  dikeluarkan PBI No. 13/1/PBI/2011
& Surat Edaran (SE) BI No. 13/24/DPNP yg berlaku per Januari
2012 menggantikan cara lama penilaian kesehatan bank dgn
metode CAMELS (yang sudah diberlakukan selama hampir
delapan tahun sejak terbitnya PBI No. 6/10/PBI/2004 & SE
No.6/23/DPNP).
11.Dgn terbitnya PBI & SE terbaru ini (tahun 2011)  metode
CAMELS dinyatakan tidak berlaku lagi, diganti dgn model baru
yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan penilaian sendiri
(self-assessment) Tingkat Kesehatan Bank dgn menggunakan
pendekatan risiko  RBBR baik secara individual maupun
konsolidasi.
12.Perhitungan RGEC (dibandingkan CAMELS) relatif berbeda
signifikan pada komponen “R“  yaitu Risk Profile yang relatif lebih
“rumit” karena mengunakan matriks dgn dua dimensi.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
13.Pd versi CAMELS  bank dapat langsung mengetahui nilai
peringkat (skornya antara 1 s.d. 5) jika sudah mengetahui nilai
indikatornya. Namun dgn RGEC, ada aspek lain yg perlu
dipertimbangkan sebelum memperoleh nilai akhir untuk indikator
tsb.
Misal:
Ratio debitur inti thdp total kredit sebuah bank adalah X%. Tahap
pertamanya sama dgn metoda CAMELS yaitu menentukan peringkat
jika diketahui nilai indikatornya (penjelasan untuk sebagian indikator
penilaian contohnya pd faktor Risiko Kredit).
Dgn RGEC  nilai rasio tsb belum menentukan nilai akhirnya, bank
harus melihat bagaimana implementasi manajemen risiko terkait dgn
konsentrasi nilai kredit pd para debitur kelas kakap. Jika bank tsb
sudah memagari risiko tsb dgn segala kebijakan, prosedur, SOP atau
teknik pengendalian risikonya, maka bisa jadi nilai untuk indikator tsb
malah membaik, atau tidak jika untuk sebaliknya.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)

1991 2004 2011


2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
12.Komponen CAMELS (2004) sbg revisi dari CAMEL (1991) lebih
mengarah pd ukuran kinerja bank secara internal  dari Capital, Asset
Quality, Management, Earning Power, Liquidity & Sensitivity to
Market Risk, dikenal sbg CAMELS rating system.
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Pd yg sebelumnya (CAMEL - 1991), proses penilaian kesehatan
bank syariah menggunakan:
Rumus-rumus matematika &
Sistem scoring
Dari hasil penilaian utk setiap parameter, dgn skala 0 s.d. 100
Nilai akhir dari kesehatan bank versi ini pd akhirnya berupa
angka yg selanjutnya menentukan klasifikasi kesehatan bank yaitu:
 Sehat
 Cukup Sehat
 Kurang Sehat
 Tidak Sehat
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Indikator pada CAMEL tsb juga sangat sederhana, yaitu:
 Penilaian “Capital” utk satu ukuran CAR: Capital Adequacy Ratio
 Rasio modal thdp aktiva tertimbang menurut risiko;
 Penilaian “Asset Quality” berdasarkan kualitas aktiva produktif
bank dgn menggunakan dua indikator Rasio (aktiva produktif yg
diklasifikasikan thdp aktiva produktif & penyisihan penghapusan
aktiva produktif/PPAP thdp aktiva produktif yg diklasifikasikan);
 Penilaian “Management” dgn 250 pertanyaan, yg mencakup
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum,
manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas;
 Penilaian “Earnings” dgn dua ukuran rasio (ROA: laba thdp total
aset & BOPO: Beban Operasional thdp Pendapatan
Operasional);
 Penilaian “Liquidity” menggunakan LDR/FDR  yaitu “rasio kredit
thdp dana yg diterima” dan “Rasio kewajiban call money bersih
thdp aktiva lancar”
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Pada CAMELS (2004) juga relatif cukup sederhana namun ada
penambahan, yaitu:
Penilaian tambahan berupa “Sensitivity to Market Risk”:
Faktor sensitivitas terhadap risiko pasar a.l. dilakukan melalui
penilaian terhadap:
 Modal/cadangan yg dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku
bunga dibandingkan dgn potential loss sbg akibat fluktuasi
suku bunga  bank syariah secara tidak langsung terdampak
juga dari bunga di pasar karena nasabah & bisnis di pasar
menjadi bagian dari usaha bank konvensional maupun bank
syariah.
 Modal/cadangan yg dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai
tukar dibandingkan dgn potential loss sbg akibat fluktuasi nilai
tukar  nilai tukar tsb antara mata uang rupiah dgn valuta
asing
 Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Pada CAMELS (2004) juga relatif cukup sederhana, yaitu:
Penilaian tambahan berupa “Sensitivity to Market Risk”: (continued)
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Pada CAMELS (2004) juga relatif cukup sederhana, yaitu:
Penilaian tambahan berupa “Sensitivity to Market Risk”: (continued)
2. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat Kesehatan Bank Syariah (continued)
Pada CAMELS (2004) juga relatif cukup sederhana, yaitu:
Penilaian tambahan berupa “Sensitivity to Market Risk”: (continued)
CAMELS tidak lagi menggunakan predikat penilaian CAMEL, keterangan:
•Bank tergolong sangat baik & mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi
perekonomian & industri keuangan.
•Bank tergolong baik & mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perkenomian &
industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan minor yg dapat segera
diatasi oleh tindakan rutin.
•Bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yg dapat
menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan
tindakan korektif.
•Bank tergolong kurang baik & sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
perekonomian & industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yg serius
atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yg tidak memuaskan, yg apabila tidak
dilakukan tindakan korektif yg efektif berpotensi mengalami kesulitan yg
membahayakan kelangsungan usahanya.
•Bank tergolong tidak baik & sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
perekonomian & industri keuangan serta mengalami kesulitan yg membahayakan
kelangsungan usahanya.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK
1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah  Risk-based Bank Rating (RBBR)
2. RBBR berbeda dgn CAMELS karena lebih menyeluruh meski terdiri
atas 4 faktor penilaian kesehatan (2 faktor adalah tergolong baru):
a. Faktor 1: Risk profile R
b. Faktor 2: Good corporate governance (GCG) G
c. Faktor 3: Earnings E
d. Faktor 4: Capital C
3. RGEC (RBBR) disebut model penilaian kesehatan bank yg sarat dgn
manajemen risiko  Manajemen Bank perlu memperhatikan prinsip-
prinsip umum berikut sbg landasan menilai Tingkat Kesehatan Bank:
 Berorientasi Risiko
 Proporsionalitas
 Materialitas
 Signifikansi
 Komprehensif dan
 Terstruktur
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Prinsip-prinsip umum Tingkat Kesehatan Bank:
1.Berorientasi Risiko
Penilaian atas dasar risiko-risiko bank & dampak thdp kinerja bank secara
keseluruhan dgn cara mengidentifikasi faktor internal & eksternal yg dapat
meningkatkan risiko atau memengaruhi kinerja bank (saat ini & y.a.d).
2.Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dlm tiap faktor penilaian dilakukan dgn
memperhatikan karakteristik & kompleksitas usaha bank (dapat
menggunakan parameter/indikator tambahan yg sesuai).
3.Materialitas dan Signifikansi
Memperhatikan materialitas & signifikansi faktor penilaian yaitu Profil Risiko,
GCG, Rentabilitas, & Permodalan serta signifikansi parameter/indikator
penilaian pd masing-masing faktor dlm menyimpulkan peringkat faktor.
4.Komprehensif & Terstruktur
Penilaian dilakukan menyeluruh, sistematis & difokuskan pd permasalahan
utama bank dgn analisis yg terintegrasi (termasuk konsolidasi perusahaan).
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile 
a. Bank syariah mengelola 10 jenis risiko:
1) Risiko Kredit
2) Risiko Pasar
3) Risiko Operasional
4) Risiko Likuiditas
5) Risiko Hukum
6) Risiko Reputasi
7) Risiko Strategik
8) Risiko Kepatuhan
9) Risiko Imbal Hasil
10) Risiko Investasi
b. Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap:
 Risiko Inheren &
 Kualitas Penerapan Manajemen Risiko (KPMR)
dalam aktivitas kegiatan operasional Bank
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
c. Penilaian Risiko inheren  penilaian atas Risiko yg melekat
pd kegiatan bisnis Bank, baik yg bisa dikuantifikasikan maupun
tidak, yg berpotensi memengaruhi keuangan Bank.
Karakteristik Risiko inheren Bank ditentukan oleh faktor:
 Internal &
 Eksternal, antara lain:
 Strategi bisnis
 Karakteristik bisnis
 Kompleksitas produk/aktivitas bank
 Industri dimana bank melakukan kegiatan usaha &
 Kondisi makro ekonomi.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
d. Untuk “Risk Profile“, bank menggunakan 2 (dua) dimensi:
1) Nilai faktor &
2) Peringkat risiko
Sebelum menentukan peringkat akhirnya  dgn kata lain, nilai
sebuah indikator merupakan fungsi dari nilai indikatornya &
kualitas manajemen risiko yg terkait dgn indikator tsb. Inilah
esensi dari penilaian kesehatan bank yg baru, yaitu kualitas
manajemen risiko. Aspek “Risk Profile“ tsb mencakup 8 jenis
Risiko (bank konvensional):
1) Risiko Kredit, menggunakan 12 indikator penilaian
2) Risiko Pasar, menggunakan 17 indikator penilaian
3) Risiko Operasional, menggunakan 15 indikator penilaian
4) Risiko Likuiditas, menggunakan 11 indikator penilaian
5) Risiko Hukum, menggunakan 13 indikator penilaian
6) Risiko Strategik, menggunakan 10 indikator penilaian
7) Risiko Kepatuhan, menggunakan 5 indikator penilaian
8) Risiko Reputasi, menggunakan 10 indikator penilaian.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
d. Untuk bank syariah ditambahkan 2 (dua) jenis risiko lagi:
1) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) 
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yg
dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi
perubahan tingkat imbal hasil yg diterima bank dari
penyaluran dana, yg dapat memengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank. Dlm menilai Risiko
inheren atas Risiko Imbal Hasil, parameter/ indikator yg
digunakan adalah:
Komposisi dana pihak ketiga
Strategi & kinerja bank dalam menghasilkan
laba/pendapatan
Perilaku nasabah dana pihak ketiga.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
d. Untuk bank syariah ditambahkan 2 (dua) jenis risiko lagi:
2) Risiko Investasi (Equity Investment Risk) 
Adalah Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yg dibiayai dlm pembiayaan berbasis bagi
hasil baik yg menggunakan metode net revenue sharing
maupun yg menggunakan metode profit & loss sharing.
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Investasi,
parameter/ indikator yg digunakan adalah:
2)Komposisi & tingkat konsentrasi pembiayaan berbasis
bagi hasil
3)Kualitas pembiayaan berbasis bagi hasil dan
Faktor eksternal.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
e. Contoh matriks parameter/indikator peniliaian Risiko Kredit:
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 1: Risk profile  continued
f. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko (KPMR):
parameter/indikator peniliaian Risiko Kredit:
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 2: Good Corporate Governance (GCG) 
Menerapkan prinsip-prinsip:
a.Transparency
b.Accountability
TARProF (TARIF
c.Responsibility
pd Bank
d.Professional &
Konvensional
e.Fairness
serta menggunakan pendekatan governance system yaitu:
a.Governance structure
b.Governance process &
c.Governance outcome
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 2: Good Corporate Governance (GCG)  continued
Penilaian dilakukan secara self assessment terhadap 11 faktor:
1)Pelaksanaan tugas & tanggung jawab Dekom;
2)Pelaksanaan tugas & tanggung jawab Direksi;
3)Kelengkapan & pelaksanaan tugas Komite;
4)Pelaksanaan tugas & tanggung jawab DPS;
5)Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
& penyaluran dana serta pelayanan jasa;
6)Penanganan benturan kepentingan;
7)Penerapan fungsi kepatuhan;
8)Penerapan fungsi audit intern;
9)Penerapan fungsi audit ekstern;
10)Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); &
11)Transparansi kondisi keuangan & non keuangan BUS, lap.
pelaksanaan GCG serta pelaporan internal;
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Faktor 3: Earnings 
a.Mengukur rentabilitas
b.Secara umum sama seperti penilaian CAMELS sebelumnya
Faktor 4: Capital 
a.Mengatur permodalan bank
b.Secara umum sama seperti penilaian CAMELS sebelumnya

Pada akhirnya keseluruhan penilaian versi RBBR sampai pada


penilaian peringkat komposit tingkat kesehatan bank.

Ketentuan lengkap dari OJK & penjelasannya tercantum dlm POJK


di bawah ini.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
Regulasi OJK (continued)
Penetapan Peringkat Komposit dikategorikan dalam 5 (lima)
Peringkat Komposit yakni:
a.Peringkat Komposit 1 (PK-1),
b.Peringkat Komposit 2 (PK-2),
c.Peringkat Komposit 3 (PK-3),
d.Peringkat Komposit 4 (PK-4), dan
e.Peringkat Komposit 5 (PK-5).
Peringkat Komposit yg lebih kecil = kondisi bank yg lebih sehat.
OJK berwenang  menurunkan Peringkat Komposit jika
ditemukan permasalahan/pelanggaran yg secara signifikan akan
Mempengaruhi operasional dan/atau
Kelangsungan usaha bank.
Contoh permasalahan/pelanggaran yg berpengaruh signifikan a.l.
rekayasa (window dressing) & perselisihan intern manajemen
yg pengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha bank.
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)
3. Risk-Based Bank Rating (RBBR)

Anda mungkin juga menyukai