Anda di halaman 1dari 18

PPN & PPnBM

Disusun oleh Kelompok 7 :


1. Devi Komalasari 11012000456
2. Ismi Wulandari 11012000247
3. Ria Maulana 11012000215
4. Rama Yuhanda 11012000175
5. Assyifa Anggraeni 11012000186
6. Faris 11012000170
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak yang
dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di daerah
pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap
jalur produksi dan distribusi.

Dalam penerapannya, Badan atau Perorangan yang


membayar pajak ini tidak diwajibkan untuk
menyetorkan langsung ke kas negara, melainkan
lewat pihak yang memotong/memungut PPN. PPN
bersifat objektif, tidak kumulatif, dan merupakan
pajak tidak langsung. Subjek pajaknya terdiri dari
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan non PKP.

Sebelum membahas Objek PPN, kita terlebih


dahulu mengetahui apa itu BKP, JKP, dan PKP.
 Barang Kena Pajak (BKP)
Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

“Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang menetapkan sebaliknya.“
Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu sebagai
berikut:

A. Barang hasil per- B. Barang-barang kebutu C. Makanan dan minuman D. Uang, emas batangan,
tambangan atau hasil han pokok yang sangat yang disajikan di hotel, dan surat-surat berharga
pengeboran yang di- dibutuh kan oleh rakyat restoran, rumah makan, (saham, obligasi,
ambil langsung dari banyak, seperti : Beras, warung, dan sejenisnya, dan lainnya)
sumbernya, seperti : Gabah, Jagung, kedelai,
Minyak Mentah, Gas Sagu, Garam, Daging,
Bumi, Batubara yang Telur, dll.
belum diolah, dll.
 Jasa Kena Pajak (JKP)

Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai 8. Jasa kesenian dan hiburan
pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. 9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
Dan dari jasa-jasa tersebut, 10. Jasa angkutan umum di darat, air dan udara
dikeluarkanlah beberapa jenis jasa yang yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari
menurut Undang-Undang tidak termasuk JKP jasa angkutan udara luar negeri
tersebut,di antaranya seperti: 11. Jasa tenaga kerja
1. Jasa pelayanan kesehatan medis 12. Jasa perhotelan
2. Jasa di bidang pelayanan sosial 13. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan menjalankan pemerintahan secara umum
perangko 14. Jasa penyediaan tempat parkir
4. Jasa keuangan 15. Jasa telepon umum 
5. Jasa asuransi 16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
6. Jasa di bidang keagamaan 17. Jasa boga atau catering
7. Jasa pendidikan
 Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi


atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor,
mengekspor barang melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor
jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
Daerah Pabean yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN 1984.
 Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak:


• Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan untuk menjadi pengusaha kena pajak.
• Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
• Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar daripada pajak
masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang
berutang.
• Melaporkan penghitungan pajak. 

b. Pengecualian kewajiban pengusaha kena pajak


• Pengusaha kecil
• Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau jasa yang tidak dikenakan PPN.
Objek (PPN)
a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean d.Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
yang dilakukan oleh Pengusaha. Syarat- Daerah Pabean didalam Daerah Pabean;
syaratnya adalah: e.Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di
1.Barang berwujud yang diserahkan dalam Daerah Pabean;
merupakan BKP; f. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena
2.Barang tidak berwujud yang diserahkan Pajak;
merupakan BKP Tidak Berwujud; g.Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha
3.Penyerahan dilakukan dalam Daerah Kena Pajak;
Pabean; dan h.Kegiatan membangun sendiri yang hasilnya
4.Penyerahan dilakukan dalam rangka digunakan sendiri atau pihak lain;
kegiatan usaha atau pekerjaannya.  i. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut
b. Impor BKP; tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh
c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
dilakukan oleh Pengusaha. Masukannya tidak dapat dikreditkan.
Dasar Pengenaan Pajak
(DPP)
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, berupa:
a) Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
b) Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak(JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa
uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa 
c) Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan beamasuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan Pabean untuk Impor BKP,tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN.
d) Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang dimintaatau seharusnya diminta
oleh eksportir.
e) Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak dengan
Keputusan Menteri Keuangan. 
Mekanisme Pengenaan
PPN
Mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut:
• Pada saat membeli JKP atau BKP, akan dipungut PPN oleh
PKP penjual. Ini merupakan pembayaran pajak di muka (Pajak Masukan).
• Pada saat menjual BKP atau JKP wajib memungut PPN (Pajak Pengeluaran). Ini sebagai bukti
memungut PPN. Dan wajib membuat faktur.
• Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan surat pemberitahuan masa
pajak pertambahan nilai.
• Apabila masa pajak lebih kecil dari pada jumlah masukan maka dapat direstitusi. Dan apabila
jumlah pajak pengeluaran lebih besar daripada pajak masukan selisihnya disetor ke kas negara.
Tarif PPN
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif PPN yang
diterapkan sebesar 0% adalah sebagai berikut:
• Ekspor BKP Berwujud
• Ekspor BKP Tidak Berwujud
• Ekspor JKP 
CONTOH SOAL
1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
2. Pengusaha kena pajak istana meubel melakukan ekspor barang kena pajak dengan nilai
ekspor sebesar Rp. 50.000.000, PPN yang terutang adalah ?
= 0% X Rp. 50.000.000
= Rp. 0
Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM)
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan Pajak yang dikenakan selain Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) untuk penjualan barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah.
Dan waktu pemungutan PPnBM yaitu :

• Prinsip pemungutannya hanya 1 kali saja, saat :


- penyerahan oleh pabrikan atau produsen barang yang
tergolong mewah
- impor barang yang tergolong mewah
• Penyerahan pada tingkat berikutnya tidak lagi dikenal
PPnBM
Objek PPnBM
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1984 yang kini sudah mengalami perubahan yakni UU Nomor 42 Tahun 2009
tentang perubahan ketiga pajak PPN & PPnBM, yg termasuk dalam objek PPnBM adalah sebagai berikut :
1. Objek PPnBM merupakan barang barang Kebutuhan Pokok.
2. Objek PPnBM hanya dikonsumsi oleh orang orangatau masyarakat tertentu.
3. Objek PPnBM umumnya hanya dikonsumsi oleh orang orang yang memiliki penghasilan tinggi.
4. Objek PPnBM dikonsumsi demi status atau menunjukkan status sosialnya.

PPnBM tidak dikenakan atas impor atau penyerahan:


1. Kendaraan CKD; 4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder
2. Kendaraan sasis; sampai dengan 250 CC;
3. Kendaraan pengangkutan barang; 5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang
atau lebih termasuk pengemudi.

PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan:


1. Kendaraan bermotor berupa kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran,
kendaraan tahanan, kendaraan pengangkutan umum;
2. Kendaraan protokoler kenegaraan;
3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk
pengemudi, yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI;
4. Kendaraan patroli TNI/POLRI.
Tarif PPnBm
Tarif PPnBM dapat diterapkan ke beberapa kelompok, yaitu tarif paling
rendah 10% dan paling tinggi 200%. Atas ekspor barang Kena pajak (BKP)
yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen). PPnBM yang telah dibayar
atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor dapat diminta kembali (restitusi).
Berdasarkan Pasal 8 UU Nomor 42 Tahun 2009, tarif PPnBM dikelompokkan menjadi 2, yakni
- Tarif PPnBM atas kendaraan bermotor. - Tarif PPnBM atas non kendaraan bermotor
 Contoh Soal PPnBm

1. Pengusaha Kena Pajak “WX” mengimpor 2. Bpk. Bandi seorang importir mengimpor BKP
Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah Barang Mewah dengan tarif 20 % seharga Rp.
dengan nilai Impor sebesar Rp. 200.000.000,00. Hitung : PPN dan PPnBM, serta
50.000.000,00 Barang kena pajak tergolong jumlah yang dibayar Bpk. Bandi !
mewah tersebut selain dikenai PPN juga
dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%. Jawab
Hitung PPN dan PPnBM ! Jumlah Pembayaran = Rp.
200.000.000,00
Jawab PPN 10% X Rp. 200.000.000 = Rp. 20.000.000,00
Penghitungan PPN & PPnBM yang terutang atas PPN-BM 20% X Rp. 200.000.000 = Rp. 40.000.000,00
impor Barang Kena Pajak yang tergolong Jumlah yang harus dibayar = Rp.
mewah tersebut adalah : 260.000.000,00
Dasar Pengenaan Pajak = Rp. 50.000.000,00
PPN = 10% X Rp. 200.000.000,00
= Rp. 5.000.000,00
PPnBM = 20% X Rp. 50.000.000,00
= Rp. 10.000.000,00
Faktur Pajak 
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang
melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak. Kegunaannya
adalah sebagai bukti pungutan pajak. Selain itu, kredit pajak masukan dapat dilakukan
dengan menggunakan faktur pajak. Faktur pajak dibuat pada:
1) Akhir bulan penyerahan barang atau jasa kena pajak
2) Setiap penerimaaan termin sebagai tahap pekerjaan
3) Saat lain yang diatur berdasarkan peraturan menteri keuangan republik Indonesia

Fungsi Faktur Pajak :


1. Peran penting Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP. Dengan adanya faktur pajak maka
PKP memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran, pemungutan hingga
pelaporan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku. 
2. Jika tejadi kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan pembetulan
faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali, maka hal ini akan
merugikan PKP yakni pada saat auditor memeriksa pajak PKP.
Saat Pelaporan PPN/
PPnBM 
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera
dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:
a) Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir. 
b) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri oleh PKP,
harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Kesimpulan
PPN adalah pajak yang dikenakan pada setiap transaksi jual beli barang atau jasa yang terjadi
pada wajib pajak orang pribadi atau badan usaha yang mendapat PKP. PPnBM merupakan
Pajak yang dikenakan selain PPN untuk penjualan barang-barang yang tergolong sebagai
barang mewah.

Tarif untuk PPN sebesar 10%, sedangkan untuk PPnBM minimal 10% dan paling tinggi sebesar
200%. PPN dan PPnBM diterapkan untuk menarik pendapatan dari masyarakat secara efektif
dan efisien. Selain itu, keduanya diterapkan agar masyarakat tidak berjiwa konsumtif dalam
setiap perniagaan yang dilakukannya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai