Anda di halaman 1dari 25

Z A K A T & PEMBERDAYAAN

EKONOMI UMAT
Dalil Zakat

  


 
...  

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan ....
[Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran
dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda ] dan ....
mensucikan [Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta
benda mereka] mereka... Qs. At Taubah (9) : 103
Dalil Zakat
• (Al-Baqarah, ayat 110)

  •
  
  
   
    
  
• Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang
kamu kerjakan.
Al Hadits
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia
berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Barang siapa yang diberi oleh
Allah harta kemudian ia tidak membayar
zakatnya, maka akan dijelmakan harta itu pada
hari kiamat dalam bentuk ular yang kedua
kelopak matanya menonjol. Ular itu melilitnya
kemudian menggigit dengan dua rahangnya
sambil berkata: “Aku adalah hartamu, aku
adalah simpananmu”.
Zakat & Keadilan Sosial
IDEOLOGI
EKONOMI
DUNIA

KAPITALIS SOSIALIS-
-LIBERALIS KOMUNIS
Menguasai seluruh Kehidupan sama
kekayaan tanpa batas, rata-sama rasa ;
persaingan bebas , Kaya bersama –
mengenyampingkan Miskin bersama
hak orang lain
Zakat & Keadilan Sosial

IDEOLOGI KEADILAN
EKONOMI ZAKAT SOSIAL
ISLAM
Tujuan dan Manfaat Zakat

 Sarana pemerataan pendapatan


(rezeki) untuk mencapai keadilan
sosial.
KEDUDUKAN ZAKAT DALAM
SISTEM KENEGARAN

Beda Pajak dengan Zakat

Peraturan Per UU Zakat


PERBEDAAN
ZAKAT PAJAK

 Adalah kewajiban kaum Adalah kewajiban selaku warga


muslimin yang memiliki harta negara untuk pembiayaan,
untuk mengeluarkan sebagian pengelolaan dan dan
hartanya untuk kesejahteraan pembangunan negara
umat secara langsung Ditentukan Jenisnya, Waktunya
 Jenis, Besar dan Waktunya dan Besarnya oleh negara
ditentukan berdasarkan Diperoleh dari apa saja sesuai
tuntunan syari’ah Islam dengan peraturan negara
 Dikelola Amil Yang Dikelola pemerintah Yang
Penghasilannya tidak boleh besar pengalokasian dan
melampaui Muzakki Penghasilannya terserah negara
 Tujuannya merubah penerima Tujuannya untuk kesejahteraan
zakat menjadi pemberi zakat umat secara tidak langsung
KEDUDUKAN ZAKAT DALAM
SISTEM KENEGARAAN

 Masa Orde Baru ; Masa ini pemerintah belum


memiliki ketentuan hukum yang jelas mengenai tata
pengelolaan dan pemanfaatan Zakat. Baru Tahun 1999
Pemerintah menerbitkan UU No. 38 Tahun 1999
ZAKAT DAN HUMANISME

1. Selain Islam, kepedulian terhadap kemanusiaan


hanya bersifat anjuran, pernyataan tidak senang
kepada sikap individualis dan kekikiran.
2. Realisasi terserah kemurahan hati yang
bersangkutan. Negara tidak boleh memaksa.
3. Tidak ada takaran, ukuran, jenis apa yang mesti
di dermakan, persyaratan dan besarnya.
4. Tujuannya bukan untuk penanggulangan
kemiskinan, tetapi sekedar meringankan
penderitaan si miskin saja, bukan
memberdayakan.
ZAKAT DAN PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT
Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat

Mengembangkan rasa tanggung jawab


sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta
kekayaan,
Mendidik manusia untuk berdisiplin
menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada
padanya,
Mustahik Zakat
1.Fakir dan
2.Miskin
3.Amil Zakat (Pengurus
Zakat)
4.Muallaf
5.Memerdekakan Budak
6.Al-Gharimin (orang-orang
yang berhutang)
7.Fi Sabilillah
8.Ibnu Sabil 
Mesir pada zaman kunonya
merupakan surga di atas bumi, apa
saja tumbuh, akan tetapi orang miskin
tetap saja tidak memiliki makanan
yang bisa mereka makan, selain
ampas-ampas dari sisa makanan orang
orang kaya.
Pada zaman Yunani, para raja justru
melakukan tindakan yang membuat
bulu kuduk berdiri, dimana orang
miskin digiring dengan cambuk ke
tempat tempat yang paling terkutuk
untuk diadu dengan gladiator, atau
sekedar umpan binatang buas.
Maka kehadiran Islam adalah untuk
melindungi dan memberdaya kan
manusia dan menghilangkan
perbudakan serta penguasaan
ekonomi pada satu kelompok
masyarakat saja. Dan salah satu
caranya adalah melalui kewajiban
mengeluarkan zakat.
ZAKAT DAN PAJAK
Perbedaannya adalah :
1. Zakat adalah kewajiban setiap muslim sedang
Pajak kewajiban setiap warga negara.
2. Pajak di ambil dari apa saja, sekalipun berasal
yang haram. Zakat mesti dari harta dan
sumber yang halal.
3. Pengelola pajak adalah negara terserah
bagaimana prosentase penyalurannya.
Sedangkan Zakat dikelola oleh ‘Amil dan
hanya berhak 10 % saja.
PERTANYAAN :

1. Wajibkah menyetor zakat pada pemerintah, bukankah negara


bukan berdasarkan Islam
2. Mengapa diatur UU Zakat (Kok Negara mengatur)
3. Mengapa pemberian zakat tidak merata ?
JAWABAN

1. Pemerintah memiliki kewajiban moral untuk menggerakkan dan


mengawasi serta menumbuhkembangkan zakat sebagai bagian dari
penatakelolaan zakat yang lebih profesional, transparan.

Di bawah genggaman ekonomi neo-liberal seperti saat ini,


masyarakat muslim Indonesia seharusnya mampu mengoptimalkan
pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umum. Sayangnya,
pengelolaan zakat masih menyisakan beberapa kendala konseptual
dan teknis. Salah satu akar persoalannya ada pada formalisme
zakat. Artinya, zakat hanya diangap sebagai kewajiban normatif,
tanpa memperhatikan efeknya bagi pemberdayaan ekonomi umat.
Akibatnya, semangat keadilan ekonomi dalam implementasi zakat
menjadi hilang. Orientasi zakat tidak diarahkan pada
pemberdayaan ekonomi masyarakat, tapi lebih karena ia
merupakan kewajiban dari Tuhan. Bahkan, tidak sedikit muzakki
yang mengeluarkan zakat disertai maksud untuk menyucikan harta
atau supaya hartanya bertambah (berkah). Ini artinya, muzakki
membayarkan zakat untuk kepentingan subyektivitasnya sendiri.
Memang tidak salah, tapi secara tidak langsung, substansi dari
perintah zakat serta efeknya bagi perekonomian masyarakat
menjadi terabaikan.
Beberapa aturan dalam fiqh zakat, jika diterapkan dalam konteks
kekinian, juga mencerminkan hilangnya spirit keadilan sosial dan
ekonomi. Misalnya aturan tentang nisab. Di zaman Nabi, nisab
untuk beberapa harta kena zakat nilainya sama (Monzer Kahf,
1999). Nisab sapi (30 ekor) nilainya sama dengan nisab kambing
(40 ekor) dan emas (20 dinar). Jika kita mengikuti aturan nisab
tersebut saat ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa 30 ekor sapi
nilainya sama dengan 40 ekor kambing. Jika nisab sapi senilai Rp
150 juta (asumsinya 1 sapi = Rp 5 juta), maka nilai nisab kambing
hanya sekitar 32 juta (asumsinya 1 kambing = Rp 800 ribu).
Implikasinya, menjadi tidak adil bila seorang peternak kambing
dengan omset senilai 32 juta dibebani kewajiban membayar zakat,
sementara peternak sapi dengan omset yang sama (i.e., 32 jt)
tidak dibebani kewajiban serupa hanya karena belum sampai
nisabnya.
Keempat adalah penguatan posisi amil. Posisi amil sebagai
salah satu mustahiq yang ditentukan Allah (QS. 9: 60)
bukanlah tanpa maksud. Penyebutan posisi ini dalam
Alquran mengisyaratkan bahwa Tuhan menginginkan
adanya pengelolaan dana zakat yang profesional oleh
institusi atau kelompok orang tertentu yang disebut amil.

Mereka inilah yang melakukan upaya fundraising, sekaligus


mengelola dan mendistribusikannya untuk kepentingan
tujuan zakat. Untuk kerja mereka inilah mereka berhak
mendapat sebagian dana zakat, dan karena itu nama
mereka disebut dalam Alquran.

Konsekuensinya, lembaga atau orang yang


mengatasnamakan amil namun tidak mengeluarkan daya
upaya untuk mengumpulkan, mengelola dan
mendistribusikannya secara profesional, maka mereka tidak
layak mendapatkan porsi dana zakat. Amil semacam ini
justru menggerogoti spirit keadilan sosial dan ekonomi
dalam zakat.
Berkaitan dengan penguatan posisi amil ini, peningkatan profesionalisme
lembaga-lembaga zakat adalah factor kunci. Profesionalisme ini meliputi upaya
proaktif dalam fundraising dengan dua tujuan: meningkatkan pendapatan dana
zakat dan meningkatkan jumlah orang sadar zakat. Termasuk profesionalisme
lembaga zakat adalah mengoptimalkan pengelolaan dana zakat untuk
pemberdayaan ekonomi dan peningkatan sektor riil. Karena itu, lembaga zakat
perlu memiliki pemetaan sosial ekonomi yang baik, sehinga dana zakat tepat
sasaran. Selain itu, model penyaluran dana zakat yang produktif harus lebih
menjadi orientasi lembaga-lembaga zakat, daripada pola-pola distrubusi dana
konsumtif.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, zakat akan lebih bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan dan produktivitas masyarakat luas. Sudah saatnya
pengelolaan dana zakat mengikuti misi profetik yang diemban Nabi, yaitu misi
keadilan distribusi ekonomi dan meminimalkan konsentrasi harta hanya pada
kelompok elit tertentu. Barangkali negara masih belum mampu membebaskan diri
dari kungkungan monster-monster ekonomi global. Namun dengan ajaran
Muhammad, umat Islam dapat mengilhami pemerintah di negeri ini bagaimana
cara berdiri di atas kaki sendiri dan melepaskan ekonomi kita dari neoimperialisme
negara-negara kapitalis. Salah satunya melalui manajemen zakat profesional. ***

Anda mungkin juga menyukai