Anda di halaman 1dari 38

INVERSIO UTERI

BY. Ilda fitri


Masa nifas merupakan waktu yang dipakai untuk melakukan pengawasan
terhadap ibu post partum untuk menghindari terjadinya kematian yang
disebabkan oleh perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi
dalam 6 sampai 8 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan
dan eklampsia post partum. Kasus kematian ibu nifas akibat perdarahan dan
kasus perdarahan post partum primer maupun sekunder salah satunya
disebabkan oleh involusi uterus yang abnormal/inversio uteri. (Manuaba, 2010).
Inversio uteri terjadi pada 1 dari 2.000 hingga 10.000 persalinan dengan rata-
rata 1 dari 6.000 persalinan di dunia. Kasus tertinggi terjadi di negara-negara
berkembang. Risiko kematian pada ibu pun mencapai 15%. (Andersen,2009).

Untuk data mengenai epidemiologi


inversio uterus di Indonesia sampai
Untuk provinsi aceh penyebab utama
sekarang masih sangat terbatas.
kematian ibu adalah karena
Beberapa kasus mengenai inversio
perdarahan yaitu sebesar 39 kasus
uterus sudah dilaporkan pada
(29.1%), pre eklampsi/eklampsi
beberapa laporan kasus di Indonesia.
sebesar 27 kasus (20.2%), inversio
Inversio uteri juga ditemukan
uteri sebesar 1 kasus (0.6 %), dan
merupakan etiologi dari 10,3% kasus
komplikasi lainnya sebesar 27 kasus
perdarahan postpartum . (Puspitasari,
(20.2%). (Faradilla Safitri, 2015)
2017)
Definisi Inversio Uteri

Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga lapisan endometriumnya
dapat tampak sampai di luar perinium atau dunia luar. (Manuaba. 2003).

Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput
lendirnya sebelah luar. Keadaan ini disebut inversio uteri komplet.Jika hanya fundus menekuk ke dalam
dan tidak ke luar ostium uteri, disebut inversiouteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balaik itu keluar
dari vulva, disebut inversio prolaps. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan
syok yang berat. (Sastrawinata,2003)

Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri ) memasuki kavum uteri
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar
vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.(Ilmu Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)
Klasifikasi Inversio Uteri

a. Inversio uteri ringan Fundus uteri terbalik Ada pula beberapa pendapat membagi inversio
uteri menjadi :
menonjol dalam kavum uteri, namun belum
◦ Inversio inkomplit Yaitu jika hanya fundus uteri
keluar dari ruang rongga rahim. menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium
b. Inversio uteri sedang Fundus uteri terbalik uteri atau serviks uteri
dan sudah masuk dalam vagina. ◦ Inversio komplit Seluruh uterus terbalik keluar,
c. Inversio uteri berat Uterus dan vagina menonjol keluar serviks uteri.

semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar


◦ Inversio local Fundus uteri menonjol sedikit ke
dalam cavum uteri
vagina. (Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan
◦ Inversio parsial Tonjolan fundus uteri terbatas
dan KB untuk Pendidikan Bidan,Prof.dr.Ida hanya pada cavum uteri
Bagus M,SpOG) ◦ Inversio total Tonjolan telah mencapai vagina
atau keluar vagina (Ilmu Kandungan,Sarwono
Prawiroharjo)
Penyebab Inversio Uteri

a. Pada grandemultipara karena terjadi atonia uteri


b. Tali pusat terlalu pendek
c. Tarikan tali pusat terlalu keras, sedangkan kontraksi uterus
belum siap untuk melahirkan plasenta.
d. Pelaksanaan perasat Crede, saat kontraksi uterus belum
siap untuk mendorong plasenta lahir.
e. Plasenta terlalu erat melekat pada tempat implantasinya
(Manuaba. 2003)
Fatofisiologi Inverio Uteri
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya
waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan
uterus akan terisi darah.
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang
sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk
ekstrem berupa terbaliknya uterus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar
melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena
servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang
total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan
pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya. Inversio Uteri
dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif. khususnya bila
dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus.
Gejala Inversio Uteri

1. Pada pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau
teraba tekukan pada fundus. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar
vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
2. Perdarahan yang berasal dari bekas implantasi plasenta.
3. Tarikan peritoneum perietalis, menyebabkan rasa nyeri sehingga dapat dikatakan sebagai
syok neutogenik
4. Tarikan peritonium perietalis menyebabkan dinding abdomen tegang sehingga sulit
melakukan palpasi dengan baik untuk menegakkan diagnosis inversio uteri.
5. Pada pemeriksaan dalam :
◦ bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam
◦ bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak atau
kavum uteri sudah tidak ada (terbalik). (Manuaba. 2003)
Penanganan Inversio Uteri

◦ Atasi syok dengan pemberian infus Ringer Laktat dan bila perlu transfusi darah.
◦ Reposisi manual dalam anestesi umum, baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum
uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasil,
diberi drip oksitosin dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon rahim
dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.
◦ Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif. (Sastrawinata,2003)
Menurut Wiknjosastro, H. 2006, adapun penatalaksanaan untuk inversio uteri
ialah :

◦ Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau melakukan
perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran
plasenta dengan tajam.
◦ Bila telah terjadi maka terapinya : ( 90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan
“life-threatening”).
◦ Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan elektrolit dan
tranfusi darah.
◦ Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera
dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
◦ Segera lakukan tindakan reposisi..
Lanjutan..

◦ Bila plasenta masih melekat, jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat .
◦ Lakukan tindakan reposisi dengan cara : Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah
dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan
menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati
serviks dan inversion.
◦ Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus
kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus
kembali ke posisi semula
◦ Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan
dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal.
◦ Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin atau
Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade
uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak
berulang.
◦ Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.
◦ Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan
setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
Perawatan pasca tindakan
◦ Bila inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml IV (Nacl 0,9 % atau Ringer
Lactat) 10 tetes/menit :
◦ Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes permenit.
◦ Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau prestaglandin
◦ Berikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal :
◦ Ampisilin 2 gr IV dan metronidazol 500mg IV
◦ Sefazolin 1 gr IV dan metranidazol 500 mg IV
◦ Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal vaginal
◦ Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam :
◦ Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam
◦ Gestamin 5 mg/kg berat badan IV setiap 24 jam
◦ Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam
◦ Berikan analgesik jika perlu
Komplikasi Inversio Uteri

◦ Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri


◦ Dekubitis
◦ Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
◦ Gangguan miksi dan stress inkontenensia
◦ Infeksi saluran kencing
◦ Infertilitas
◦ Gangguan partus
◦ Hemoroid
◦ inkarserasi usus
Prognosis inversion uteri

Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di
ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan
membawa prognosa yang baik pula.
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Inversio Uteri
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2021
Waktu Pengkajian : 13.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Kebidanan RSUD Datu Beru Takengon
 
A. Data Subjektif
1). Indentitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. E Nama Ayah : Tn. S
Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan LintangAlamat : Jalan Lintang
 
2). Status Kesehatan
Keluhan : Nyeri hebat didaerah vagina, disertai perdarahan
yang banyak,dan ada yang ikut turun ke vagina berbentuk seperti daging.
Riwayat Ambulasi : Ibu mengatakan belum berani bergerak
 
NO. Pola sehari – hari Sebelum hamil Saat hamil Post partum

1. Pola nutrisi      

a. Makanan      
Frekuensi
2 x sehari 3 x sehari Belum makan
Jenis makanan
Nasi, ikan dan sayur Nasi, ikan, sayur, dan buah  
 
Pantangan Tidak ada Tidak ada  

       

b. Minum      
Jenis minum
Air mineral dan susu Air mineral dan susu  Air mineral
Frekuensi
5 – 6 gelas/hari 6 – 8 gelas/hari 2 - 3 gelas/hari
2. Pola eliminasi      

1. BAK      
Frekuensi
±5 x sehari ±5 – 7 x sehari Belum BAK
Warna
Kuning jernih Kuning jernih  
 
2. BAB      
Frekuensi
1 x sehari 1 x sehari Belum BAB
Konsistensi
Lunak Lunak
Warna
Kuning Kuning kecoklatan

3. Pola istirahat dan tidur ±7 jam ±12 jam Belum tidur


4. Personal hygiene      

Mandi 1 x sehari 1 x sehari Belum dilakukan

       

Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari Belum dilakukan

     

Keramas 1 x sehari 1 x sehari Belum dilakukan

       

Perawatan payudara Tidak ada Dilakukan setelah selesai Sudah dilakukan


mandi
     
 
   
Dilakukan setelah selesai
Perawatan vulva Dilakukan setelah selesai Belum dilakukan
BAK dan BAB
BAK dan BAB
5. Pola aktivitas Melakukan pekerjaan Melakukan pekerjaan Ibu hanya tidur
rumah tangga sehari – rumah tangga sehari –
hari (mencuci, menyapu, hari (mencuci, menyapu,
memasak dll) memasak dll)

6. Pola seksual 2 x seminggu 1 x seminggu Belum dilakukan


B. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
a). Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Somnolen
Tanda – tanda vital :TD : 80/60 mmHg, R : 33x/menit, N : 105 x/menit, dan S : 36oC
b). Kepala
Rambut : Hitam, rontok dan bersih
Muka : Pucat
Mata : Simetris, konjugtiva anemis, dan sklera anikterik
Telinga : Simetris, tidak ada keluar cairan
Hidung : Tidak ada kelainan, tidak ada infeksi dan sinus
Mulut : kering, tidak ada stomatitis
Gigi : Bersih, tidak berlubang dan tidak ada caries
c. Leher
JVP : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan dan tanda kebiruan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran ataupun kelainan
 
d). Dada dan payudara
Dada
Jantung : Detak jantung 105 x/menit
Paru – paru : Frekuensi pernafasan 33 x/menit
Payudara
Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada Colustrum
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan di payudara
Rasa nyeri : Ada
Benjolan : Tidak ada
e). Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Bentuk : Bulat membundar
Striae : Berwarna coklat kehitaman
Bekas luka : Tidak ada
Palpasi
TFU : Tidak teraba
Kontraksi Uterus : Tidak berkontaksi
Kandung kemih : Kosong
Diastasis Rekti : Kurang baik  
f). Ekstremitas atas dan bawah
Atas
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada
Kekuatan otot : Baik
Pergerakan : Aktif
g). Genetalia
Keadaan : Kurang baik
Vulva/vagina : Tampak uterus divagina
Perdarahan : 350 cc
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kelenjar Bartholin : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Skene : Tidak ada pembengkakan

 
h). Anus
Haemoroid : Tidak ada
 
C. Analisa
Diagnosis
Dasar : Ny. E, P5A0, postpartum 6 jam, dengan inversio uteri.
Masalah : Nyeri hebat didaerah vagina, disertai perdarahan
yang banyak,dan ada yang ikut turun ke vagina berbentuk seperti daging.
Kebutuhan : Memasang infus dan transfusi darah
Masalah Potensial : Tampak uterus di vagina dan perdarahan sebanyak 350cc
Tindakan segera : Melakukan tindakan reposisi
Penatalaksanaan
Tanggal 04 Oktober 2021 Pukul 13.00 WIB
◦ Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini yaitu TD : 80/60 mmHg, R : 33x/menit, N : 105
x/menit, S : 36,2oC, TFU : Tidak teraba, Uterus tampak di vagina, Perdarahan sebanyak 350cc dan
keadaan ibu kurang baik.
◦ Memasang infus Ringer Laktat 60 tetes permenit dan Transfusi Darah untuk mengatasi syok dan
perdarahan.
◦ Melakukan tindakan reposisi secepat mungkin, yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix
posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan
memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula .Setelah reposisi
berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri.
◦ Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih
perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh
dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
◦ Memberikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal : Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam, Gestamin 5 mg/kg
berat badan IV setiap 24 jam, Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam.
◦ Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur malam sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 2 jam.
◦ Menganjurkan kepada ibu tetap makan makanan yang bergizi dan sehat, serta minum susu ibu
meyusui
◦ Memberikan pendidikan tentang cara menyusui yang baik dan benar, dengan cara :
◦ Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin, agar bayi tetap dalam keadaan
kenyang dan produksi ASI menjadi lancar
◦ Menganjurkan ibu untuk mencoba beberapa teknik/posisi menyusui yang nyaman
◦ Menganjurkan dan mengajari perawatan payudara
◦ Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kehangatan tubuh bayi serta mengenali tanda bahaya pada
bayi
◦ Memberitahu dan mengajari ibu cara merawat tali pusat dan bayi sehari – hari
◦ Memberitahu ibu dan keluarga agar menghubungi petugas ruangan jika ada keluhan.
SOAP
A. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
a). Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Somnolen
Tanda – tanda vital :TD : 80/60 mmHg, R : 33x/menit, N : 105 x/menit, dan S : 36oC
b). Kepala
Rambut : Hitam, rontok dan bersih
Muka : Pucat
Mata : Simetris, konjugtiva anemis, dan sklera anikterik
Telinga : Simetris, tidak ada keluar cairan
Hidung : Tidak ada kelainan, tidak ada infeksi dan sinus
Mulut : kering, tidak ada stomatitis
Gigi : Bersih, tidak berlubang dan tidak ada caries
e). Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Bentuk : Bulat membundar
Striae : Berwarna coklat kehitaman
Bekas luka : Tidak ada
Palpasi
TFU : Tidak teraba
Kontraksi Uterus : Tidak berkontaksi
Kandung kemih : Kosong
Diastasis Rekti : Kurang baik  
f). Ekstremitas atas dan bawah
Atas
Bentuk : Simetris
Oedema : Tidak ada
Kekuatan otot : Baik
Pergerakan : Aktif
c. Leher
JVP : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan dan tanda kebiruan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran ataupun kelainan
 
d). Dada dan payudara
Dada
Jantung : Detak jantung 105 x/menit
Paru – paru : Frekuensi pernafasan 33 x/menit
Payudara
Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada Colustrum
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan di payudara
Rasa nyeri : Ada
Benjolan : Tidak ada
g). Genetalia
Keadaan : Kurang baik
Vulva/vagina : Tampak uterus divagina
Perdarahan : 350 cc
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kelenjar Bartholin : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Skene : Tidak ada pembengkakan

 
h). Anus
Haemoroid : Tidak ada
 
B. Analisa
Ny. E, P5A0, postpartum 6 jam, dengan inversio uteri.
 
C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini yaitu TD : 80/60 mmHg, R : 33x/menit, N : 105
x/menit, S : 36,2oC, TFU : Tidak teraba, Uterus tampak di vagina, Perdarahan sebanyak 350cc dan
keadaan ibu kurang baik.
2. Memasang infus Ringer Laktat 60 tetes permenit dan Transfusi Darah untuk mengatasi syok dan
perdarahan.
3. Melakukan tindakan reposisi secepat mungkin, yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix
posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan
memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula .Setelah reposisi
berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri.
◦ Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu,
dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan
perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
◦ Memberikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal : Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam, Gestamin 5 mg/kg berat
badan IV setiap 24 jam, Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam.
◦ Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur malam sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang
lebih 2 jam.
◦ Menganjurkan kepada ibu tetap makan makanan yang bergizi dan sehat, serta minum susu ibu meyusui
◦ Memberikan pendidikan tentang cara menyusui yang baik dan benar, dengan cara :
◦ Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin, agar bayi tetap dalam keadaan kenyang dan
produksi ASI menjadi lancar
◦ Menganjurkan ibu untuk mencoba beberapa teknik/posisi menyusui yang nyaman
◦ Menganjurkan dan mengajari perawatan payudara
◦ Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kehangatan tubuh bayi serta mengenali tanda bahaya pada bayi
◦ Memberitahu dan mengajari ibu cara merawat tali pusat dan bayi sehari – hari
◦ Memberitahu ibu dan keluarga agar menghubungi petugas ruangan jika ada keluhan.
Evaluasi

Pada tanggal 04 Oktober 2021 pukul 13.00 WIB bidan telah menjelaskan hasil
pemeriksaan, dan segera melakukan tindakan untuk menangani inversio uteri
pada Ny.E, kemudian memberikan obat dan mengajari ibu cara minum obat,
cara merawat payudara, cara merawat tali pusat dan cara merawat bayi sehari –
hari. Ibu mengerti dan mendengarkan saran bidan dengan baik serta ibu bersedia
untuk melakukan apa yang bidan sampaikan.
Kesimpulan

Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus sehingga lapisan


endometriumnya dapat tampak sampai di luar perinium atau dunia luar. Inversio uteri
dibagi atas : Inversio uteri ringan, Inversio uteri sedang, Inversio uteri berat serta
terbagi juga atas Inversio inkomplit, Inversio komplit, Inversio local, Inversio parsial,
Inversio total. Penanganan inversio uteri ialah yang pertama, atasi syok dengan
pemberian infus Ringer Laktat dan bila perlu transfusi darah, kemudian melakukan
reposisi manual dalam anestesi umum, baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu
sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Setelah
reposisi berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual.
Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi
manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif
BEREJEN..

Anda mungkin juga menyukai