Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT ILMU

SECARA UMUM
Anggota:
• M.Ghifary
• M.Raihan Ishak
01
Pengertian Hakikat Ilmu

02
Syarat-syarat Ilmu

03
Karakteristik Ilmu

04 Objek Hakikat Ilmu

05
Implikasi Filsafat Ilmu
1.Pengertian Hakikat Ilmu

Hakikat Ilmu terdiri dari dua kata : Hakikat & Ilmu


Hakikat secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat,
hakikat diartikan inti dari sesuatu, sedangkan Ilmu diartikan sebagai penge-
tahuan yang didapat secara ilmiah, atau bisa di sebutkan bagian dari penge-
tahuan.

Hakikat ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendasari atau yang men-
jadi dasar dari arti atau makna dari ilmu tersebut. Hakekat Ilmu dapat juga diar-
tikan inti-sari dari ilmu tersebut.
Menurut Moh. Nazir, Ph.D (1983:9) mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu penge-
tahuan, baik natura atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik
menurut kaidah umum. Sedangkan Ahmad Tafsir (1992:15) memberikan batasan ilmu sebagai
pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris.

Sementara itu, Sikun Pribadi (1972:1-2) merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia
menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa:

“ Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience)
dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-
pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara “
analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan re -
lasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif. Keseluruhan
integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.
2. Syarat-Syarat Ilmu

Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan
-persyaratan, sebagai berikut:

1. ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam
(kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Ilmu mensyaratkan adanya
obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik ter-
dapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal.

2. ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan
teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh.
Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan
suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis.

3. Pokok permasalahan(subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya


pokok permasalahan yang akan dikaji. Mengenai focus of interest ini Husein Al-Kaff
dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan bahwa
ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah
masalah yang sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan
berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang
sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated).
3. Karakteristik Ilmu

Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki


pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu.
Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum
ilmu, yaitu :
(1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik
bersama,
(2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi
kekeliruan, dan
(3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara
pribadi. Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan
Enerst Van den Haag bahwa ilmu memiliki sifat-sifat ra-
sional, empiris, umum, dan akumulatif(Uyoh
Sadulloh,1994:44).
4.Objek Hakikat Ilmu

Menurut jujun S. Suriasumantri (1986:2) tiap-tiap penge-


tahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Kompo-
nen tersebut adalah :
•Ontology, yaitu mencakup tentang ‘Apa yang ingin kita ke-
tahui’
•Epistemology, yang menjawab dan menjelaskan seputar
pertanyaan ‘ Bagaimana cara kita memperoleh ilmu’
•Axiology, menjelaskan seputar pertanyaan ‘Untuk apa/Apa
tujuan memperoleh ilmu tersebut’
5. Implikasi Filsafat Ilmu

1. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan


pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu
alam mapun ilmu social. Supaya para ilmuan memiliki
landasan berpijak yang kuat.
2. Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam
pola piker “menara gading”, yakni hanya berpikir murni
dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan
yang ada diluar dirinya.
Pertanyaan :
1.Mengapa hasil ilmu tidak mutlak dan dapat
terjadi kekeliruan (Aqil Munazza)

2.Contoh ilmu apa yang berkaitan dengan ilmu


lain(Gebrina)

3.Bagaimana cabang ilmu estetika dapat


dianggap sebagai sebuah ilmu?(M.Rizki
Mulyasyah)
Jawaban:
1. karena ,ilmu akan semakin berkembang sesuai dengan kemajuan zaman
,artinya ilmu dapat saja berubah sewaktu-waktu apalagi degan kemajuan
ilmu pengetahuan yang dibarengi oleh alat-alat teknologi yg canggih

2. Fungsi belajar Filsafat atau Hakikat Ilmu adalah Menyadarkan seorang


ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan
nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah
perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu
pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka para ilmuwan
akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam
sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan
diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan
umat manusia
3.Justru karena berbagai perbedaan pandangan tersebut-
lah yang menjadikannya unik dan patut dikaji sebagai
sebuah ilmu pengetahuan
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai