Anda di halaman 1dari 39

Anxiety and Obsessive-

Compulsive Disorders
KELOMPOK 7
1. Balqis Farras Thifal (20071011300
2. Jihan Husna Anandisya (2007101130059)
3. Sheila Fio Dwiantika (2007101130042)
PENGERTIAN ANXIETY

Anxiety atau Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau


keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi
(Nevid, dkk 2005).

Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi


kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau seperti datang tanpa ada penyebabnya (bila bukan merupakan respon
terhadap perubahan lingkungan) (Nevid, dkk 2005).
PENYEBAB ANXIETY

● Genetika
Seorang anak yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kecemasan lebih
mungkin untuk memilikinya juga. Anak-anak dapat mewarisi gen yang membuatnya
rentan terhadap kecemasan.

● Kimia otak
Gen membantu mengarahkan cara kerja bahan kimia otak (disebut neurotransmiter).
Jika persediaan bahan kimia otak terbatas, atau tidak berfungsi dengan baik, itu
dapat menyebabkan kecemasan.
PENYEBAB ANXIETY

● Situasi kehidupan
Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan seorang anak dapat menjadi stres dan sulit
untuk diatasi. Kehilangan, penyakit serius, kematian orang yang dicintai, kekerasan,
atau pelecehan dapat menyebabkan beberapa anak menjadi cemas.

● Perilaku yang dipelajari


Tumbuh dalam keluarga di mana orang lain takut atau cemas juga dapat "mengajar"
anak untuk takut juga. Anak cenderung mencontoh perlikau dari orang sekitar.
PENYEBAB ANXIETY

● Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kecemasan.


● Memiliki penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, seperti
atrithis.
● Memiliki riwayat penggunaan obat-obatan terlarang atau kecanduan minuman
keras.
● Memiliki riwayat gangguan pada sistem saraf.
JENIS GANGGUAN KECEMASAN
● Menjadi sangat takut ketika jauh dari orang tua (kecemasan berpisah/separation
anxiety).
● Memiliki ketakutan ekstrem tentang hal atau situasi tertentu, seperti anjing,
serangga, atau pergi ke dokter (fobia).
● Menjadi sangat takut terhadap sekolah dan tempat-tempat lain di mana ada orang
(kecemasan sosial/social anxiety).
● Menjadi sangat khawatir tentang masa depan dan tentang hal-hal buruk yang
terjadi (kecemasan umum/general anxiety).
● Mengalami episode berulang yang tiba-tiba, tak terduga, ketakutan hebat yang
datang dengan gejala seperti jantung berdebar-debar, kesulitan bernapas, atau
merasa pusing, gemetar, atau berkeringat (gangguan panic/panic disorder)
GEJALA ANXIETY
● Jantung berdebar, bernafas cepat, berkeringat, otot tegang, mual, dan
ketakutan.
● Anak-anak yang cemas mungkin akan lengket dengan orang tua, mudah kaget,
menangis atau mengamuk, kurang tidur, dan sakit kepala atau sakit perut.
● Munculnya rasa cemas dan khawatir yang berlebihan terhadap berbagai kondisi
yang tidak khas.
● Munculnya pikiran yang berlebihan tentang rencana dan solusi setiap saat
kemungkinan terburuk yang belum tentu muncul.
● Mudah merasa tersinggung, gelisah, gugup dan tersudut.
● Ragu-ragu, takut dan sulit untuk mengambil suatu keputusan.
● Sulit untuk berkonsentrasi.
PENANGANAN ANXIETY

● Bantu anak Anda menghadapi ketakutannya


Semua orang tua secara naluriah ingin melindungi dan menghibur anak-anak mereka;
jika anak Anda berteriak histeris setiap kali kucing lewat, misalnya, Anda bisa
membuatnya jauh dari kucing.
Sebagai gantinya, dia perlu menghadapi rasa takut dan mengelola rasa takutnya
tersebut. Anda dapat membantu anak Anda mengambil langkah kecil, seperti
mengawasi kucing dari kejauhan dan kemudian membelai anak kucing dengan tali.
Dengan setiap keberhasilannya, rayakan keberanian anak Anda dengan hadiah kecil.
PENANGANAN ANXIETY

● Cari tahu apa yang menyebabkan kecemasan.


Sebelum meyakinkan anak Anda dalam situasi cemas, cari tahu secara khusus apa
yang ia khawatirkan terlebih dahulu. Kemudian pikirkan beberapa hal yang dapat
kalian lakukan sebelumnya untuk membantu meringankan rasa takutnya.

● Tetapkan rutinitas sebelum tidur.


Saat tidur, kembangkan ritual yang menenangkan. Daripada membiarkan anak
menonton TV atau bermain ponsel, mintalah anak Anda membaca buku yang
menenangkan atau melakukan latihan relaksasi.
PENANGANAN ANXIETY
● Ajari dia untuk menenangkan diri.
Beri tahu anak Anda tentang teknik menenangkan diri yang bisa ia praktikkan saat
anak mengalami kecemasan, seperti bernafas dalam, menghitung mundur, atau
memvisualisasikan apa yang ia inginkan terjadi.

● Evaluasi kesehatan mental Anda sebagai orang tua


Kecemasan Anda sendiri dapat memengaruhi anak Anda. Berteriak saat melihat kecoa
di kamar Anda, misalnya, akan mengajarinya juga takut terhadap kecoa. Namun, jika
gangguan kecemasan pada anak sudah memengaruhi kehidupan sosialnya, seperti
enggan berinteraksi dengan orang lain atau cemas yang berlebihan, disarankan untuk
menemui psikiater untuk mendapatkan penanganan lanjut.
PENGERTIAN OCD

Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan


penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila
tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Gangguan obsesif-kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah salah


satu jenis gangguan kecemasan berulang. Seorang anak penderita OCD memiliki
pikiran obsesif yang tidak diinginkan, terkait dengan ketakutan, seperti menyentuh
benda kotor.
Balita dengan OCD memiliki kebiasaan kompulsif dalam mengendalikan ketakutan,
seperti mencuci tangan yang berlebihan. Kompuslif sendiri merupakan dorongan
yang tak tertahankan untuk melakukan sesuatu.

Ketika seorang anak menderita OCD, pikiran obsesif dan kebiasaan kompulsif bisa
menjadi sangat sering dan kuat, sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari
dan perkembangan normal.Namun, OCD lebih sering terjadi pada remaja.
PENYEBAB OCD
Penyebab gangguan obsesif kompulsif belum diketahui secara pasti, tetapi kondisi
ini diduga terkait dengan faktor genetik, lingkungan, dan perubahan pada senyawa
kimia otak.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami gangguan obsesif kompulsif, antara lain:

1. Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita gangguan obsesif
kompulsif.
2. Menderita gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan, gangguan bipolar,
depresi, atau sindrom Tourette.
PENYEBAB OCD

3. Pernah mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma atau stres, seperti


perundungan (bullying), kekerasan fisik, atau pelecehan seksual.
4. Memiliki kepribadian yang sangat disiplin, terlalu teliti, serta ingin semua hal
terlihat rapi.

Pada anak-anak, infeksi bakteri Streptococcus dapat membuat gejala OCD timbul
secara mendadak atau memburuk tiba-tiba.
PENYEBAB OCD
● Struktur otak: Studi telah menemukan hubungan antara OCD dan kelainan pada
korteks frontal dan struktur subkortikal otak.

● Trauma awal kehidupan: Beberapa penelitian menemukan hubungan antara


trauma awal kehidupan, seperti kekerasan seksual, dan gejala OCD pada gadis
praremaja.

● Genetika: Meskipun tidak ada "gen OCD" yang spesifik, ada bukti bahwa versi
(alel) dalam gen tertentu mungkin menandakan kerentanan yang lebih besar.
Terlebih lagi, OCD ditemukan diturunkan dalam keluarga ketika semakin dekat
anggota keluarga dan semakin muda anak saat gejala dimulai, maka semakin
tinggi risikonya.

● Stres: Stres akibat kesulitan hubungan, masalah di sekolah, dan penyakit bisa
menjadi pemicu kuat gejala OCD pada anak-anak.
GEJALA OCD
Gejala OCD adalah gangguan pikiran yang menimbulkan rasa cemas atau takut terus
menerus, dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan
tersebut. Gejala obsesif yang paling umum terjadi adalah:

• Rasa takut seperti takut pada kotoran, kuman, api, atau kerusakan fisik
• Ragu–ragu apakah suatu pekerjaan telah dikerjakan dengan benar, seperti
mengunci pintu atau mematikan kompor
• Pikiran tidak masuk akal – agresi, tindakan yang tidak pantas, atau tindakan
seksual
• Waktu yang lama dihabiskan untuk menyentuh sesuatu, menghitung, dan
memikirkan angka dan urutan
GEJALA OCD

• Waktu yang lama dihabiskan untuk menyentuh sesuatu, menghitung, dan


memikirkan angka dan urutan
• Keasyikan dengan keteraturan, simetri, atau ketepatan
• Diganggu oleh pemikiran yang bertentangan dengan keyakinan
• Kebutuhan yang besar untuk mengetahui atau mengingat hal-hal yang mungkin
sangat kecil
• Terlalu memperhatikan detail
• Terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang buruk terjadi
• Pikiran, dorongan, atau perilaku agresif
GEJALA OCD

Perilaku kompulsif adalah kebiasaan yang berulang dan digunakan untuk meredakan
kecemasan yang disebabkan oleh obsesi. Kebiasaan ini bisa berlebihan,
mengganggu, dan memakan waktu aktivitas dan hubungan sehari-hari. Contohnya :

• Mencuci tangan berulang kali (seringkali 100 kali atau lebih dalam sehari)
• Mengecek dan mengecek ulang berkali-kali, seperti memastikan pintu terkunci
• Mengikuti aturan tata tertib yang tegas, seperti mengenakan pakaian dengan
urutan yang sama setiap hari
• Menimbun benda
• Menghitung dan banyak hitung
GEJALA OCD

• Mengelompokkan benda atau meletakkan benda dalam urutan tertentu


• Mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh diri sendiri atau orang lain
• Mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali
• Mengulangi suara, kata, angka, atau musik untuk diri sendiri

Pada tahap awal OCD, gejala obsesif dan kompulsif cukup sulit untuk dikenali.
Namun, setelah kondisi bertambah parah, gejala-gejala tersebut juga akan
bertambah parah.
GEJALA OCD

Anak-anak yang mengalami kondisi ini mungkin tidak akan menyadarinya, tetapi
orang dewasa yang memiliki OCD biasanya menyadari bahwa obsesi dan tekanan
mereka tidak beralasan.
PENANGANAN OCD

Penanganan pada OCD menggunakan metode pengobatan terapi perilaku kognitif dan
pemberian obat anti depresan. Kedua metode ini bisa dikombinasikan atau diterapkan
sebagai pengobatan tunggal. Tujuannya adalah untuk mengendalikan gejala agar
pasien bisa menjalani aktivitasnya dengan baik. Durasi pengobatan disesuaikan
dengan tingkat keparahan gejala.

Perawatan OCD pada anak akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum
anak, serta tergantung pada seberapa parah kondisinya.
PENANGANAN OCD
1. Terapi Perilaku Kognitif
Pada terapi ini pasien akan dihadapkan pada kondisi yang sering dihindarinya. Terapi
perilaku kognitif bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Meskipun
terdengar mudah, tapi ini menakutkan bagi penderitanya. Namun, kecemasan pada
penderita akan berkurang secara bertahap seiring dengan jumlah terapi yang
dijalaninya.
2. Obat Antidepresan
Obat antidepresan diberikan jika terapi perilaku kognitif tidak mampu meredakan
gejala ataupun gejala yang dialami pasien cukup parah. Manfaat obat ini akan terasa
setelah mengonsumsinya selama 3 bulan, tetapi banyak juga yang mengonsumsi obat
ini hingga sampai 1 tahun.
PENANGANAN OCD

Jenis obat antidepresan yang umum digunakan untuk mengatasi OCD meliputi:
- Fluoxetine
- Fluvoxamine
- Sertraline
semua pengobatan yang dilakukan tidak menjamin kesembuhan, tetapi dapat
membantu pasien untuk mengendalikannya. Dan penderita OCD perlu menjalani
pengobatan seumur hidup.
PENANGANAN OCD PADA ANAK

Perawatan untuk OCD sering kali mencakup kombinasi dari berikut ini:

● Terapi dengan metode kognitif dan perilaku


Metode kognitif membantu balita dalam mengidentifikasi dan memahami
ketakutannya. Metode ini juga mengajari seorang anak cara-cara baru untuk
menyelesaikan atau mengurangi ketakutannya dengan lebih baik. Metode perilaku
membantu anak dan keluarganya membuat aturan untuk membatasi atau mengubah
perilaku. Salah satu contohnya adalah mengatur berapa kali boleh mencuci
tangannya.
PENANGANAN OCD PADA ANAK
● Terapi keluarga
Orangtua memainkan peran penting dalam setiap proses perawatan, termasuk
sekolah dan tempat penitipan anak.

● Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)


Obat-obatan ini membantu meningkatkan kadar serotonin di otak.

● Antibiotik
Si Kecil mungkin memerlukan obat-obatan ini jika OCD-nya ditemukan terkait dengan
infeksi streptokokus. Anak dengan OCD mungkin juga memiliki satu atau lebih jenis
gangguan makan. Ini juga membutuhkan perawatan
KASUS
BALQIS FARRAS THIFAL (20071011300

Sekilas jika mengenal sosok pria ini dari luar, dia adalah pria yang ramah dan
humoris. Sebut saja ia Rio. Temannya banyak dan hobinya di dunia fotografi
menyeretnya menuju kesuksesan, bahkan sebelum ia lulus dari salah satu
universitas bergengsi di Indonesia.
Tapi tidak ada yang tahu apa yang dialaminya selama ini. Dia menceritakan asal
mula depresi yang ia alami. Rio menuturkan depresi tersebut muncul sejak ia masih
kecil karena ia selalu di-bully oleh teman-teman sebayanya.

"Gue suka dikatain banci karena gue nggak bisa main bola, gue nggak tahu apalagi
(alasannya) kenapa, itu alasannya gue nggak suka bola sampai sekarang,"
tuturnya.
Ditambah, percekcokan orang tuanya yang hampir mengarah pada perpisahan
saat ia masih duduk di kelas 2 SD semakin membuat depresinya semakin berat.
Hidupnya dulu berkecukupan juga mulai berubah menjadi kurang semenjak
keluarganya bangkrut dan ayahnya mempunyai sakit stroke.
KASUS
BALQIS FARRAS THIFAL (20071011300

Orientasi seksualnya yang condong ke arah sesama jenis juga membuatnya


merasa terasingkan dari kehidupan. "Kalau inget gue gay, gue jadi benci lagi
sama diri gue sendiri," tambahnya.
Semenjak orang tuanya jatuh sakit, Rio harus hidup bersama tantenya. Di sana
pun ia mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan. Karena masalah
yang terus menimpa dirinya itu, mulai muncul gejala depresi dalam dirinya.
"Gue depresi, anxiety, dan punya eating disorder, itu jujur mengganggu hidup
gue banget," kisahnya.
Beberapa kali ia mencoba untuk melakukan upaya bunuh diri. Mulai dari ingin
melompat ke rel kereta, lompat dari gedung hingga nyaris memotong nadinya
sendiri sudah cukup sering ingin ia lakukan.
KASUS
BALQIS FARRAS THIFAL (20071011300

Hingga suatu saat ia menemukan titik baliknya. Ketika merenung, Rio tiba-tiba saja
merasakan bahwa ada hal yang harus selalu ia ingat dalam harinya. "Gue mencintai
Allah, orang tua gue (meskipun nggak deket), sayang semua sahabat-sahabat yang
udah ngebantu gue. Gue merasa dia akan sedih kalo gue hidup depresi," katanya.
Ia pun kembali mengingat perjuangannya sendiri untuk bisa bertahan melawan
segala masalah yang menimpa dirinya. Hal itu yang membuatnya merasa lebih
bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang.
Setelah bangkit, Rio kini berusaha untuk menolong teman-temannya yang juga
mengalami depresi dengan memberikan motivasi untuk berjuang. Melalui
detikHealth, Rio menitipkan pesan kepada orang di luar sana yang ada keinginan
untuk mengakhiri hidup.
"Selalu ingat apa yang lo cintai dan mereka yang mencintai lo. Pikirin mereka yang
mencintai lo aja. Rasa cinta itu motivasi sebenarnya," tuturnya.
KASUS
BALQIS FARRAS THIFAL (20071011300

Ia juga berpesan kepada orang-orang yang mengenal seseorang dengan depresi


atau kecemasan untuk tidak menganggap remeh masalah yang mereka hadapi.
"Mental illness nggak sebercanda itu, Temenin aja terus hibur sampe dia seneng.
Nggak usah terlalu dinasihatin," pungkasnya.
KASUS
JIHAN HUSNA ANANDISYA (2007101130059)

Putri Lidya Utami didiagnosa memiliki OCD (Obsessive Compulsive Disorder)


sejak tahun 2014, ketika Ayahnya sakit. Saat itu Putri sedang berkuliah di
Yogyakarta, hal itu membuat Putri selalu memikirkan tentang Ayahnya, Putri
sangat mencemaskan Ayahnya dan Putri selalu berpikiran seperti bagaimana
jika terjadi hal yang buruk kepada Ayahnya sedangkan dia tidak berada di sana
untuk menemani sang Ayah. Hingga akhirnya teman-temannya yang melihat
tingkah laku Putri seperti itu menyuruh Putri untuk pergi ke pertolongan
profesional. Putri mendapatkan obat dari Psikiater untuk mengangani OCD
yang dideritanya, pada tahun 2016 Putri berhenti mengonsumsi obat tanpa
sepengetahuan dokter dan mengonsumsi obat kembali pada awal tahun 2019.
KASUS
JIHAN HUSNA ANANDISYA (2007101130059)

Putri mengatakan bahwa dia merasakan gejala ini sejak dia kecil, dia merasa
takut untuk pergi sekolah karena dia takut untuk melihat guru yang galak, dan
dia juga merasa takut ketika melihat ada guru yang memukul anak murid. Hal
itu membuat Putri tidak ingin pergi ke sekolah, kejadian menakutkan itu
terbawa ke dalam mimpinya sampai berminggu-minggu. Melihat Putri merasa
takut untuk pergi ke sekolah, akhirnya Ibunya membawa Putri ke Psikolog.
Pikiran-pikiran yang Putri rasakan seolah-olah menyuruhnya untuk melakukan
sesuatu dan jika tidak dikerjakan maka dia akan merasa menyesal. Contohnya
seperti saat Putri ingin melakukan bimbingan, Putri sudah merasakan takut
sebelum dia memulai bimbingan.
KASUS
JIHAN HUSNA ANANDISYA (2007101130059)

Karena dia berpikir jika revisi-revisinya salah maka dia akan dimarah, sehingga
Putri akan menjadi panik dan stres. Untuk gejala kompulsif, Putri sering
merasakan rasa tidak aman. Contohnya ketika Ayahnya sakit sesak napas,
Putri akan pergi ke kamar Ayahnya untuk mengecek keadaan Ayahnya apakah
Ayahnya baik-baik saja atau tidak. Dan hal itu dilakukannya berkali-kali bahkan
sampai lebih dari 10 kali hanya untuk memastikan bahwa keadaan Ayahnya
baik-baik saja.
Putri mengatakan bahwa lebih baik dia melakukannya terus menerus daripada
dia tidak melakukannya atau dia akan merasa menyesal. Putri mengatakan
bahwa saat ini dia sangat bersyukur karena telah dibantu dengan obat-obatan,
atau kalau tidak dia tidak akan bisa mengontrol dirinya sendiri.
KASUS
SHEILA FIO DWIANTIKA (2007101130042)

Serin Rayner-Davies dari Somerset, Inggris mengaku setiap harinya harus


mencuci rambutnya hingga 72 kali setiap hari. Ini disebabkan oleh kondisi
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) yang ia akui dimilikinya sejak umur 7
tahun.

OCD sendiri merupakan jenis gangguan kecemasan di mana seseorang


memiliki pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal (obsesi). Dampaknya ia
bisa melakukan sesuatu secara berulang-ulang sampai terasa 'sempurna‘.
KASUS
SHEILA FIO DWIANTIKA (2007101130042)

Dikutip Body & Souls, Jumat (25/8/2017), Serin menceritakan akibat OCD
yang diidapnya, sejak kecil ia sudah merasa kesulitan karena terus merasa
was-was dengan segala hal yang ia lakukan. Bahkan untuk keluar dari rumah
pun butuh waktu yang lama karena ketakutan yang ia percaya.

"Ketika saya berusia sekitar tujuh tahun, kami membutuhkan waktu lama
untuk meninggalkan rumah karena saya akan masuk dan keluar dari ambang
pintu dan saya sangat khawatir orang tua saya akan meninggal jika saya
tidak masuk dan keluar dari pintu ini," katanya.
KASUS
SHEILA FIO DWIANTIKA (2007101130042)

Semakin beranjak dewasa, ketakutannya semakin menjadi-jadi. Sering bisa


mencuci tangannya hingga 200 kali, mencuci rambut sebanyak 72 kali dan
mencuci bajunya sebanyak 15 kali setiap harinya.

Untungnya, Serin yang kini sudah menikah mendapatkan dukungan dari orang
tuanya terutama sang ayah Denys Rayner.

"Rasanya seperti hidup di neraka," ujar Rayner menggambarkan apa yang


putrinya alami.
KASUS
SHEILA FIO DWIANTIKA (2007101130042)

Namun, Sering beruntung. Sebab, tak hanya ayahnya yang mengerti kondisinya
namun ada juga seorang pria yang selalu membantunya dalam mengatasi OCD.
Pria itu kini telah menjadi suaminya.

OCD biasanya sulit untuk disembuhkan dan seorang pasien bisa membutuhkan
pengobatan sepanjang hidup. Pengobatan OCD yang ada saat ini hanya
membantu pasien mengendalikan gejala sehingga mereka tidak terganggu
kehidupan sehari-harinya. Dua perawatan utama untuk OCD antara lain
psikoterapi dan obat.
REFERENSI
○ Apa itu Obsessive Compulsive Disorder: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati. (2020).
DocDoc. Diakses melalui https://www.docdoc.com/id/info/condition/obsessive-compulsive-
disorder
○ Kamalia, A. (2019). Punya Kondisi OCD, Wanita Ini Bisa Keramas 72 Kali Setiap Hari. DetikHealth.
Diakses melalui https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3615594/punya-kondisi-ocd-
wanita-ini-bisa-keramas-72-kali-setiap-hari
○ OCD (Obsessive Compulsive Disorder). (2020). Alodokter. Diakses melalui
https://www.alodokter.com/ocd/penyebab
○ Saleh Umniyah. 2019. Anxiety Disorder (Memahami gangguan kecemasan : jenis-jenis, gejala,
perspektif teoritis dan penanganan). Jurnal Hasanudin.
○ Fallahnda. (2020). Kecemasan pada Anak: Gejala dan Cara Mengatasinya. Diakses pada 16
November 2021 melalui https://tirto.id/kecemasan-pada-anak-gejala-dan-cara-mengatasinya-fMtV
REFERENSI
○ Menjadi Manusia. “115. Kamu Juga Manusia, Sebuah Dokumenter Tentang Kesehatan Mental”.
Youtube Video, 1:07:06. 11 Oktober 2019. https://www.youtube.com/watch?v=LeFkkFCFbmE
○ Pengobatan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). (2019) Diakses pada 23 Oktober dari
https://www.alodokter.com/ocd/pengobatan
○ Gangguan Kecemasan Umum. (2020). Diakses melalui https://www.alodokter.com/gangguan-
kecemasan-umum
○ Rompies, J, K. (2021). Kenali, 20 Tanda-Tanda dan Penyebab OCD pada Anak Balita. Diakses 16
November 2021 melalui https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/tanda-tanda-dan-
penyebab-ocd-pada-anak-balita/7
○ https://health.detik.com/true-story/d-3567350/kisah-nyata-remaja-yang-ingin-bunuh-diri-lalu-
bangkit-lawan-depresi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai