Anda di halaman 1dari 7

Obsesif Compulsif Disorder

Definisi : Obsesif Kompulsif Disorder (OCD) adalah gangguan otak dan perilaku. OCD
menyebabkan kecemasan yang parah pada mereka yang terkena dampak. OCD melibatkan
kedua obsesi dan dorongan yang mengambil banyak waktu dan mendapatkan di jalan kegiatan
penting nilai-nilai orang.

Ciri-ciri umum penderita:

Melakukan tindakan yang berulang-ulang

Selalu resah, Penderita OCD tidak dapat lepas dari resah cemas, tertekan dan merasa tidak
nyaman dengan keadaan ini.

Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan,
melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang
dirasakannya.

Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam
beberapa kali setiap harinya.

Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan
waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang,
atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain.

Pada kasus gangguan OCD tertentu dan sangat berbahaya adalah ketika pasien terobsesi untuk
melukai diri dan orang lain, untuk itu pihak keluarga dan pendamping harus ekstra selektif dalam
memberikan informasi atau bahkan saat menonton televisi…

-
(http://www.abualbanicentre.com/artikel/10-penyakit-gangguan-kejiwaan-yang-paling-berbahaya)
Kenali 10 tanda ocd

Obsesif kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah gangguan yang ditandai
dengan pikiran negatif yang membuat penderita merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sehingga
untuk menghilangkan kecemasan itu, ada obsesi berlebihan dari si penderita.

Apakah Anda juga menderita gangguan obsesif kompulsif? Coba kenali tandanya seperti yang
dilansir dari ABC News berikut ini.

Cuci tangan
Obsesi untuk segera cuci tangan dilakukan penderita OCD karena takut terkena penyakit akibat
bakteri dan kuman penyakit. Selain itu, penderita oCD akut biasanya juga akan tetap khawatir
tentang bahaya kuman meskipun sudah cuci tangan.

Terlalu bersih
Bukan cuma cuci tangan, segala yang berbau dengan kebersihan, seperti cuci piring, baju, atau
ruangan juga menjadi beban pikiran penderita oCD. Akibatnya, mereka menghabiskan waktu
berjam-jam untuk membersihkan semuanya.

Mengecek ulang
Punya kebiasaan mengecek ulang apakah pintu sudah dikunci atau tak ada barang yang
ketinggalan saat akan pergi? Sebenarnya kebiasaan mengecek ulang itu baik, namun jika sampai
menimbulkan kecemasan jika tidak dilakukan, artinya Anda positif OCD.

Menghitung
Beberapa penderita OCD suka menghitung pola tentang aktivitas sehari-hari, misalnya jumlah
anak tangga. Kebiasaan itu didorong oleh kepercayaan tertentu, contohnya jika mereka
menghitung sampai angka tujuh, maka akan ada keberuntungan yang dirasakan.

Terorganisir
Segala sesuatu harus diletakkan, ditata, dan dirapikan sesuai angka, warna, atau simetris. Jika
semuanya berantakan, penderita OCD akan langsung merasa cemas dan tidak tenang.

Takut disakiti
Setiap orang tentu takut dan khawatir jika hal buruk terjadi pada dirinya. Akan tetapi penderita
OCD lebih berusaha keras untuk menghilangkan pemikiran seperti itu dari kepalanya
dibandingkan dengan orang-orang biasa.

Hal seksual
Sama seperti perbuatan yang berkaitan dengan kekerasan, penderita OCD juga cemas berlebihan
mengenai hal-hal yang berbau dengan pelecehan seksual. Misalnya khawatir jika ternyata
mereka gay atau sebaliknya dan tidak sadar meraba bagian intim pada tubuh teman kerjanya.

Hubungan asmara
Penderita OCD umumnya sulit menerima hal-hal yang tidak pasti soal hubungan asmara.
Sehingga kebanyakan dari mereka kerap memikirkan tentang kesalahpahaman kecil yang bisa
merusak hubungan asmara.

Mencari penghiburan
Ketika penderita OCD sudah merasa begitu terpojok mengenai hal-hal yang tidak beres di
sekitarnya, mereka akan mulai mencari penghiburan dari teman atau keluarga. Misalnya
bertanya, "Apakah semua ini normal? Apakah semuanya tidak ada masalah?"

Penampilan diri
Sementara itu, body dysmorphic disorder (BDD) juga berhubungan dengan OCD. Penderita
BDD sering merasa penampilan dirinya tidak sempurna. Namun berbeda dengan gangguan
makan, penderita BDD tidak fokus untuk melakukan diet ketat.

(http://www.merdeka.com/sehat/kenali-10-tanda-gangguan-obsesif-kompulsif.html)
Apa itu Obsessive Compulsive Disorder: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati

Definisi dan Gambaran Umum


Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah kondisi psikologis yang ditandai dengan
perilaku pengulangan yang disebabkan oleh ketakutan akan pikiran yang tidak masuk akal.
Seseorang yang didiagnosa menderita OCD mungkin tidak menyadari kalau obsesinya tidak
masuk akal. Namun, ia akan merasa berkewajiban untuk melakukan sebuah tindakan tertentu
untuk meredakan stres yang dihasilkan dari sebuah kondisi tertentu. Kondisi tersebut seringkali
membawa rasa takut, dan meskipun ia telah berusaha untuk meredakan rasa takutnya, rasa takut
itu semakin bertambah, sehingga menghasilkan sebuah tindakan yang dilakukan berulang-ulang.

Gejala OCD
Seseorang yang menderita OCD seringkali memiliki obsesi dan tekanan. Namun, tidak jarang
pula ia hanya mengalami satu kondisi. Obsesi mungkin muncul, namun tidak disertai dengan
tekanan atau paksaan, begitupun sebaliknya. Baik itu hanya satu kondisi atau keduanya yang
muncul pada seseorang, orang tersebut tetap dianggap menderita OCD.

Gejala obsesif yang paling umum terjadi adalah:

 Rasa takut – seperti takut pada kotoran, kuman, api, atau kerusakan fisik.
 Ragu – ragu apakah suatu pekerjaan telah dikerjakan dengan benar, seperti mengunci
pintu atau mematikan kompor.
 Pikiran tidak masuk akal – agresi, tindakan yang tidak pantas, atau tindakan seksual

Gejala kompulsif yang paling umum terjadi adalah:

 Keteraturan
 Pengecekan dan pengecekan ulang
 Penghitungan
 Rutinitas yang kaku

Pada tahap awal OCD, gejala obsesif dan kompulsif cukup sulit untuk dikenali. Namun, setelah
kondisi bertambah parah, gejala-gejala tersebut juga akan bertambah parah. Anak-anak yang
mengalami kondisi ini mungkin tidak akan menyadarinya, namun orang dewasa yang memiliki
OCD biasanya menyadari bahwa obsesi dan tekanan mereka tidak beralasan.

Apakah rasa ingin sempurna (perfeksionisme) termasuk


dalam gejala OCD?
Sebagian orang ingin semua menjadi sempurna (perfeksionis), namun bukan berarti mereka
menderita OCD. Perbedaan antara perfeksionisme dan OCD adalah alasan dari pikiran para
penderitanya. Orang yang perfeksionis memiliki pikiran yang berdasar dengan tujuan yang jelas,
sementara penderita OCD akan memiliki pikiran yang tidak beralasan.

Penyebab OCD
Hingga hari ini, penyebab pasti dari OCD masih belum diketahui. Namun, ada beberapa teori
tentang hal ini. Teori pertama mengatakan bahwa OCD disebabkan oleh faktor biologis, seperti
perubahan pada tubuh atau masalah turunan. Teori lainnya adalah OCD disebabkan oleh faktor
lingkungan, seperti stres dari lingkungan sekitar.

Komplikasi dari OCD


Seseorang yang menderita OCD biasanya memiliki gangguan yang dipicu oleh kondisi utama,
seperti kelainan dalam makan, kelainan bunuh diri, kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan
alkohol. Banyak yang berujung pada kehidupan keluarga dan sosial yang berantakan.
Berpartisipasi dalam kehidupan sekolah dan kegiatan sosial lainnya mungkin merupakan
masalah. Dengan kata lain, seseorang dengan OCD biasanya memiliki kualitas hidup yang
buruk.

Kapan Sebaiknya Anda Menemui Dokter?


Seperti disebutkan sebelumnya, orang dewasa yang menderita OCD biasanya lebih peka
terhadap keanehan pada dirinya sendiri. Jika pikiran-pikiran semacam itu mulai mengganggu
hidup Anda, seperti jika Anda merasa Anda tidak dapat melakukan apapun dengan benar, atau
kesehatan Anda mulai terganggu karena rasa takut yang tidak berdasar, maka Anda sebaiknya
menemui dokter ahli.

Anak-anak, di sisi lain, tidak dapat membedakan antara pikiran yang berdasar dan tidak berdasar.
Para orangtua harus mengawasi anak-anak mereka dengan seksama, dan jika kualitas kehidupan
mereka mulai terganggu, maka Anda perlu menemui seorang ahli.

Anda perlu menemui dokter kepercayaan Anda terlebih dahulu. Jika dokter mendiagnosa Anda
memiliki OCD, maka Anda akan dirujuk untuk menemui seorang psikolog atau psikiater.

Sebelum Anda menemui ahli kesehatan jiwa, pastikan bahwa Anda mempersiapkan diri untuk
menjawab segala pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh dokter Anda, termasuk obat-obatan
yang pernah Anda konsumsi, pemicu dari kondisi Anda, dan kejadian-kejadian masa lalu yang
membuat perubahan besar dalam hidup Anda. Dokter kemudian akan melakukan serangkaian
pemeriksaan termasuk pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan penilaian psikologis.

Ahli kesehatan jiwa tersebut kemudian akan mencoba untuk menentukan apakah Anda memang
menderita OCD atau jenis gangguan lainnya, seperti skizofrenia, depresi, dan gangguan
kecemasan.
Pengobatan OCD
Penting untuk Anda ketahui bahwa OCD tidak dapat disembuhkan, tidak peduli apapun metode
pengobatan yang Anda ambil. Akan tetapi, pengobatan tersebut dapat mengendalikan gejala
yang Anda rasakan sehingga mutu hidup Anda tidak lagi terganggu.

Para penderita OCD biasanya dirawat dengan obat-obatan dan/atau psikoterapi, terkadang
seumur hidup mereka. Psikoterapi meliputi metode yang disebut pembukaan dan pencegahan
respon. Metode ini dilakukan dalam lingkungan yang terkendali, dan melibatkan pemaksaan
Anda untuk menghadapi ketakutan Anda, atau menciptakan pemicu dari kondisi Anda.
Konsepnya adalah Anda akan belajar untuk menghadapi ketakutan Anda dan mampu
mengendalikan obsesi dan tekanan yang Anda rasakan.

Obat-obatan yang diberikan biasanya antidepresan seperti Sertraline, Flouxetine, Paroxetine, dan
Fluvoxamine. Namun, tidak semua akan memberikan reaksi yang sama terhadap obat yang sama.
Mungkin diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui obat yang sesuai dengan kondisi
Anda. Kebanyakan, efek dari obat yang Anda konsumsi baru akan terasa setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan. Jika Anda tidak memberikan respon positif selama jangka waktu
tersebut, maka Anda perlu untuk menkonsumsi obat lainnya.

Setelah Anda menemukan obat yang tepat untuk Anda, pastikan bahwa Anda mengkonsumsinya
secara teratur sesuai resep dari dokter. Jangan berhenti mengkonsumsi obat tersebut sebelum
dokter Anda bilang berhenti. Jika dokter mengatakan Anda dapat mengurangi dosis obat yang
Anda konsumsi, maka lakukanlah hal tersebut secara bertahap. Anda juga sebaiknya membahas
mengenai efek samping dan resiko dari obat yang Anda konsumsi dengan dokter Anda, sehingga
Anda dapat berjaga-jaga sejak awal. Salah satu efek samping yang mungkin Anda rasakan adalah
meningkatnya keinginan untuk bunuh diri, dan jika Anda mengalami hal ini, maka Anda
sebaiknya segera menemui dokter Anda dan pastikan Anda menceritakan kondisi tersebut
dengan sebenar-benarnya.

Terakhir, penting bagi Anda untuk berusaha mengendalikan hidup Anda sendiri. Obat-obatan
dan psikoterapi akan membantu Anda untuk mencapai hal ini, meskipun kondisi Anda tidak
dapat disembuhkan. Usaha Anda, ditambah dengan bantuan dari pihak luar dan obat-obatan,
akan meningkatkan kemungkinan Anda untuk dapat mengendalikan OCD.

Referensi:

 Gangguan Obsesif Kompulsif – Asosiasi Psikiater Amerika (Obsessive Compulsive


Disorder – American Psychiatric Association)
 Lembaga Nasional Kesehatan Mental (National Institute of Mental Health)

(https://www.docdoc.com/id/id/info/condition/obsessive-compulsive-disorder/v2/)
Masalah Gangguan Kejiwaan
Masalah gangguan kejiwaan dapat terjadi karena 2 sebab. Pertama karena diturunkan (kelahiran),
misalnya karena sejarah riwayat keluarga ada yang mengindap masalah gangguan kejiwaan atau
karena rendahnya tingkat intelektual. Kedua disebabkan karena kejadian pasca kelahiran
(riwayat kehidupan) sejak lahir hingga kini.

Gangguan kejiwaan pasca kelahiran ini disebabkan interaksi sosial seperti pengasuhan,
pendidikan, peristiwa/kejadian besar traumatik yang memicu mulai timbulnya masalah gangguan
kejiwaan.

Interaksi sosial yang bermacam-macam ini menyebabkan keadaan tidak seimbang


(ketidakseimbangan) dalam diri seseorang. Ibarat sebuah layang layang yang tidak dapat terbang
stabil (manteng).

Gangguan Kejiwaan timbul setelah suatu nilai-nilai dasar atau prinsip hidup seseorang
terlanggar, menjadi rusak dan tidak dapat dikembalikan lagi oleh orang tersebut secara utuh yang
secara pribadi telah mengganggu kesetimbangan jiwanya (pikiran, perasaan, dan tindakan).
Akibatnya alam pikirannya terpaku pada peristiwa besar traumatik tersebut yang mengakibatkan
fungsi kehidupannya tidak dapat berjalan menjadi normal sedia kala.

Prinsip hidup atau nilai nilai kehidupan yang dapat terlanggar dan dapat menyebabkan gangguan
kejiwaan adalah: nilai agama (hub antara manusia dan Tuhannya), nilai moral (benar dan salah),
nilai etika (hubungan antara manusia dan manusia lainnya seperti persahabatan, kepercayaan,
kesetiaan), nilai cinta (kasih sayang), dan lainnya.

Sebuah contoh kasus adalah gangguan yang dialami oleh seorang wanita. Dalam dirinya terjadi
pelanggaran kesusilaan (pernah berhubungan seksual diluar nikah atas dasar mau sama mau).
Dalam hal ini wanita tersebut merasa ia merusak nilai kepercayaaannya, merasa berdosa, secara
moral ia merasa malu dengan orang lain. Dalam terapi ia tidak mampu mengembalikan nilai
kepercayaannya tersebut secara utuh. Ia selalu merasa berdosa walaupun ia dengan keyakinannya
mengetahui bahwa dosanya akan diampuni bila ia menyesal dan bertobat. Tetapi kejadian
tersebut selalu menghantuinya, rasa berdosanya akan kembali timbul khususnya saat masa bulan
bulan suci dimana orang harus berpuasa.

Sebuah contoh kasus lainnya adalah karena masalah cinta, kasih sayang anak terhadap orang
tuanya. Sang anak wanita yang hendak menikah menjadi bingung dan terombang-ambing antara
mengikut calon suami atau dekat dengan ibunya. Di satu saat sang ibu merestui putrinya
menikah namun di saat lain ia mengatakan sang putri tidak mancintai dirinya lagi kalau hidup
dengan sang suami. ketidakmampuan sang putri untuk bersikap dan mengambil keputusan yang
berlarut-larut menyebabkan ia mengalami ketidakstabilan jiwa dan mengalami gangguan
kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai