Dietetika Penyakit Infeksi dan Kurang Gizi
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan kuliah ini,
mahasiswa mampu menjelaskan:
Patofisiologi hepatitis
Syarat dan tujuan diet pada hepatitis.
Kebutuhan energi, protein dan lemak
pada hepatitis.
Struktur Hati
Fungsi Hati
Metabolisme Tempat penyimpanan
karbohidrat cadangan makanan
Metabolisme lipid (glikogen, lemak,
Metabolisme protein asam lemak, vitamin
larut lemak)
Metabolisme enzim
Lain-lain (konjugasi ,
Metabolisme vitamin
detoksifikasi dan
Metabolisme asam degradasi, aktivitas
empedu RES, pengaturan air,
Metabolisme heme fetal hematopoiesis,
ekskresi)
Sekresi empedu
Empedu hasil sekresi
sel hati masuk ke
kanalikuli empedu di dalam hati, mengalir ke
duktulus empedu, melewati duktus koledukus
masuk ke dalam kantung empedu. Dalam
sehari sel-sel hati mensekresi ½ - 1 liter getah
empedu.
Pembentukan empedu dirangsang oleh
peningkatan garam empedu dalam darah.
Empedu dikeluarkan dari kantung empedu ke
dalam duodenum bila ada lemak dalam
duodenum.
Saluran Empedu bermuara di Duodenum
Hepatitis
Peradangan pada hati
Etiologi:
Virus
Parasit
Alkohol
Obat-obatan
Autoimun
Hepatitis virus
Hepatitis A
Hepatitis C
Fekal oral Darah, semen, saliva
Akut Akut, kronis, karier
Fulminan Sirosis kanker
Hepatitis B Hepatitis D
Darah, semen, Koinsidens dengan
saliva hepatitis B
Akut, kronis, Hepatitis E
karier Fekal oral
Sirosis kanker
Komplikasi
Sirosis hati
Hipertensi porta
Varises esofagus
Asites
Ensefalopati hepatik
Meningkatnya kadar
amonia darah
Malnutrition, wasting
Hepatitis fulminan adalah inflamasi dan
kerusakan jaringan hati yang menyebabkan
kehilangan fungsi hati yang parah, cepat, dan
progresif akibat infeksi virus atau penyebab
lainnya
Ensefalopati Hepatik adalah ganggaun
fungsi otak akibat kerusakan hati tingkat
lanjut. Hal ini terjadi ketika hati yang rusak
tidak dapat lagi efektif menyaring racun dari
aliran darah.
Tanda dan gejala
Ringan atau kronik :
asimtomatik Jaundice/ikterik
Onset akut: (yellow discoloration of
Fatigue tissues) pada kulit, urin
Nausea (warna teh), sklera
Anorexia Gejala lain:
Nyeri pada daerah Demam
hati Sakit kepala
Hati teraba
Lemah otot
membesar, nyeri
tekan Ruam kulit
BAB dempul
Steatorrhea
Terapi
Terapi suportif:
Bed rest
Diet yang sesuai, menghindari substansi yang
mengiritasi hati seperti alkohol dan obat atau
suplemen yang menyebabkan kerusakan hati
Infeksi Hepatitis A dapat sembuh sendiri.
Antivirus untuk infeksi HBV dan HCV, contoh:
lamivudine, ribavirin, interferon
Hepatitis nonviral : obat anti radang dan imunosupresan
Perawatan di rumah sakit tidak perlu kecuali terdapat
kondisi lain atau komplikasi yang menghambat recovery.
Terapi diet
Asuhan gizi bervariasi tergantung gejala pasien
dan status gizinya.
Sebagian individu tidak memerlukan perubahan
diet.
Mereka yang anoreksia atau ada gejala tidak
nyaman pada GI dapat menoleransi makanan
dengan porsi kecil frekuensi sering
Org2 dengan gizi kurang sebaiknya
mengonsumsi protein & energi yang adekuat
untuk mengganti cadangan zat gizi; diet 1.0-1.2
gram protein/kgBB
Terapi diet
Individu dengan retensi cairan sebaiknya
menghindari makanan tinggi natrium.
Diet rendah lemak, dengan lemak <30% total
kalori mungkin diperlukan untuk steatorrhea.
Pasien dengan muntah persisten memerlukan
pengganti cairan dan elektrolit.
Suplemen cair dapat bermanfaat untuk
meningkatkan asupan gizi.
Tujuan Diet
Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan
mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau
meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
Mencegah katabolisme protein.
Mencegah penurunan berat badan atau
meningkatkan berat badan bila kurang.
Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus,
dan hipertensi portal.
Mencegah koma hepatik.
Syarat diet
Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein,
diberikan bertahap sesuai kemampuan pasien
Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
bentuk mudah dicerna. Bila steatorrhea gunakan MCT.
Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/kgBB agar tidak
terjadi anabolisme protein
Hepatitis fulminan: dibatasi utk mencegah koma 30-40 g
Sirosis hati terkompensasi 1.25 g/kgBB
Asupan minimal 0.8-1.0 g/kgBB
Syarat Diet
Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat
defisiensi. Bila perlu diberikan suplemen vit B
kompleks, C, dan K serta Zn dan Fe bila ada anemia.
Natrium rendah tergantung tingkat edema dan
asites.
Cairan diberikan lebih dari biasa kecuali jika ada
kontraindikasi.
Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan
muntah.
Diet Hati I
Diberikan dalam keadaan akut atau prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai
mempunyai nafsu makan.
Makanan diberikan dalam bentuk
cincang/lunak
Protein dibatasi 30 g/hari
Lemak dalam bentuk mudah dicerna
Formula enteral dengan asam amino rantai
cabang (BCAA) dapat digunakan
Diet Hati I
Bila ada asites atau diuresis belum sempurna,
pemberian cairan maks. 1 L/hari
Rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan
tiamin berikan selama beberapa hari saja
Untuk menambah kandungan energi, selain
makanan per oral dapat diberikan makanan
parenteral (cairan glukosa)
Diet Hati II
Makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup.
Makanan diberikan dalam bentuk lunak/biasa
Protein 1 g/kgBB dan lemak sedang (20-25% dari
kebutuhan energi total) dalam bentuk mudah
dicerna.
Cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A
dan C tetapi kurang kalsium dan tiamin.
Diet Hati III
Diberikan sebagai makanan perpindahan
dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis
akut dan sirosis hati yang nafsu makannya
telah baik, telah dapat menerima protein, dan
tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Makanan diberikan dalam bentuk
lunak/biasa.
Mengandung cukup energi, protein, lemak,
mineral, dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.
Bahan makanan yang dibatasi
Sumber lemak: semua makanan dan daging
yang banyak mengandung lemak, santan
Bahan makanan yang menimbulkan gas: ubi,
kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian,
dan nangka
Bahan makanan yang
tidak dianjurkan
• Makanan yang mengandung alkohol, teh,
atau kopi kental
Diet pada
Pankreatitis
Pankreatitis
Penyakit inflamasi pada pankreas
Jenis: akut dan kronis
Etiologi:
Pankreatitis akut: batu empedu, alkohol,
hipertrigliseridemia (>1000 mg/dL), racun, dan obat-
obatan
Pankreatitis kronis: konsumsi alkohol berlebihan (70-
90%), cystic fibrosis (pada anak-anak )
Pankreatitis akut
Nyeri abdomen berat
Mual dan muntah
Kembung
Peningkatan kadar amilase dan lipase dalam serum
Komplikasi: gagal ginjal, sepsis
Terapi Diet
Asupan per oral tidak diberikan hingga nyeri membaik
Cairan dan elektrolit diberikan intravena
Setelah 3-7 hari, pasien dapat mengonsumsi sejumlah kecil cairan
(1/2 – 1 gelas), sehingga dapat diberikan makanan cair jernih.
Diet diberikan secara bertahap mulai dari diet cair hingga
makanan biasa dengan porsi kecil tapi sering
Diet rendah lemak
Pada pankreatitis berat, dapat diberikan asupan sonde ke
jejunum (formula standar atau elemental)
Kebutuhan energi dan protein tinggi karena efek
hiperkatabolisme dari inflamasi.
Pankreatitis kronis
Nyeri abdomen sangat berat dan semakin berat
apabila pasien makan
Steatorrhea
Komplikasi: penurunan BB dan malnutrisi,
penurunan sekresi insulin dan glukagon diabetes
(80% pasien)
Terapi Diet
Tujuan Diet: untuk memperbaiki status gizi, menurunkan
malabsorpsi, dan mencegah gejala rekuren.
Kebutuhan energi dan protein tinggi terutama untuk pasien yang
sudah kehilangan BB dan malnutrisi.
Suplemen apabila terjadi defisiensi
Tidak boleh mengonsumsi alkohol
Steatorrhea diterapi dengan pengganti enzim pankreas, enteric
coated
Kadar lemak dalam feses dimonitoring untuk menilai efektivitas
terapi enzim
Diet rendah lemak (lemak MCT) apabila steatorrhea tidak
berkurang dengan terapi.
TERIMA KASIH
Diet pada Demam
Tifoid
Dietetika Penyakit Infeksi dan Kurang Gizi
dr. Karina R. Ekawidyani, MSc.
Demam tifoid
Etiologi: Salmonella typhosa
Tanda dan gejala:
Demam
Anorexia, nausea, vomitting
Nyeri abdomen
Diare atau konstipasi, dapat disertai darah
Komplikasi:
Infeksi kronis
Karier
Ensefalopati
Miokarditis
Terapi
Suportif : Bed rest
Terapi medikamentosa: antibiotik
Terapi diet
Terapi Diet
Diet sisa rendah
Diet tidak memberatkan kerja usus
Konsistensi lunak
Kebutuhan energi dan protein cukup
Kebutuhan vitamin dan mineral cukup
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan volume
diare/vomit
Terapi diet
Terapi diet untuk menurunkan motilitas usus harus
fokus pada menghindari minuman tinggi gula dan
makanan tinggi karbohidrat sederhana (laktosa, sukrosa,
atau fruktosa); gula alkohol (sorbitol, xylitol, manitol);
kafein; dan minuman beralkohol.
Makanan yang menghasilkan gas harus dihindari.
Tujuan Diet
Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang
sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat
membatasi volume feses dan tidak merangsang
saluran cerna.
Syarat Diet
Energi cukup
Protein cukup, yaitu 10-15% kebutuhan energi total
Lemak sedang, yaitu 10-25% kebutuhan energi total
Karbohidrat cukup
Menghindari makanan berserta tinggi dan sedang
sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari
Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat
kasar (liat)
Syarat Diet
Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu
manis, terlalu asam dan berbumbu tajam.
Makanan dimasak hingga lunak, dihidangkan tidak
terlalu panas dan dingin
Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
Diet Sisa Rendah I
Bentuk saring/blender
Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang,
bumbu tajam, susu, daging berserat kasar,
membatasi penggunaan gula dan lemak
Kandungan serat maksimal 4 gram
Diet ini rendah energi dan sebagian zat gizi
Diet Sisa Rendah II
Makanan peralihan dari Diet Sisa Rendah I ke Makanan biasa
Diberikan bila penyakit mulai membaik
Diberikan dalam bentuk cincang/lunak
Makanan berserat sedang diperbolehkan dalam jumlah
terbatas
Susu diberikan maksimal 2 gelas sehari
Lemak dan gula diberikan dalam bentuk mudah dicerna
Bumbu kecuali cabe, merica, dan cuka boleh diberikan dalam
jumlah terbatas
Kandungan serat 4-8 gram
TERIMA KASIH
Dewi, seorang mahasiswi berusia 21 tahun, sudah seminggu menderita
demam, mual, tidak nafsu makan, lemas dan lesu. Sejak dua hari yang lalu
rasa mual tidak tertahan, sehingga beberapa kali muntah. Dewi dibawa ke
dokter dan harus dirawat di rumah sakit. Pemeriksaan fisik kesadaran
sopor, tinggi badan 160 cm, berat badan 50 kg. Suhu 40oC, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 90 kali/menit. Sklera mata kuning, bibir terlihat
kering. Jantung dan paru-paru normal. Pemeriksaan abdomen terdapat
hepatomegalia.
Hasil laboratorium menunjukkan Hb 12 g/dL, Ht 38%, Leukosit 6000/mL.
Kadar bilirubin, SGOT, dan SGPT sangat tinggi, waktu pembekuan darah
memanjang. Urin berwarna kecoklatan, terdapat urobilinogen. Feses
warna dempul, terdapat steatorea. Ig Anti Hepatitis A (+). Berdasarkan
diagnosis dokter, Dewi menderita Hepatitis A dan mendapat gizi
parenteral berupa dekstrosa dan totofusin bergantian.