Anda di halaman 1dari 47

DIET PENYAKIT

HIV/AIDS
HIV - AIDS
H  Human, yang terinfeksi
I  Immunodeficiency, akibatnya
V  Virus, penyebabnya
A  Acquired
I  Immunodeficiency
D  Deficiency
S  Syndrome
 Serangkaian gejala akibat dari
kerusakan immune
Definisi

 Human Immunodeficiency Virus (HIV)


 virus yang menyerang sel imun manusia dan mengubahnya
menjadi ‘pabrik virus’ tempat reproduksi HIV
 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
 kondisi simtomatik akibat HIV, membuat penderitanya rentan
terhadap infeksi oportunistik yang dapat menyebabkan
berbagai disabilitas atau kematian
* Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.
PeHIV -
AIDSndahuluan
• AIDS merupakan sekumpulan gejala
klinis akibat menurunnya kekebalan
seseorang karena Human
tubuh
Imunodeficiency Virus

• Akibatnya sistem terganggu


kekebalan
dan orang yang positif HIV mudah
terkena penyakit infeksi
Cara penularan
 Melalui cairan tubuh yang terinfeksi
 Kontak seksual
 Transfusi darah
 Berbagi pakai jarum suntik
 Perinatal (ibu ke anak)  darah dan

ASI
Patofisiologi
 HIV merupakan retrovirus dengan diameter 0.1
mikron, sekitar 1/70 diameter sel imun CD4+ (sel
limfosit T-helper, yg merupakan agens utama yg
terlibat dlm fungsi perlindungan terhadap infeksi).
 Menyerang banyak sel dalam tubuh : sel GI, sel
organ, dan sel imun.
 Sindrom imunodefisiensi yang terjadi berhubungan
dengan infeksi CD4+ aktif  pabrik virus
Patofisiologi
Infeksi HIV primer
 Flu-like symptoms
 Penurunan jumlah sel CD4+
 Pertahanan tubuh terhadap infeksi dan keganasan
menurun
 Jumlah sel CD4 – HIV viral load (jumlah per ml) –
diagnosis AIDS
 Penurunan jumlah dan fungsi CD4 berhubungan
dengan meningkatnya insidens penyakit
oportunistik
SIKLUS PADA STATUS GIZI BAIK

Status Gizi Baik


(Asupan gizi baik,
pemeliharaan berat
badan dan jaringan otot,
zat gizi mikro baik)

Manajemen terkait Menguatnya kekebalan


komplikasi HIV tubuh
(malabsorbsi, diare, (kemampuan untuk
kurang nafsu makan, melawan HIV dan virus
penurunan berat badan) lain)

Meningkatkan resistensi
terhadap penyakit
(TB, diare, infeksi
saluran pernafasan)

Adapted from Ellen G. Piwoz and Elizabeth A. Preble, HIV/AIDS and Nutrition: A Review of the Literature and
Recommendations for Nutritional Care and Support in Sub-Saharan Africa. Washington, D.C.: Academy for Educational
Development (AED), 2000.
DHIV - AIDSampak
dan Masalah

Mahan, 2012; Venter, 2009


• Menyerang
Dampak
kekebalan tubuh
• Mempengaruhi
• Mudah terkena
status gizi dan
infeksi kesehatan
• Mempengaruhi
kualitas hidup
Besar
Dampak Fanta masalah
2005;
Ivers 2009;
Kemenkes
2010
HIV/AIDS & Gizi
 Memberikan tantangan yang luas dan beragam untuk
mempertahankan status gizi
 Perubahan status gizi pada pasien dapat diakibatkan oleh:
 Infeksi HIV
 Komplikasi penyakit dan ko-infeksi
 Terapi penyakit
 Perubahan terjadi dalam hal:
 Asupan
 Absorpsi
 Metabolisme
 Ekskresi
Hubungan Infeksi HIV dan Malnutrisi
↓ nafsu makan
Kemiskinan,
Sulit menelan
Kerawanan Pangan Malarsorpsi (lemak,
diare
KH, zat gizi Mikro)
Fungsi saluran cerna
Kurang Asupan Gizi Diare

Malnutrisi :
IMT Infeksi HIV dan Infeksi
rendah Oportunistik
↓ BB
Defisiensi za gizi mikro
-Peningkatan kebutuhan gizi
-Me ↓ utilisasi zat gizi
-Perubahan produksi hormon

Role of Nutrition in HIV Infection, De pee & semba, 2010


TB - HIV
• Sekitar 60% orang positif HIV mengalami
penyakit infeksi Tuberkulosis
• Konsekuensinya adalah meningkatnya
kebutuhan gizi
• Kegagalan memenuhi peningkatan
kebutuhan akan mengakibatkan ODHA
mengalami penurunan status gizi 
semakin mudah terkena penyakit infeksi
lainnya
Oral manifestations
 Can be caused by fungal infection, viral infection,
bacterial conditions, neoplastic problems, salivary
gland disease, and other problems.
 Oral lesions can lead to mouth itching, pain, a
burning sensation (especially when eating spicy or
acidic foods), and taste changes
AIDS-related wasting syndrome (AWS)
 Defined by the Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) as a 10% weight loss without an
identifiable cause that is accompanied by fever or
diarrhea for 30 days or more.
 The etiology of wasting may be related to
hormonal deficiencies (testosterone or thyroid), the
cytokine dysregulation often associated with
chronic inflammation/infection, and metabolic
demands of medications
Dampak Wasting Syndrome pada
HIV/AIDS
Menurunkan
•QoL (Quality of Life)
•Performans
•Respons pengobatan
•Body image
Meningkatkan
•Lama dan
Seringnya
Rawat Inap
•Infeksi
Pengobatan HIV

Terapi ARV (Anti


Retroviral)

Terapi Antiretroviral (ART) bekerja untuk


memperlambat kerusakan sistem
kekebalan
Tujuan dari ART adalah mengurangi viral load, mencegah
lajunya infeksi HIV dan memungkinkan pemulihan
kekebalan
Metabolisme zat gizi pada HIV berubah
 Infeksi kronis HIV  inflamasi  protein fase
akut terus diproduksi
 Perubahan zat gizi mikro:
 Menurunnya kadar selenium, zinc, magnesium,
kalsium, besi, mangan, tembaga, karoten, choline,
glutathione, dan vit A, B6, B12, dan E dalam serum.
 Meningkatnya kadar folat, niacin, dan karnitin
Anti retroviral drugs (ARV)
 Suppression of viral load by antiretrovirals has
shown varying effects on nutritional status.
 Weight gains are commonly seen in patients on
successful ARV therapy.
ARV & Its side effects
 Diarrhea
 Nausea/vomiting
 Appetite loss
 Abdominal pain
 Taste change
 Lipid alterations  ↑lipids, total cholesterol
 Glucose intolerance
 Lipodystrophy
Assessment

Faktor Deskripsi
Evaluasi Diet Akses terhadap makanan, konsumsi
pangan
Pengukuran Fisik BB, IMT, antropometri dan analisis
komposisi tubuh
Pengukuran Biokimia Profil imun, profil hematologi, profil lipid,
fungsi liver, fungsi ginjal, elektrolit,
tingkat glukosa dan insulin, penanda
inflamasi
Riwayat medis Informasi lampau pada diagnosis dan
gejala, riwayat keluarga menderita
diabetes, penyakit jantung, kanker, ginjal,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
narkotika, serta penggunaan obat-obatan
pendukung lainnya
Diagnosis
 Peningkatan energy expenditure
 Ketidakcukupan asupan oral makanan
 Kelebihan substansi bioaktif
 Peningkatan kebutuhan gizi
 Malnutrisi
 Ketidakcukupan asupan energi dan protein
 Kesulitan menelan
 Kerusakan fungsi saluran cerna
 Underweight
 Kehilangan BB
 Kekurangan aktifitas fisik
 Asupan makanan yang tidak aman.
Intervensi
 Symptom management
 Weight maintenance
 Management of concomitant disease processes.
 Hydration maintenance
 Micronutrient supplementation, when nutrient
intake may be inadequate
Tujuan Diet
Tujuan Umum
 Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan

mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi


pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
 Mencapai dan mempertahankan BB serta komposisi

tubuh yang diharapkan, terutama LBM (Lean Body


Mass)
 Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi

 Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet,

olahraga, dan relaksasi


Tujuan Diet
Tujuan Khusus
 Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual,

dan muntah
 Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan

perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat


membedakan gejala anoreksia, perasaan kenyang,
perubahan indera pengecap, dan kesulitan menelan
 Mencapai dan mempertahankan BB normal
 Mencegah penurunan BB yang berlebihan
(terutama jaringan otot)
 Memberikan kebebasan pasien untuk memilih
makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan
makan dan jenis terapi yang diberikan
Syarat Diet
 Energi tinggi  perhatikan FA, FS, kenaikan suhu
tubuh
 Protein tinggi 1.1-1.5 g/kgBB. Disesuaikan bila
ada kelainan ginjal dan hati
 Lemak cukup  10-25% dari keb. Energi total.
Malabsorpsi lemak  MCT
 Vitamin & mineral tinggi  1.5x AKG terutama
vit A, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng,
dan selenium. Dapat ditambahkan suplemen
Syarat Diet
 Serat cukup  mudah dicerna
 Cairan cukup. Gangguan fungsi menelan 
pemberian hati-hati & bertahap dengan konsistensi
sesuai (thick, semi thick, thin)
 Elektrolit  hilang melalui muntah & diare (Na, K,
Cl)
 Bentuk makanan dimodifikasi sesuai keadaan pasien.
 Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
 Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik, maupun kimia
Indikasi Pemberian
 Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah
terkena infeksi HIV, yaitu:
 Infeksi HIV (+) tanpa gejala
 Infeksi HIV dengan gejala (panas lama, batuk,
diare, kesulitan menelan, sariawan, dan
pembesaran Kelenjar Getah Bening)
 Infeksi HIV dengan gangguan saraf
 Infeksi HIV dengan TBC
 Infeksi HIV dengan kanker dan HIV wasting
syndrome
 Cara pemberian
 Oral
 Enteral (sonde)
 Parenteral (infus)
 Kombinasi
 Jenis Diet
 Diet AIDS I
 Diet AIDS II
 Diet AIDS III
Diet AIDS I
 Indikasi pasien HIV akut, dengan gejala:
 Panas tinggi,
 sariawan,
 kesulitan menelan,
 sesak napas berat,
 diare akut,
 kesadaran menurun, atau
 segera setelah pasien dapat diberi makan
Diet AIDS I
 Berupa cairan dan bubur susu
 Diberikan selama beberapa hari sesuai keadaan
pasien
 Porsi kecil setiap 3 jam
 Kesulitan menelan  sonde atau kombinasi MC-
sonde
 Makanan dapat dibuat sendiri atau menggunakan
makanan enteral komersial
Diet AIDS II
 Perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi
 Bentuk saring atau cincang setiap 3 jam
 Rendah nilai gizinya dan membosankan
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi,
diberikan makanan enteral sebagai tambahan atau
sebagai makanan utama
Diet AIDS III
 Perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien
dengan infeksi HIV tanpa gejala
 Bentuk makanan lunak atau biasa
 Porsi kecil dan sering
 Tinggi energi, vitamin, dan mineral
 Apabila kemampuan makan per oral terbatas dan
masih terjadi penurunan BB, dianjurkan pemberian
melalui sonde sebagai makanan tambahan atau
utama
Makanan yang dianjurkan
 Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vit B12
juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan
mencegah diare.
 Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang
mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan
energi yang dapat dipergunakan untuk pembentukan sel.
 Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk
CD4.
 Vit. E bersama vit. C dan beta karoten berfungsi sebagai anti
radikal bebas. Akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka
tubuh akan menghasilkan radikal bebas.
Makanan yang dianjurkan
 Brokoli tinggi kandungan Zn, Fe, Mn dan Se untuk
mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan
untuk pembentukan CD4.
 Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna
untuk pembentukan CD4 dan mencegah anemi.
 Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tsb dalam
bentuk MUFA berfungsi sbg antioksidan dan dapat
menurunkan LDL. Juga mengandung glutation tinggi
untuk menghambat replikasi HIV.
 Konsumsi kacang2an sesering mungkin.
Makanan yang dianjurkan
 Konsumsi daging dan produk susu setiap hari.
 Konsumsi sayuran dan buah setiap hari. Lebih baik
dalam bentuk jus yang sebelumnya sudah dicuci dan di
blanching (disiram air panas).
 Konsumsi gula, garam dan minyak seperlunya.
 Makanan sebaiknya dikonsumsi dalam bentuk matang.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan

 Yang menimbulkan gas seperti ubi jalar, kol, sawi,


ketimun, nangka, durian.
 Makanan lemak tinggi, seperti pangan yang
digoreng
 Bumbu yang merangsang: cabe, lada, asam, cuka,
jahe
 Minuman bersoda dan mengandung alkohol

Anda mungkin juga menyukai