Anda di halaman 1dari 17

DISKUSI Dasar pengujian mutu kemasan diadopsi dari ilmu kimia

dan fisika
PERANAN DAN NORMA PENGUJIAN Misal : identifikasi sifat kimia pengujian sifat permukaan uji
•Identifikasi bahan kemasan kekuatan uji permeabilitas

•Pertimbangan dalam pemilihan bahan kemasan Metode pengujian yang dikembangkan konsumen :
yang akan Khusus untuk produk tertentu
•digunakan Contoh :
•Mengevaluasi penampakan bahan pengemas pengemasan produk steril : kemasan diuji apakaj dapat
pada akhir mencegah kontaminasi atau tidak
•pengemasan jika pengemas kontak langsung Metode pengujian juga dikembangkan oleh industri
dengan bahan pengemas yang tergabung dalam asosiasi :
•Menentukan daya tahan bahan pengemas 1. ASTM (American Society for Testing Materials)
melalui penanganan
2. TAPPI (Technical Association of the Pulp and Paper
•normal atau tidak normal Industries)
3. FPA (Flexible Packaging Association)
4. ABA (American Boxboard Association)
5. NSTC (National Safe Transit Committee)
PENGUJIAN DALAM KEMASAN
1. Pengujian Mutu Kertas
Pengujian mutu kertas dilakukan pada kondisi atmosfir standar dengan cara
membiarkan kertas pada kondisi atm selama minimal 24 jam sebelum diuji. Standar
atmosfir pengujian mutu kertas oleh TAPPI (Technical Association of the Pulp and
Paper Industries): suhu 23oC (73±3.5o F) dan RH 50±2% (TAPPI 402).
a.Kadar air
Mempengaruhi kekuatan kertas dan kelancaran jalan kertas di dalam mesin. Kadar
air juga mempengaruhi berat kertas sehingga mempengaruhi harga. Cara
pengukurannya adalah dengan mengukur daya hantar listrik dan metode oven
dengan suhu 102oC (215o F)
b. Berat rim dan berat dasar
c. Ketebalan kertas
Pengukuran dilakukan dengan alat mikrometer. Ketebalan kertas mempengaruhi
kekakuan kertas.
d. Formasi
Berhubungan dengan orientasi serat kertas. Dilakukan dengan cara
menerawangkan selembar kertas pada sumber cahaya. Kertas yang baik dilihat
dari penampakan seragam, tidak berbintik, dan tidak kasar. Kertas yang jelek
dilihat dari formasi kasar, berbintik, sifat penyerapan tinta tidak seragam, dan
mudah lengket
e. Porositas
Porositas disebut juga densitas (diukur dengan densometer). Cara pengukuran
densitas kertas adalah dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk menembus
100 m3 udara yang ditekan melalui lembaran kertas seluas 1 inc2 . Jika udara cepat
menembus kertas, maka kertas relatif porous dan sebaliknya.
f. Ketahanan kertas terhadap minyak
Dilakukan dengan uji terpentin, yaitu kertas yang diuji diletakkan di atas kertas
indikator berwarna putih. Ke atas kertas yang diuji dituang pasir hingga
membentuk kerucut. Terpentin (warna merah) dituang ke atas kerucut. Waktu dari
mulai 12 terpentin dituang hingga terbentuk spot merah pertama kali
menunjukkan tingkat ketahanan kertas terhadap minyak.
g. Sizing (pengeleman, perekatan, dan pemberian bahan tambahan)
Sizing bertujuan untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap absorpsi
air. Kertas tahan air digunakan untuk mengemas minuman, label, kemasan
untuk pengapalan, makanan basah, dan kertas bangunan. Kertas tahan air
diperoleh dengan menggunakan zat yang disebut size (lem atau perekat).
Pengujiannya adalah dengan setetes air, lalu mengukur waktu yang
diperlukan untuk menyerap air pada permukaan kertas.
h. Kekuatan tarik dan Elongasi
Kertas dipotong sepanjang 10 inchi dan lebar 1 inchi. Kedua ujung dijepit
dan ditarik dengan arah berlawanan sampai terputus. Kekuatan tarik kertas
adalah jumlah gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan potongan kertas.
i. Kekuatan Sobek
Alat yang digunakan adalah Elemendorf Tear Test, adalah mengukur
besarnya energi yang diperlukan untuk menyobek beberapa lembar kertas
yang disusun berlapis secara bersamaan
j. Mullen Burst Strong
Alat yang digunakan Mullen Tester. Kertas dijepit di antara 2 ring. Pada
ring bagian bawah terdapat diafragma sehingga akan menekan bagian
atas kertas dan menyebabkan kertas retak. Tekanan yang
menyebabkan kertas retak dinyatakan dalam lb/in2 .
k. Kekakuan (Stiffness)
Alat yang digunakan adalah Gurley Apparatus (untuk yang ringan dan
lemas) dan Taber Stiffness Tester (untuk yang kaku). Caranya adalah
mengukur gaya yang diperlukan (gr/cm2) untuk m
l. Ketahanan Terhadap Lipatan
Selembar kertas dilipat berulang-ulang sampai retak.
embengkokkan kertas/ karton membentuk sudut 15o .
m. Kecerahan dan Keputihan
Ukuran derajat keputihan kertas. Alat yang digunakan adalah
reflektometer optik (membandingkan dengan standar warna putih). 13
n. Opasitas Ukuran transparansi kertas.
Alat yang digunakan adalah reflektometer optik. Sinar yang diberikan
pada kertas sampel akan terdifusi kemudian direfleksikan kembali pada
kertas sampel oleh kertas standar putih yang terletak dibelakang kertas
sampel, besar refleksi diukur. Kertas putih standar diganti dengan
kertas hitam (diukur besarnya refleksi oleh kertas hitam). Opasitas
adalah perbandingan refleksi oleh kertas putih standar dengan refleksi
oleh kertas hitam standar. o. Kehalusan Mengukur laju aliran udara
yang dilewatkan di antara permukaan kertas yang licin. Kertas dengan
permukaan halus lebih mudah dicetak.
2. Pengujian Mutu Film Plastik
Dilakukan pada kondisi atmosfir: RH 50%, suhu 23oC. Sebagian pengujian mutu kertas dapat
digunakan untuk pengujian mutu plastik.
a. Kilap : Menentukan jumlah sinar yang dipantulkan oleh permukaan film pada sudut datang tertentu
(biasanya 45o). Sinar yang direfleksikan dideteksi oleh fotosel. Hasilnya dinyatakan dalam % terhadap
sinar yang direfleksikan oleh reflektor standar. Film plastik yang kilap mempunyai nilai refleksi tinggi.
b. Kabut : Alat yang digunakan hazemeter, untuk mengukur jumlah sinar yang dihamburkan. Jika
nilai kabut (haze) kecil, film bersih (tidak berkabut).
c. Clarity (sifat tembus pandang) : Bersifat subjektif karena didasarkan pada penampakan visual, yaitu
membandingkan foto-foto standar dengna foto sampel.
d. Slip : Kemampuan film/ plastik untuk meluncur pada mesin produksi (mempengaruhi laju
produksi).
e. Blocking : Dua lapis plastik ditekan selama waktu tertentu, lalu diamati kecenderungannya untuk
melekat satu sama lain. Blocking disebabkan oleh migrasi air, plastisizer atau perlakuan yang
menyebabkan hilangnya muatan listrik pada corona.
f. Statik : Plastik berkadar air rendah lebih mudah diberi muatan listrik. Muatan listrik dapat
menyebabkan film mudah melekat.
g. Impact Fatique : Gaya yang diperlukan untuk merobek film di bawah kondisi yang ditetapkan di
dalam test, biasanya dikondisikan pada penggunaan sebenarnya. Film yang baik tidak mudah retak
(pecah) ketika dihempaskan.
h. Flex Resistance : Kemampuan film untuk menahan kerusakan akibat tekanan. Caranya dengan
melilitkan kawat tester pada film. Jumlah putaran yang diperlukan agar film pecah menyatakan
nilai flex resistance.
i. Permeability Testing : Metode didasarkan pada pengukuran tekanan dan waktu untuk mengukur
kenaikan tekanan dengan waktu pada tekanan rendah pada sisi film di bawah keadaan yang
ditentukan. Kondisi yang dibuat dapat berupa sistem super atmosfir atau vakum tinggi. Metode
yang umum digunakan adalah Cartwright Permeability Cell.
j. Transmisi uap air : Digunakan bahan pengabsopsi kelembaban (misalnya CaCl2 kering), lalu
dihitung penambahan berat.
k. Identifikasi film plastik : Digunakan berbagai pelarut seperti etil asetat, amil format, amil asetat.
Dilihat kelarutan film di dalam pelarut.
3. Pengujian Alumunium Foil
Beberapa pengujian yang dilakukan adalah uji ketebalan, Yield Test, tingkat
kekerasan logam, ada atau tidaknya pengotor lemak (dengan uji ekstraksi, atau
dengna membasahi lembaran alumunium foil dengan air).

4. Pengujian Tinta Pelapis dan Perekat


Sifat-sifat yang diuji:
a. Berat (lb/gallon), untuk keseragaman bentuk
b. Total padatan. Contoh dievaporasikan pada oven suhu 215oF, lalu ditimbang
berat bahan yang tertinggal.
c. Viskositas, menjamin aliran pada alat converter. Pengukuran dengan alat
Viskometer Brookfield atu Cangkir Zahan.
5. Pengujian Sifat Cetakan dan Bahan Kemas
Sifat penting bahan pengemas adalah kesanggupan untuk dicetak
dan membawa pesan. Dilakukan uji terhadap kesanggupan bergabung
dengan partikel pencetak dan kesanggupan untuk menghasilkan mutu
cetak sesuai dengan permintaan konsumen.

6. Pengujian Kualitas Kemasan dari Pabrik


Dilakukan dengan pengujian dimensi kritis. setiap bahan kemasan
berbeda-beda pengujiannya. Misalnya gelas container (botol) diuji
dimensi, ketahanan shock panas, dan ketahanan tekanan.
7. Uji Kesesuaian Produk Kemasan 8. Uji Pengapalan dan Perlakuan
Mengukur sifat produk secepatnya Khusus
setelah produk dikemas, sebelum dan
setelah kadaluarsan secara periodik. Pengujian selama pengapalan (dilihat
Pengujian dibedakan dengan produk kondisi selama pengapalan) yang diukur
yang dikemas antara lain: antara lain:
a.Rokok setelah 3 bulan tidak dihisap a. Pengaruh getaran
bila kadar air meningkat.
b.Kembang gula setelah 10 hari bila b. Pengaruh bantingan
lengket. c. Pengaruh jatuhan
c.Daging setelah 7 hari bila tidak d. Penghancuran
dilindung dari oksigen dan cahaya.
d.Buah dalam kaleng 1 tahun jika besi e. Variasi iklim
kaleng larut atau terkikis. Pengujian dilakukan dengan membuat
e.Botol plastik alkohol dalam 5 minggu simulasi sesuai dengan keadaan pada saat
jika terlalu banyak kehilangan oleh transportasi bahan.
evaporasi.
Metode Uji Kualitas Kemasan
• Metode atau cara pengetesan yang valid sangat diperlukan untuk
mengetahui kualitas kemasan yang digunakan. Tujuannya adalah agar
produk yang diproduksi tidak mengalami masalah (kerusakan,
perubahan kualitas, warna, bau, dst.) karena masalah pada kualitas
kemasan yang tidak stabil. Kemasan yang baik harus dapat mendukung
produk tersebut melewati masa kadaluwarsanya.

• Berikut ini adalah beberapa metode pengetesan kemasan yang biasa


digunakan.
1. Leak Test
Leak test atau tes kebocoran ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pemasok sudah juga harus memeriksa packaging component-nya sebelum
dikirimkan ke manufaktur, industri manufaktur (pelanggan) memeriksa lagi setelah
semua komponen terpasang dan sudah diisi produk.

2. Product-packaging Compatibility Test.


Tes ini berguna untuk melihat kecocokan produk dan kemasannnya. Yang
perlu diamati adalah apakah ada reaksi atau perubahan pada produk (bau, warna,
viskositas, bentuk, dan performance) maupun kemasannya (bau, warna, berkarat
untuk kemasan kaleng, berubah bentuk seperti menggelembung atau lainnya,
apakah ada produk yang menembus keluar, apakah ada gejala terkelupas di
kemasannya atau di printing) selama kurun waktu tertentu. Tes ini dilakukan
pertama kali dalam proses pengembangan kemasan, terutama pada kemasan primer
untuk menentukan material yang sesuai. Material untuk kemasan primer harus
sesuai dan tidak bereaksi dengan produk yang dikemas
3. Transport Test
Tes ini digunakan sebelum barang dipasarkan. Gunanya untuk melihat
apakah total kemasan dan masing-masing komponennya dalam keadan baik setelah
barang tersebut didistribusikan dan masih baik kualitasnya setelah sampai di tangan
konsumen. Pada waktu melakukan transport test, seorang ahli kemasan harus sudah
punya data di mana produk tersebut tersebut akan dipasarkan dan bagaimana moda
transportasinya, termasuk cara handling-nya.. Evaluasi kemasan setelah transport
test harus meliputi baik dimensi fungsional maupun appearance-nya. Beberapa cara
yang dapat dipakai untuk menunjang keakurasian transport test adalah dengan
menambahkan data logger untuk merekam data yang diperlukan selama produk
dalam perjalanan. Misalnya, ditambahkan temperatur pada data logger. Maka,
selama perjalanan produk pada saat menjalani transport test akan terekam suhu
aktual yang terjadi setiap saat. Jadi dalam evaluasi, akan dapat diambil kesimpulan
lebih rinci dan juga dapat diantisipasi segala risiko yang diperkirakan bakal terjadi
pada kondisi aktual.
4. Drop Test
Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah kemasan yang sudah terisi produk tahan
terhadap hentakan (tidak pecah, penyok, lepas tutupnya, dan lain-lain) pada saat jatuh. Tes ini
dapat dilakukan sebagai kemasan individu maupun kemasan dalam satu kotak karton gelombang.
Drop test ini dilakukan dalam beberapa posisi jatuh, posisi bawah, atas, miring kiri, miring kanan,
arah lebar, dan arah panjang dengan ketinggian tertentu. Ada standar tertentu yang harus
dipenuhi, seperti tidak boleh pecah atau bocor setelah dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Tes ini
bisa menggunakan alat atau dengan membuat alat sendiri, selama posisi jatuhnya barang bisa
dibuat secara konsisten dan mengurangi pengaruh pengawasnya.
5. Stacking Test
Tes ini untuk melihat ketahanan produk jadi pada saat penyimpanan di gudang. Fokus
utama pada tumpukan bawah produk tersebut. Tes ketahanan terhadap tumpukan ini dilakukan
dengan menggunakan produk jadi, kemudian ditumpuk di gudang sesuai spesifikasi tumpukan dan
disimpan selama kurun waktu tertentu tergantng berapa lama stock cover di gudang, misalnya
kurang lebih 30 hari atau sesuai dengan lamanya penyimpanan di gudang.
6. Stress Cracking/keretakan
Material maupun dimensi packaging dan interaksi dengan produk yang
dikemas dapat menyebabkan kemasannya pecah setelah waktu tertentu. Untuk
kemasan yang multicomponent, misalnya botol deodorant roll on, semua komponen
terpasang dan produknya harus dites keretakannya agar dapat menjamin tidak ada
produk yang retak selama di pasar. Bila dimensi salah satu komponen di luar
standar toleransi, komponen ini akan menekan komponen lainnya, sehingga dapat
menyebabkan keretakan. Belum lagi ditambah dengan tekanan karena produk dan
kondisi di pasar.

7. Fade Test (kepudaran warna)


Ketahanan warna kemasan terhadap sinar matahari perlu dites. Kemasan
berwarna dapat memudar warnanya setelah waktu tertentu. Bisa saja memudar
dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari 1 minggu di bawah sinar matahari).
Hal tersebut karena tinta dan master batch atau pigmen yang digunakan tidak tahan
terhadap sinar matahari. Untuk tingkat akurasi yang baik, digunakan alat dengan
lampu sinar UV dengan intensitas tertentu, yaitu dengan menjemur kemasannya di
bawah sinar matahari dan diamati setiap hari atau minggu.
8. Delamination
Pada kemasan yang terdiri dari beberapa lapisan baik fleksibel maupun rigid container terutama yang
fleksibel, dapat saja terjadi pemisahan dari masing-masing lapisan material. Pemisahan ini dapat disebabkan
oleh proses produksi dan material yang digunakan tidak sesuai, dan dapat juga disebabkan produk dan lapisan
bagian dalam berinteraksi sehingga produk dapat menembus lapisan-lapisan berikutnya. Pemeriksaan ini harus
juga menggunakan produk yang sesuai karena kadang-kadang produk yang sejenis dengan parfum yang tidak
sama, hasilnya berbeda.
9. MVTR (Moisture Vapor Transmission Rate)
Untuk memeriksa perpindahan moisture (uap air yang bisa ditransfer melalui kemasan). Uap air ini
dapat berasal dari udara, jadi uap air masuk dari udara ke dalam kemasan dan sebaliknya. Tentunya ini akan
mempengaruhi kualitas produknya terutama pada produk makanan.
10. Mullen Test / Burst test
Mencoba ketahanan robek dengna alat Mullen tester. Pada umumnya tes ini dilakukan untuk karton.
11. Peel Bond
Ketahanan terhadap pengelupasan, berapa daya yang dibutuhkan agar kemasan mengelupas atau dapat
dikelupas. Pada umumnya digunakan untuk kemasan fleksibel atau stiker.
12. Stiffness
Kekakuan dari bahan karton. Sifat ini akan berpengaruh pada kemasan yang dihasilkan dan
kelancaran mesin pengemas.

Anda mungkin juga menyukai