Anda di halaman 1dari 13

MUZARA’AH DAN

MUKHABARAH
1 Riza Amanda Man-
ulang
10 2 Rizki Setiawan
Menurut bahasa,
muzara‟ah diartikan wa-
َ ‫ َتــلَّا‬dari kata
jan ‫ـعفُّ ٌم‬
menumbuhkan).
Muzara‟ah)‫ اإل ِ ْوـ َب ُاث‬yang
sama artinya dengan ‫اـَ ل َز ْرعُـ‬
dinamai pula dangan
mukhabarah dan
muhaqalah. Orang irak
memberikan istilah
Dalam kamus istilah ekonomi muzara‟ah ialah akad
kerjasama pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap, dimana pemilik lahan menyerahkan la-
han pertanian kepada si penggarap untuk ditanami
dan dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah)
dari hasil panen yang benihnya berasal dari pemilik
lahan: pemilik tanah menyerahkan sekaligus mem-
berikan modal untuk mengelola tanah kepada pihak
lain. Sedangkan mukhabarah adalah pemilik tanah
menyerahkan kepada pihak orang yang mengelola
tanah, tetapi modalnya ditanggung oleh pengelola
tanah dengan pembayaran 1/3 atau ¼ hasil panen.
‫‪Dasar Hukum Muzara’ah‬‬
‫‪Dan Mukhabarah‬‬

‫‪1. Hadist‬‬

‫ليهىسلم‬ ‫لهع‬
‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬ ‫ليا‬ ‫ص‬ ‫ّ‬ ‫َه‬
‫ِ‬ ‫ل‬‫ّ‬ ‫ل‬‫ُا‬ ‫ل‬‫ى‬ ‫س‬ ‫َس‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫يه‬
‫ُ‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫َأ‬‫عن ْ‬
‫» َ‬
‫ّ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ َْ‬
‫خان َ َك‬
‫خن ْ َمن ْ َ‬ ‫يم ِناْئتَ َم َن كَىَالَتَ ُ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ة‬
‫َِإ‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫َم‬ ‫ل‬ ‫اأ‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫‪َّ«.‬أ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ـاود]‬
‫ـىد ّ‬ ‫]زـوـاـهـ أـب ّ‬
Dasar Hukum Muzara’ah
Dan Mukhabarah
“Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda:
"Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu
dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhiana-
timu!" (HR. Abu Dawud)

“Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya Nabi Saw telah mem-


berikan kebun beliau kepada penduduk Khaibar agar
mereka pelihara dengan perjanjian mereka akan diberi se-
bagian dari penghasilan, baik dari buah-buahan maupun
dari hasil tanaman (palawija).”

Diriwayatkan oleh bukhari dari jabir yang mengatakan


bahwa bangsa arab senantiasa mengolah tanah nya secara
muzaraah dengan rasio bagi hasil 1/3 : 2/3, ¼ : ¾, ½ : ½,
maka rasulullah pun bersabda, “hendaklah menanami atau
menyerahkannya untuk digarap. Barang siapa tidak
melakukan salah satu dari keduanya, tahan lah tanahnya.”
2. Ijma'
”Menurut ulama Hanafiyah, hukum muzaraah yang sahih adalah sebagai
berikut:
• Segala keperluan untuk memelihara tanaman diserahkan kepada
penggarap.
• Pembiayaan atas tanaman dibagi antara penggarap dan pemilik tanah.
• Hasil yang diperoleh dibagikan berdasarkan kesepakatan waktu akad.
Antara lain didasarkan pada hadis.
• Menyiram atau menjaga tanaman, disyaratkan akan dilakukan bersama, hal
itu haris dipenuhi. Akan tetapi, jika tidak ada kesepakatan, penggaraplah
yang paling bertanggung jawab menyiram atau menjaga tanaman.
• Dibolehkan menambah penghasilan dari kesepakatan waktu yang telah
ditetapkan.
• Jika salah seorang yang akad meninggal sebelum diketahui hasilnya,
Ijma'
Jadi, hukum mukhabarah sama seperti
muzara‟ah yaitu mubah atau boleh dan
seseorang dapat melakukannya untuk
dapat memberi dan mendapat manfaatnya
dari kerjasama muzara‟ah dan
mukhabarah ini.
3. Rukun dan
Syarat
Rukun Muzara’ah menurut jumhur para Ulama sebagai berikut.:
- Tanah
- perbuatan pekerja,
- modal,
- alat-alat untuk menanam.

Adapun syaratnya:
- Syarat yang menyangkut orang yang berakad ialah keduanya harus sudah baligh dan berakal.
- Syarat menyangkut benih yang akan ditanam harus jelas dan dapat menghasilkan.
- Syarat yang menyangkut tanah;Menurut adat dikalangan petani, tanah itu boleh digarap dan
menghasilkan. Jika tanahnya tandus dan tidak memungkinkan dapat ditanami maka
akad muzara’ah tidak sah.
- Batas-batas tanah itu jelas.
- Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk digarap.
- Dalam muzara’ah harus menetapkan  waktu.Jika waktu tidak ditetapkan, muzara’ah dipandang
tidak sah.
Rukun dan Syarat
Rukun Mukhabarah menurut jumhur ulama antara lain:
- Pemilik tanah
- Petani/Penggarap
- Objek mukhabarah yaitu antara manfaat lahan dan hasil pekerja
petani
- Ijab dan qabul, keduanya secara lisan.

Adapun syarat dalam mukhabarah :


- Seseorang yang telah mencapai umur
- Seseorang yang berakal sempurna
- Seseorang yang telah mampu berikhtiar
Bentuk Dan Berakhirnya Muzara’ah
dan Mukhabarah
1. Habis masa muzara‟ah dan mukhabarah

2. salah satu dari pihak meninggal dunia atau gila, berdasarkan pendapat yang
mengkategorikannya sebagai transaksi yang mengikat, maka ahli waris atau
walinya yang menggantikan posisinya.

3. Adanya uzur. Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang mengnyebabkan


batalnya muzara’ah, antara lain :
• Tanah garapan terpaksa dijual, misalnya untuk membayar hutang
•  Si penggarap tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, jihad di jalan Allah
SWT dan lain-lain
• .
4. Adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk mengakhiri dengan kerelaan
Hikmah muzara’ah dan mukhabarah
Diantara hikmah muzâra‟ah dan mukhâbarah adalah sebagai berikut:

1. Harta tidak beredar pada orang kaya saja.


2. Terwujudnya kerja sama antara si miskin dan si kaya, sebagai realisasi ukhuwah Is-
lamiah.
3. Memberi pekerjaan kepada orang yang tidak mempunyai kebun, tapi punya potensi
untuk menggarap kebun dengan baik.
4. Menghindari praktek-praktek pemerasan/penipuan dari pemilik kebun.
5. Dapat menambah atau meningkatkan penghasilan atau ekonomi petani penggarap
maupun pemilik tanah.
6. Dapat mengurangi pengangguran.
7. Meningkatkan produksi pertanian dalam negeri. Dapat mendorong pengembangan
sektor riil yang menopang pertumbuhan ekonomi secara makro.
8. Mengikuti sunnah Rasulullah Saw, (Qr. Al-Hasyr). Yang artinya: apa saja harta ram-
pasan yang di berikan Allah kepada rasulnya yang berasal dari penduduk kota-kota,
maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja di antar kamu.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai