Anda di halaman 1dari 66

Pajak Penghasilan Pasal

21

PPh Pasal 21 1
Pengertian Pajak Penghasilan 21
• PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan bentuk apapun yang
diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan jasa dan kegiatan

PPh Pasal 21 2
Pengertian Pajak Penghasilan 26
• Apabila penghasilan tersebut yang
menerimaadal adalah Wajib Pajaka Luar
Negeri maka diatur dalam Pasal 26 UU PPh
yang selanjutnya disebut PPh Pasal 26

PPh Pasal 21 3
Unsur-unsur PPh Pasal 21/26

• Wajib Pajak
• Pemotong Pajak
• Obyek Pajak
• Tarif Pajak

PPh Pasal 21 4
Wajib Pajak PPh Pasal 21
( Penerima Penghasilan)

• Pegawai Tetap
• Pegawai Lepas
• Penerima Pensiun
• Penerima Honorarium
• Penerima Upah

PPh Pasal 21 5
Bukan Wajib Pajak PPh Pasal 21

• Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau


pejabat lain dari negara asing
• Pejabat perwakilan organisasi internasional
sebagaimana dimaksud dalam keputusan
Mentri Keuangan No. 611/KMK.04/1994
sepanjang bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau pekerjaan lain

PPh Pasal 21 6
PPh Pasal 21

Pemotong Pajak PPh


• Pemberi kerja baik orang pribadi, badan, BUT
baik induk maupun cabang
• Bendaharawan pemerintah pusat /daerah,
Instansi, Departemen, KBRI, dll
• Dana Pensiun, PT. TASPEN, ASTEK,
JAMSOSTEK, THT
• OP yangmelakukan pekerjaan bebas serta
badan yg membayarHr, komisi, fee atau
pembayaran lainnya.
• BUMN/ BUMD
• Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, 7
Bukan Pemotong PPh 21/26

• Perwakilan Diplomatik seperti kedutaan


besar negara sahabat
• Badan / Organisasi Internasional seperti
organisasi PBB
• Pembeeri kerja orang pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas

PPh Pasal 21 8
Obyek Pajak PPh Pasal
21/26
• Penghasilan Teratur
• Penghasilan Tidak Teratur
• Upah harian, mingguan, satuan & borongan
• Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja
• Uang tebusan pensiun, Pesangon THT, dll
• Honorarium dengan nama dan bentuk apapun
• Imbalan dengan nama dan bentuk apapun
• Penghasilan natura yang diberikan oleh bukan wajib
pajak
PPh Pasal 21 9
Hak Pemotong Pajak
a. Pemotong Pajak berhak atas kelebihan jumlah
penyetoran PPh Pasal 21 yang terjadi karena
jumlah PPh Pasal 21yang terhutang dalam 1
tahun takwim lebih kecil daripada jumlah PPh
Pasal 21 yang disetor.
b. Berhak untuk mengajukan permohana
memperpanjag Jangka waktu penyampaian
Surat Pembertiahuan Tahunan paling lambat
tanggal 31 Maret
c. Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan
kepada dirjen pajak dan permohonan
Banding
PPh Pasal 21 Kepada Peradilan Pajak. 10
Kewajiban Pemotong Pajak
• 1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
• 2. Mengambiil sendiri formulir-formulir untuk
melaksanakan kewjibannya.
• 3. Wajib Menghitung, memotong, dan menyetorkan
PPh Pasal 21 dengan SSP ke Kantor pos.
• 4. Wajib Melaporkan penyetoran PPh pasal 21
meslipun nihil dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Tahunan
• 5. Pemotong Wajib memberikan bukti Pemotongan
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 11
Tidak Termasuk Penghasilan
• Pembayaran oleh perusahaan asuransi
• Penerimaan dalam bentuk Natura
• Iuran pensiun & THT yang dibayar pemberi kerja
• Natura yang diberikan oleh pemerintah
• Kenikmatan Pajak yang ditanggung pemberi kerja

PPh Pasal 21 12
Pengurang Penghasilan
yang diperbolehkan
1. Biaya Jabatan , khusus untuk Peg. Tetap:
- Tanpa melihat memiliki jabatan atau tidak
- Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto
maksimum Rp 6.000.000 setahun atau
Rp 500.000 sebulan

PPh Pasal 21 13
2. Iuran Pensiun dan THT

• Iuran Pensiun dan THT


- Yang dibayar pegawai
- Yayasan dana pensiun yang di setujui
menteri keuangan
- Jumlahnya tidak dibatasi

PPh Pasal 21 14
3. Biaya Pensiun

• Khusus untuk penerima pensiun berkala atau


bulanan
Besarnya 5% dari uang pensiun maksimum Rp
432.000 setahun atau Rp 36.000 sebulan

PPh Pasal 21 15
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)

• Menurut keadaan wajib pajak tanggal 1


januari /awal tahun, khusunya WPDN

• Keadaan pada saat datang ke Indonesia khusus


WNA

PPh Pasal 21 16
Besarnya PTKP :

• WP sendiri Rp 54.000.000/tahun
• Status Kawin Rp 4.500.000/tahun
• Istri berpenghasilan Rp 54.000.000/tahun
• Tanggunan Mak 3 orang@ Rp 4.500.000/tahun
PTKP untuk istri berpenghasilan tidak digunakan
untuk menghitung PPh 21 . PTKP ini khusus untuk
menghitung bagi wajib pajak orang pribadi yang
istrinya berpenghasilan yang wajib menyampaikan
SPT Tahunan
PPh Pasal 21 17
Tarif Pajak PPh Pasal 21/26

Tarif Pasal 17 (mulai berlaku 1 Jan 2001 yaitu :


5% penghasilan s/d Rp 25 juta
10% penghasilan Rp 25 juta s/d Rp 50 juta
15% penghasilan Rp 50 juta s/d 100 juta
25% penghasilan Rp 100 juta s/d 200 juta
35% penghasilan diatas 200 juta

PPh Pasal 21 18
Tarif Pajak PPh Pasal 21/26

Tarif Pasal 17 berlaku 1 Jan 1995 - 2000 yaitu :


10% penghasilan s/d Rp 25 juta
15% penghasilan Rp 25 juta s/d Rp 50 juta
30% penghasilan diatas Rp 50 juta

PPh Pasal 21 19
Tarif Pasal 17 dikanakan atas :
• Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari :
1. Pegawai tetap
2. Penerima pensiun berkala
3. Pegawai tidak tetap
4. Pemagang, calon pegawai
5. Kegiatan Multilevel marketing

PPh Pasal 21 20
Tarif Pasal 17 dikenakan atas :
• Penghasilan Bruto dari :
1. Honorarium, Bea siswa, uang saku, hadiah
penghargaan, komisi, dll.
2. Honorarium anggota dewan komisaris/ pengawas
tidak merangkap peg. Tetap
3. Jasa produksi, tantiem, bonus yang diterima
mantan pegawai
4. Penarikan dana pensiun iuran pasti
5. Pembayaran lain : pemain musik, olahragawan dll
PPh Pasal 21 21
Tarif 15% dikenakan atas Tenaga Ahli
Dengan Norma Perhitungan 50%
Penghasilan bruto yang dibayarkan kpd :
- Pengacara
- Akuntan
- Arsitek
- Dokter
- Konsultan, notaris
- Penilai, aktuaris

PPh Pasal 21 22
Tarif 5 % dikenakan atas

• Upah harian
• Upah mingguan
• Upah satuan
• Upah borongan
Jika upah yg diterima sehari diatas Rp 24.000
sehari dan tidak lebih dari Rp 240.000 sebulan
dan tidak dibayarkan secara bulanan

PPh Pasal 21 23
Menghitung PKP ( WNI )
1. Bekerja sejak awal tahun ( Jan - Des )
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX

PPh Pasal 21 24
Menghitung PKP ( WNI )

2. Bekerja pada tahun berjalan ( Sep - Des )


Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 4
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX
Menghitung penghasilan neto tidak perlu
disetahunkan
PPh Pasal 21 25
Menghitung PKP ( WNI )

3. Berhenti bekerja karena Pensiun

Perhitungan sama dengan poin 2

PPh Pasal 21 26
Menghitung PKP ( WNI )
4. Berhenti karena meninggal sebelum tahun
pajak berakhir ( misal meninggal Agustus )
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX

PPh Pasal 21 27
Menghitung PKP ( WNA ) tinggal
lebih dari 183 hari di Indonesia
1. Bekerja Sejak awal tahun ( Jan - Des )
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX

PPh Pasal 21 28
Menghitung PKP ( WNA ) tinggal
lebih dari 183 hari di Indonesia
2. Bekerja tidak setahun penuh ( Sep-Des )
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX

PPh Pasal 21 29
Menghitung PKP ( WNA ) tinggal
lebih dari 183 hari di Indonesia
3. Berhenti bekerja karena meninggalkan
Indonesia
Penghasilan bruto /bulan Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX -
Penghasilan Neto Rp XXX x 12
PTKP Rp XXX -
PKP Rp XXX

PPh Pasal 21 30
Menghitung PPh Pasal 21 ( WNA )

Untuk WNA yang tinggal kurang dari 183 hari


diperkenanakan PPh Pasal 26, tarif 20% dari
penghasilan bruto

PPh Pasal 21 31
PPh Pasal 21 32
PT. X Rp.1.000.000,- Si A

DIKENAKAN PKP
PPh Pasal 21 Rp.1.000.000,-
misal 5%
Rp.50.000,-
DITERIMA
Rp.1.000.000,-

Tidak Ada
BUKTI POTONG
PPh Pasal 21
Hak dan Kewajiban Subyek Pajak
PPh Pasal 21

 Memiliki NPWP
 Non NPWP dikenakan kenaikan 20%
 Mendapatpkan PTKP sesui status dalam daftar
susunan keluarha
 Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit
pajak, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.
 Wajiban menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21
kepada pemotong pajak di kantor baru unutk dipindah
tugas atau pindah kerja; atau dana pensiun untuk
yang masuk masa pensiun
Pengurangan Penghasilan
PPh Pasal 21

 Biaya jabatan
 Iuran ke dana pensiun yang terkait dengan
gaji
 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Biaya Jabatan
 Diterapkan untuk pegawai tetap
 5 % dari Penghasilan Bruto
 Maksimal:
Rp.6.000.000/ tahun
Rp.500.000,- / bulan
Biaya Pensiun
 Ditanggung oleh pegawai
 Syarat:
Pendirian Dana Pensiun
telah disahkan oleh Menkeu
 5% (lima persen) dari penghasilan
bruto
 atau maksimum Rp 6.000.000 setahun
 atau Rp 500.000 sebulan.
PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak)
 Diri sendiri Rp.54.000.000
 Kawin Rp. 4.500.000
 Tanggungan Rp. 4.500.000
keluarga ( maks 3 orang )
PTKP
Pada PPh Pasal 21

TK 54,000,000
K/- 58,500,000
K/1 63,000,000
K/2 45,000,000
K/3 72,000,000
PTKP harian pasal 12 PER-31/PJ./2012:
PMK 122/PMK.010/2015,
Pasal 27 Per 32/2015 
 PTKP harian Rp.200.000
 Tidak dikenakan PPh 21
 Syarat:
 ≤ Rp.3.000.000
 Tidak dibayarkan secara bulanan/kerja lepas
 Kalau > Rp.3.000.000, maka:
 PTKP sebenarnya ÷ 360
 Kalau dibayarkan bulanan, maka PTKP sebenarnya
mengikuti ketentuan bulanan yakni Rp 3.000.000 untuk
WPTK, dst
PTKP Karyawati
 PTKP karyawati kawin hanya untuk dirinya sendiri
 PTKP Wanita tidak Kawin ditambah dengan keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya
 Karyawati dengan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah
setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya
tidak menerima atau memperoleh penghasilan, dapat
diberikan status kawin
 PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
takwin.
 PTKP pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia,
besarnya PTKP berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
bagian tahun takwin.
Penghasilan Kena Pajak
 Bagi pegawai tetap , besarnya PKP adalah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun termasuk iuran
Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua dan PTKP;
 Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan,
besarnya PKP adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya
pensiun danPTKP;
 Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai; Besarnya
PKP adalah penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP;
 Bagi distributor perusahaan multilevel marketing atau direct
selling dan kegiatan sejenis lainnya, Besarnya PKP adalah
penghasilan bruto setiap bulan dikurangi dengan PTKP per
bulan.
TARIF PPh Pasal 21
 Sesuai Pasal 17
 JikaTidak ber NPWP lebih tinggi 20%

 15% atas penghasilan bruto Honorariun


(bersifat final) dengan nama apapun
 Diterima olah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNI/POLRI
 Sumber dana dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
 Kecuali Untuk PNS golongan II d ke bawah dan anggota
TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu kebawah
atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.
Tarif PPh Pasal 21

Penghasilan Pasal 17
Upah 5%
Honorarium tenaga ahli 50%
Honorarium PNS, TNI & POLRI 15 % Final
PPh Pasal 26 20 %
Pesangon Tarif khusus
Tarif PPh Pasal 17 WP OP

PKP TARIF

Rp.0 s/d Rp.50 juta 5%


> Rp.50 juta s/d Rp.250 juta 15 %
> Rp.250 juta s/d Rp.500 juta 25 %

> Rp.500 juta 30 %


Tarif Khusus untuk Pesangon
(Final)
Penghasilan TARIF

Rp. 1 s/d Rp.50 juta -


> Rp.50 juta s/d Rp.250 juta 5%
> Rp.250 juta s/d Rp.500 juta 15 %
> Rp.500 juta 25 %
Tenaga Ahli

Pengacara
Akuntan
Arsitek
Dokter
Konsultan
Notaris
Penilai
Kep. Dirjen Pajak
No. 545/PJ/2000
Aktuaris
PPh Pasal 21
Honorarium Tenaga Ahli
 Honorarium → Tarif Pasal 17 WP OP
 Tarif Pasal 17 x Penghasilan Neto
 Penghasilan Neto = 50% P Bruto
 Tarif Progresif
PENGERTIAN PPh PASAL 26

 adalahPPh yang dikenakan/ dipotong


atas penghasilan yang bersumber dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak (WP) luar negeri selain
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Pegawai WP OP LN
 Pegawai dengan status Wajib Pajak luar
negeri adalah orang pribadi:
 Tidak Bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
 Kurang dari 12 bulan yang menerima atau
memperoleh gaji, honorarium dan/atau
imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan.
 Harus melampirkan fotokopi surat izin
bekerja dari Dep. Tenaga Kerja dan
Trnasmigrasi atau instansi yang berwenang
Contoh Soal untuk Orang Pribadi
Jumlah Penghasilan Kena pajak Tuan Akbar Adalah Rp
45.000.000,- =
Pajak Penghasilan terhutang :
5 % x Rp. Rp. 45.000.000 = Rp. 2.250.000

Jumlah Penghasilan Kena Pajak tuan Chika pada


tahun 2021 adalah Rp. 200.000.000,-
Pajak Penghasilan Terhutang :
5% x Rp. 56.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 150.000.000 = Rp. 22.500.000,-
=================
Rp. 25.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Dedy pada tahun 2016
adalah Rp. 500.000.000,-
Pajak Penghasilan yang terhutang :

5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000


15% x Rp. 200.000,.000= Rp 30.000.000
25% x Rp. 250.000.000 = Rp. 62.500.000
=================
Rp. 95.000.000,-
 Jumlah Penghasilan Kena Pajak tuan Hakim pada
tahun 2021 adalah Rp,600.000.000,-

 Jumlah Pajak yang terhutang adalah :


 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
 15% x Rp. 200.000.000= Rp. 30.000.000
 25% x Rp.250.000.000 = Rp. 62.500.000
 30% X Rp. 100.000.000= Rp. 30.000.000 +
 ==================
 Rp. 125.000.000,-
PEMOTONG PPh PASAL 26

 Badan Pemerintah;
 Subjek Pajak dalam negeri;
 Penyelenggara Kegiatan;
 BUT;
 Perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya selain BUT di Indonesia.
TARIF DAN OBJEK PPh PASAL
26
 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto :
 dividen;
 bunga, premium, diskonto, premi swap, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian hutang;
 royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
 imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
 hadiah dan penghargaan
 pensiun dan pembayaran berkala lainnya. 
 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
 penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
 premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
 20% dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di
Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

 Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara


Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.
Tarif PPh Pasal 26

WP OP LN 20 %

WP OP LN 20 %
Berubah menjadi WP DN Final
Potongan, Setor, dan Lapor
PPh Pasal 26
 Terutang pada akhir bulan dilakukan pembayaran
 Wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26 rangkap 3 :
 lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;
 lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;
 lembar ketiga untuk arsip Pemotong.
 Disetorkan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya.
 SPT Masa PPh Pasal 26 dilaporkan paling lambat 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
 Contoh :
 Pemotongan PPh Pasal 26 dilakukan tanggal 24 Mei, penyetoran
paling lambat tanggal 10 Juni; dan dilaporkan ke KPP paling
lambat tanggal 20 Juni.
PENGECUALIAN PPh Psl 26
 Penghasilan Bersih dari BUT ditanamkan kembali di
Indonesia dengan syarat :
 Dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia
 Dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya
tahun pajak berikutnya
 Tidak melakukan pengalihan atas penanaman modal
minimal 2 tahun sesudah perusahaan mulai berproduksi
komersil.
 Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
PPh Pasal 21/26

PT. A IMBALAN UANG WP DN

PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/26

PT. A IMBALAN UANG WP LN

PPh Pasal 26
Definisi Pegawai

 setiap orang pribadi, yang melakukan


pekerjaan berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik tertulis maupun
tidak tertulis, termasuk yang
melakukan pekerjaan dalam jabatan
negeri atau badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah;
Pegawai Tetap

 Orang pribadi yang bekerja pada pemberi


kerja

 Menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah


tertentu secara berkala

 Termasuk anggota dewan komisaris dan


anggota dewan pengawas yang secara teratur
terus menerus ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung;
Definisi Penghasilan dan Biaya

 Tenaga Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada


pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila
orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

 Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli


warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan
untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
termasuk Tambungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

 Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang


menerima atau memperoleh imbalan sehubungan
dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukan.

 Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima


upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau
upah satuan.
Definisi Penghasilan dan Biaya

 Upah Harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas


dasar jumlah harian kerja.
 Upah Mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan
secara mingguan.
 Upah Borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan
atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.
 Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas
dasar banyaknya satuan produk yang dihasilkan.

 Honorarium adalah imbalan atas jasa, jabatan, atau kegiatan


yang dilakukan.

 Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau


penghargaan yang diberikan melelui suatu perlombaan atau
adu ketangkasan.
Definisi Penghasilan dan Biaya

 Magang adalah aktivitas untuk memperoleh pengalaman dan


atau keterampilan dan atau keahlian sehubungan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan.

 Bea Siswa adalah pembayaran kepada pegawai tetap, tidak


tetap, dan calon pegawai, yang ditugaskan oleh pemberi
kerja untuk mengikuti program pendidikan, baik yang terikat
dengan kontrak atau perjanjian kerja atau tidak mempunyai
ikatan kontrak atau perjanjian kerja

 Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian


tindakan, termasuk mengikuti rapat, sidang,seminar,
lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, dan
olahraga.
Mekanisme Penghitungan
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap

Anda mungkin juga menyukai