Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN HUKUM

KESEHATAN
SITI FATMAWATI S.KEP.,NS.,MH.KES
Keuntungan Teknik dokumentasi naratif
menurut Fauziah, Afroh, Sudarti(2010), keuntungan dokumentasi naratif adalah:
1. Membuat dokumentasi yang kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau
penafsiran secara berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan
2. Memberi kebebasan kepada petugas (bidan) untuk memilih dan mencatat bagaimana
informasi yang akan dicatat menurut gaya yang disukainya
3. Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi,
reaksi pasien dan outcomes (proses pencatatan sederhana).
4. Mudah ditulis dan sudah dikenal bidan
5. . Bila ditulis secara tepat dapat mencakup seluruh kondisi pasien.
6. Mudah dikombinasi dengan model lain
Kerugian Teknik dokumentasi naratif
1. Menyebabkan data yang didokumentasikan menjadi rancu, berlebihan, atau kurang bermakna.
2. Sulit untuk mencari sumber masalah tanpa melihat kembali dari awal pencatatan.
3. Data yang dicatat tidak secara mendalam, hanya informasi yang umumnya saja.
4. Memungkinkan terjadinya fragmentasi kata–kata yang berlebihan, kata yang tidak berarti, pengulangan
dibutuhkan dari setiap sumber sehingga terjadi tumpang tindih.
5. Membutuhkan waktu yang panjang untuk menulis dan membaca catatan tersebut. Membutuhkan waktu
yang panjang untuk menulis dan membaca catatan tersebut.
6. Pencatatan yang tidak terstruktur dapat menjadikan data simpang siur.
7. Terkadang sulit untuk memperoleh kembali informasi tanpa mereview catatan tersebut.
8. Memerlukan review catatan dari sebagaian sumber untuk menentukan kondisi pasien secara keseluruhan.
9. Pencatatan terbatas pada kemampuan bidan dalam mengungkapkan data yang diperoleh.
10. Urutan kejadian atau kronologis dapat menjadi lebih sulit diinterpretasi karena informasi yang
berhubungan mungkin tidak didokumentasikan ditempat yang sama
Kohort ibu, bayi dan balita
Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses pengamatan
prospektif, survey prospektif terhadap suatu subjek ataupun objek.
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita.
1. Register kohort ibu
merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa
yang pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya
setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada
kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
2. Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal
3. Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan
sampai dengan 5 tahun. Pendataan suatu masyarakat yang baik
bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari
komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut.
Sumber daya masarakat itu adalah kader dan dukun bayi serta tokoh
masyarakat.
Cara pengisian register kohort
1. Pengisian kohort ibu
a. Isi nomor urut
b. Isi nomor indeks dari family folder
c. Isi nama ibu hamil
d. Isi nama suami ibu hamil
e. Isi alamat ibu hamil
f. Isi umur ibu hamil
g. Isi umur kehamilan pada kunjunan pertama dalam minggu/tanggal HPL
h. Faktor resiko diisi v (rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
i. Paritas diisi gravidanya
j. Diisi bila jarak kehamilan <2 tahun 11
2. Cara pengisian register kohort bayi
a. Isi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada
register kohort ibu.
b. Isi nomor indeks dari family folder
c. 3 s/d 7 jelas
d. Isi angka berat bayi lahir dalam gram s/d 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh
tenaga kesehatan
e. Isi tanggal pemeriksaan post neontal oleh petugas kesehatan
f. Sd 23 diisi hasil pertimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu: N = naik, T = turun, R =
bawah garis titik¬ − titik (BGT), BGM = Bawah garis merah. Sd 35 diisi tanggal bayi tersebut
mendapat immunisasi. 36 diisi tanggal bayi ditemukan meninggal. 37 diisi penyebab
kematian bayi tersebut. 38 diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
3. Cara pengisian register kohort balita
a. Isi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register kohort ibu
b. Isi nomor indeks dari family folder
c. 3. sd 7 jelas
d. 8. sd 31 dibagi 2, diisi asil penimbangan dalam kg dan rambu gizi
e. 32 sd 35 diisi tanggal pemberian vit A bulan februari dan Agustus
f. 36 diisi tanggal bila ditemukan sakit
g. 37 isi penyebab sakit
h. 38 isi tanggal meninggal
i. Isi sebab meninggal
j. Isi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh embang
k. Isi jenis kelainan tumbuh kembang
l. Isi bila ada keterangan penting tentang balita tersebut.
Pencatatan dan pelaporan
1. Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan legiatan pokok PWS KIA
a. Jenis data
1) Data sasaran
 Jumlah seluruh ibu hamil
 Ibu bersalin
 Bayi umur < 1 bulan (neonatal)
 Ibu nifas
 Bayi
b. Data pelayanan
 Jumlah K1
 Jumlah k4
 Jumlah ibu hamil resiko yang dirujuk masyarakat
 Jumlah ibu hamil resiko yang ditangani oleh tenaga kesehatan
 Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan
 Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani tenaga kesehatan minimal 2 kali
c. Sumber data
Data pelayanan umumnya berasal dari:
a. Register kohort ibu dan bayi
b. Laporan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dan dukun bayi
c. Laporan dari dokter/n=bidan praktek swasta
d. Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesma yang berada di
wilayah puskesmas
2. Pelaporan
a. Data dari tingkat puskesmas dikumpulkan, diolah, hasilnya dimasukkan ke format 1
b. Format 1 rekapitulasi cakupan (indicator PWS KIA) dari tiap desa, juga berfungsi
sebagai laporan yang dikirim ke dinas kabupaten/kota (dikirim paling lambat
tanggal 10 tiap bulan
c. Dinas kabupaten/kota membuat rekapitulasi laporan puskesmas (format 1) dengan
menggunakan format 2 untuk dikirimkan ke provinsi paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya
d. Provinsi membuat rekapitulasi laporan kabupaten/kota dalam format 3 dikirimkan
ke pusat setiap 3 bulan, paling lambat 1 bulan setelah triwulan tersebut berakhir.
Perhitungan sasaran dalam program PWS
KIA
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1
tahun dengan prinsip konsep wilayah, maka untuk PWS Provinsi
memakai sasaran provinsi, untuk sasaran kabupaten memakai sasaran
kabupaten.
Rumus perhitungannya:
Jumlah bumil yang pertama kali mendapat pelayanan antennal oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1
tahun dikali 100.
Cara menghitung sasaran bumil dalam 1 tahun (diperoleh dari proyeksi)
Rumus:
1,1 x angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Ket: CBR yang dipakai adalah CBR kab terakhir dari BPS kota/kab
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai