Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN COVID-

19 PADA MATERNAL
FK UWKS – RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo
Oleh:
Riyo Agustiawan
19710145
Pembimbing:
dr. Maria Diah, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD. dr. MOH. SALEH PROBOLINGGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus.
Epidemiologi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember
2019. Berdasarkan hasil penyelidikan epodemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Pemerintah China bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS.
Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses
penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai
KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020.
Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat
dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai tanggal 23 Juli 2020
ada sebanyak 93.657 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian
4.576 orang (CFR 4,9%) yang tersebar di 34 provinsi. dan menjadi negara dengan
peringkat 10 besar negara kasus tertinggi positif konfirmasi COVID-19. Sebanyak
51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-
54 tahun dan paling sedikit pada pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit pada
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien usia 55-64 tahun.
KATERGORI KASUS COVID-19
Kasus Suspek
 Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal

 Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable
COVID-19

 Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di


rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan
Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis
yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium
RT-PCR

Kasus Konfirmasi
 Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR
 Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2: Kasus konfirmasi dengan gejala
(simptomatik) dan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Etiologi
 Virus yang tergolong dalam family coronavirus. Coronavirus merupakan virus
RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen
 Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,
dan deltacoronavirus.
 Penelitian (Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARSCoV-2 dapat
bertahan selama :
 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel,
 < 4 jam pada tembaga,
 < 24 jam pada kardus.
 Seperti virus corona lain, SARSCOV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan
panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti
eter, etanol 75%, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan
khloroform.
Transmisi
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui Droplet.

Secara langsung:
 Berjabat tangan,
 Batuk,
 Bersin, dll

Secara tidak langsung:


 Memegang benda yang sebelumnya dipegang oleh orang yang terinfeksi
Patogenesis
&
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Gejala COVID-19 yang paling umum: Beberapa pasien mungkin mengalami :
 Demam  Rasa nyeri dan sakit pada otot
 Sesak nafas  Hidung tersumbat
 Batuk kering sampai berdahak.  Pilek
 Nyeri kepala
 Konjungtivitis
 Sakit tenggorokan
 Diare
 Hilang penciuman/anosmia

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat


ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala apapun dan tetap
merasa sehat.
Diagnosis

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang


terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi
molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-
PCR
Tata laksana
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah
atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi
simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu
yang masih diteliti melalui uji klinis.
Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS)
MEOW 3 2 1 0 1 2 3
SpO2 ≤ 85 86-89 90-95 ≥ 96
RR < 10 10-14 15-20 21-29 ≥ 30
(x/menit)
Nadi < 40 41-50 51-100 101-110 110-129 ≥ 130
(x/menit)
TD Sistolik ≤ 70 71-80 81-100 101-139 140-149 150-159 ≥ 160
(mmHg)
TD ≤ 49 50-89 90-99 100-109 ≥ 110
Diastolik
(mmHg)
Diuresis 0 ≤ 20 ≤ 35 35-200 ≥ 200
(mL/jam)
SSP Agitasi Sadar Respon Respon Tidak ada
hanya hanya respon
terhadap terhadap
stimulasi stimulasi
verbal nyeri
Suhu (˚C) ≤ 35 35-36 36-37,4 37,5-38,4 ≥ 38,5
MEOW SCORE
MEOWS 0-1 Normal

MEOWS 2-3 Normal dan stabil, laporan


kondisi psien bisa dalam 1 hari

MEOWS 4-5 Abnormal dan tidak stabil, harus


dievaluasi dalam 30 menit

MEOWS ≥ 6 Abdnormal dan tidak stabil,


harus dievaluasi dalam 10 menit
Severitas Covid-19 dilihat dari Gejala Klinis
Severitas Gejala dan Tanda Klinis
Ringan  Asimptomatik
 Demam ringan, batuk ringan, pilek
Sedang  Demam tinggi
 Sesak ringan
 Batuk berat
Berat  Kesulitan bernafas, sesak
 Hipotensi
 Batuk berdarah
 Kecurigaan superimpose infeksi
bakteri
 Kegagalan sistem organ: ginjal, liver
 Dehidrasi
 Kebingungan, penurunan respon
Pemeriksaan umum untuk meminimalkan paparan pasien dengan kesehatan pertimbangkan kurangi jumlah
kunjungan klinik antenatal pada kehamilan risiko rendah minta pasien untuk darang tanpa ditemani

Skrining gejala/riwayat paparan melalui telpon (sebelum datang ke klinik)


Negatif Skrining positif/COVID-19 positif
Kunjungi sesuai jadwal Apakah kunjungan diperlukan untuk kepentingan ibu/janin?
Ya Tidak
Tindakan pencegahan: gunakan masker dan cuci tangan Tunda kunjungan setelan 14 hari
Informasikan tim menggunakan APD yang sesuai konseling pasien untuk monitor
gejala dan indikasi datang ke IGD
Skrining di pintu masuk RS
Gejala ringan/sedang/dengan faktor
Negatif Skrining positif
risiko
Tindakan pencegahan rutin, cuci Identifikasi pasien positif
Rujuk ke triase
tangan, jaga jarak 2 meter Minimalkan pasien menunggu di ruang tunggu
untuk penilaian detil
Gunakan masker dan cuci tangan
Beritahu tim triase
Tim menggunakan APD
Ringan
ANC rutin, jika COVID-19 positif pertimbangkan Konseling pasien untuk monitor gejala dan indikasi ke
monitor pertumbuhan janin, jumlah cairan ketuban IGD
tiap bulan,evaluasi morfologi anatomi janin
kehamilan kunjungan
12 minggu Telpon/video,  Anamnesis untuk skrining faktor
jika diperlukan risiko, keluhan yang berhubungan
tatap muka dengan kehilan
dapat dilakukan  Konseling COVID-19
(berdasarkan  Konseling tanda bahaya kehamilan
faktor risiko) yang memerlukan kunjungan ke RS

12 minggu Tatap muka Konfirmalsi usia kehamilan dan  Laboratorium rutin


tafsiran persalinan, skrining  ≤ 12 minggu bila belum mendapat
aneuplodi (NT) bila ada indikasi layanan antenatal sebelumnya

20-24 minggu Tatap muka Anatomi janin dan pertumbuhan Beri permintaan pemeriksaan
janin laboratorium: DPL,UL,TTGO untuk
dibawa hasilnya pada pemeriksaan
berikutnya
28 minggu Tatap muka Bila diperlukan Evaluasi hasil pemeriksaan laboraorium
dan pertumbuhan janin

32 minggu Tatap muka Pertumbuhan janin, jumlah


cairan ketuban, lokasi plasenta
36 minggu Tatap muka ANC rutin
37-41 minggu Tatap muka ANC rutin
Skrining saat memasuki RS/Triase
 Mengidentifikasi pasien sebagai skrining positif
 Pemeriksaan intrapartum rutin  Meminta pasien menggunakan masker, melakukan cuci tangan
 Membatasi pengunjung  Petugas medis menggunakan APD sesuai panduan
 Diagnosis pasien sesuai panduan
 Penilain beratnya gejala penyakit
Manajemen seksio sesaria:
 Gunakan ruang operasi dengan  Pemeriksaan COVID-19 sesuai standar/sumber daya
 Bila positif beri tahu tim: obgyn, Anestesi, NICU, PPI, Satgas
tekanan negatif jika memungkinkan
 Analgetik sesuai perawatan rutin RS
 Penggunaan APD untuk  C-Section harus dilakukan untuk indikasi standar
perlingdungan terhadap aerosol Manajemen intrapartum:
 Batasi pengunjung dan petugas kesehatan untuk pasien
 Ruangan isolasi tekanan negatif atau ruangan yang
 Tindakan pencegahan kontak memenuhi syarat
berkelanjutan di ruang isolasi/khusus  analgetik sebagai perawatan rutin
 Penggunaan APD oleh tim  Pemantauan ibu lebih ketat: gejala dan tanda vital
 Monitor gejala dan tanda vital ibu  Melanjutkan pemantauan elektrolit janin
 Batasi pengunjung  Mungkin diperlukan persalinan instrumental pada kala II
 Beberapa poin yang didiskusikan terjadi gangguan pernapasan, kelebihan atau adanya tanda
bersama keluarga (sebaiknya hipoksia ibu-janin
sebelum persalinan) : perawatan bayi  Penggunaan APD untuk perlindungan terhadap aerosol
(memisahkan bayi dari ibu) dan  Sesksia sesaria sesuai indikasi obstetri dan atas
pemberian ASI pertimbangan DPJP
Disertai gejala klinis

Monitoring ibu Rawat inap Monitoring janin

Bantuan pernapasan ibu (Maternal Evaluasi kemajuan persalinan DJJ dan CTG
respiratory support):
 SpO2 harus dipertahankan pada
saturasi ≥ 95%
 Jika SpO2 turun < 95%,
diperlukan pemeriksaan analisa
gas darah
Untuk profilaksis antepartum
 Terapi oksigen sampai terget
yang tidak termasuk berat atau
minimal 95%
kritikal yang akan melahirkan dalam
beberapa hari dapat diberikan
Terapi antiviral Remdesivir, Lopinavir unfractionated heparin 5000 units
Obat-obatan lain Antibiotik, Vit C, D Zinc subkutan setiap 12 jam.
Terapi Kortikosteroid Dexametason Low molecular weight heparin
40 mg/hari untuk yang belum
Thromboembolic melahirkan dalam waktu dekat atau
Plasma konvalesen yang postpartum
Ibu suspek atau konfilmasi COVID-19 post partum

Tidak ada gejala / ringan Gejala sedang Gejala berat / kritis

Neonatus tanpa gejala Neonatus dengan gejala


Swab tenggorok 2 kali

Sarana dan prasarana


Tidak rawat gabung
tidak ada rawat terpisah

Keputusan menyusui:
Pilihan ketiga Pilihan pertama
pilihan pertama/kedua

Perilaku hidup bersih dan


Physical/social sehat ketika menyusui maupun
distancing memerah ASI

Kontrasepsi Ibu dan bayi klinis baik Pulang

Pilihan pertama (ibu gejala berat/kritis/tidak ingin menyusui = ASI donor / formula
Pilihan kedua (ibu gejala ringan/sedang/tidak ingin menyusui = ASI perah
Pilihan ketiga (ibu tidak ada gejala / tidak ada ruang isolasi = menyusui
 Pelaporan ke dinas kesehatan atau puskesmas

 Homecare jika perlu

 Perawatan jarak jauh

 Kontrol ke unit layanan kesehatan setelah 14 hari persalinan

 Kontrasepsi jika belum dilakukan selama rawar inap maka dilakukan


ketika dinyatakan sembuh

 Tidak ada kontra indikasi pemilihan metode kontrasepsi karena Covid-


19
DAFTAR
PUSTAKA
Rekomandasi Penanganan Virus Corona (Covid-19) pada Maternal (Hamil,
Bersalin dan Nifas). POKJA Infeksi Saluran Reproduksi. Pengurus
Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Revisi 2,
Tanggal Publikasi: 8 Agustus 2020.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai