Anda di halaman 1dari 14

Paper

Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
 

JULISTINA
SERIANNA SIREGAR
EFLINA MASTUANA PULUNGAN
SURYADI
FAHMA HAIRANI NASUTION
ADELFIA SOLEMAN
 

 
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2022
Pendahuluan
Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan
di semua negara berkembang yang miskin. Di dunia, masalah
nutrisi meliputi kekurangan asupan relatif terhadap kebutuhan
dan infeksi serta asupan makanan yang berlebihan.
Di negara berkembang dan miskin, persoalan nutrisi
berkisar seputar kekurangan asupan sehingga menimbulkan
defisiensi nutrisi seperti kekurangan energi protein, anemia,
defisiensi Iodium dan kekurangan mikronutrien lain.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
175 juta anak di negara berkembang mengalami malnutrisi
dilihat dari data berat badan menurut umur dan sekitar 230
juta mengalami stunted dilihat dari tinggi badan menurut umur.
Pada tahun 2007, hampir 20 juta anak bawah lima
tahun (balita) menderita malnutrisi berat akut. Menurut
WHO, anak penderita gizi buruk berisiko kematian 5-20 kali
lebih besar daripada anak dengan nutrisi baik. Malnutrisi
bertanggung jawab langsung dan tidak langsung terhadap
60% kematian balita, lebih dari dua pertiga kematian
tersebut justru terjadi pada usia kurang dari satu tahun.3
Di Indonesia, sekitar 50% atau lebih dari 100 juta orang
menderita berbagai gangguan defisiensi nutrisi, sekitar 15%
penduduk dewasa mengalami kelebihan berat badan dan
mulai mengalami penyakit tidak menular kronik seperti
penyakit jantung, diabetes, keganasan, dan osteoporosis.
Pada tahun 2008, prevalensi balita penderita gizi
buruk di Indonesia masih tergolong tinggi. Laporan
provinsi tahun 2005, terdapat 76.178 balita yang
mengalami gizi buruk dan data Susenas menyatakan
bahwa prevalensi balita gizi buruk adalah 8,8%.
Gizi buruk perlu dideteksi sejak dini melalui
intensifikasi pemantauan tumbuh kembang dan
identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian gizi
buruk seperti campak dan diare. Pada 19 Oktober 1998
menginstruksi menteri kesehatan memperlakukan kasus
kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
harus segera dilaporkan dalam 1 kali 24 jam.
Pembahasan
TUMBUH KEMBANG ANAK
Proses tumbuh kembang anak terjadi
sejak anak berada dalam perut ibu hingga
anak dilahirkan.
Ada banyak faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak. Di
antaranya genetik, jenis kelamin, nutrisi,
aktivitas fisik, masalah kesehatan,
lingkungan, dan hormon.
Faktor genetik berperan 20 persen.
Faktor lingkungan memiliki pengaruh 80
persen terhadap potensi genetik anak
dalam perkembangnya. Untuk itu, jangan
lupa lakukan stimulasi, jaga kesehatan anak,
dan hindari asupan nutrisi yang kurang.
Cara terbaik mengembangkan potensi
genetik anak adalah dengan memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Berikut 3 kebutuhan dasar anak yang
harus dipenuhi orangtua di periode kritis
agar tumbuh kembang anak optimal:

1. Asuh

2. Asah

3. Asih
Asuh
Kebutuhan Asuh meliputi :
1. Pangan/ gizi
2. Perawatan kesehatan dasar: imunisasi,
pemberian ASI/ MP-ASI, penimbangan yg
teratur, pengobatan
3. Pemukiman yang layak
4. Kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
5. Pakaian
6. Rekreasi, kesegaran jasmani
Asah
Kebutuhan asah ini mencakup stimulasi
tumbuh kembang anak. Saraf anak yang
berkembang harus dirangsang dengan
stimulasi agar potensi genetiknya
optimal.
Sampai anak berusia 6 tahun, dia akan
memasuki fase sensitif terhadap respon
pembelajaran yang diberikan.
Asah
Berikut empat cara stimulasi perkembangan otak
anak umur 0-2 tahun :
1. Menyediakan permainan interaktif, yaitu
permainan yang bisa mengaktifkan berbagai
pancaindera;
2. Menyediakan lingkungan yang nyaman;
3. Menyediakan lingkungan yang kaya bahasa
artinya orangtua harus aktif mengajak anak
berinteraksi;
4. Mengenalkan posisi atau tempat suatu benda
Asih
Kebutuhan dasar asih berkaitan
dengan pemberian kasih sayang
orang tua pada anaknya. Kasih
sayang yang baik yakni bersifat
positif. Anak yang mendapatkan
kasih sayang negatif cenderung
mengalami keterlambatan
berkembang.
Pentingnya Gizi Seimbang Anak
Gizi seimbang berperan penting dalam
mengoptimalkan tumbuh kembang anak,
namun masih banyak anak yang belum
mendapatkan asupan gizi seimbang
dengan baik. Sebagai dampaknya, anak
bisa mengalami malnutrisi hingga
gangguan pada tumbuh kembangnya,
seperti stunting.
Malnutrisi
Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan berat dan tinggi badan balita jauh di
bawah rata-rata. Maka itu, untuk
mengetahui status gizi yang satu ini, indikator
yang digunakan adalah grafik berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB).
Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan
atas (LiLA) juga masuk ke dalam pemeriksaan
klinis gizi buruk pada anak dan balita.
Klasifikasi Malnutrisi :
Kekurangan vitamin/
mineral
1. Kekurangan Gizi
(Undernutrition) Gizi Kurang

Gizi Buruk

Overweight
2. Kelebihan Gizi
(Overnutrition)
Obesitas

Anda mungkin juga menyukai