Anda di halaman 1dari 67

-*

DOKUMENTASI PERAWATAN PASCA BEDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


00.01/OK/IX/2018 00 1/1

TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Proses dokumentasi yang dilakukan pada pasien pasca bedah, saat
diruang pulih dan saat pasien keluar dari ruang pulih (pasien pulang
atau perawatan lanjutan di ruang rawat)
Tujuan a. Mengetahui dan mendokumentasikan kondisi umum pasien
pasca bedah pada status anestesi dan bedah
b. Melaksanakan prosedur patient safety pasca bedah (sign out)
c. Mengoptimalkan kondisi pasien selama di ruang pulih dan
sesaat sebelum pasien pulang atau perawatan lanjutan ke
ruangan rawat
Kebijakan SK Direktur RS SinarKasihTorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Setelah selesai pembedahan, perawat melakukan proses sign out


dikamar bedah
2. Dokter bedah menulis laporan hasil pembedahan dan instruksi
pasca bedah untuk tatalaksana lebih lanjut
3. Selama di ruang pulih perawat melakukan dokumentasi pada
form catatan perawatan pasca bedah yang terdiri dari :
manajemen nyeri, aspek anestesi dan aspek bedah
4. Selama masa pemulihan dokter anestesi melakukan
pendokumentasian pada status anestesia selama di ruang pulih
5. DPJP anestesiologi melakukan penilaian kondisi medis pasien,
untuk menentukan pasien pulang atau rawat lanjutan di ruang
rawat inap
6. Pasien pasca bedah rawat jalan akan diperbolehkan pulang dan
diberi catatan berupa surat untuk kontrol pasca operasi
7. Kemudian dilakukan serah terima pasien, dari perawat kamar
bedah kepada perawat ruang rawat inap
Unit Terkait Kamar operasi
Instalasi gawat darurat
Ruang rawat inap

1
EDUKASI BEDAH PASIEN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.02/OK/ IX /2018 0 ½

TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Membantu pasien untuk memahami dan menyiapkan mental untuk


pembedahan dan penyembuhan post operasi.
Tujuan Mengurangi kecemasanpre operasi dan memberikan pemahaman
tentang perawatan post operasi
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/S K-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tanggal, waktu


dan lokasi pembedahan.
2. Berikan informasi kepada pasien dan orang terdekat berapa lama
operasi akan dijalani.
3. Kaji pengalaman pembedahan terdahulu dan tingkat pengetahuan
klien terkait dengan pembedahan.
4. Kaji kecemasan pasien/keluarga terkait dengan pembedahan.
5. Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian.
6. Gambarkan rutinitas yang dilakukan sebelum operasi (anastesi,
diet, dll).
7. Jelaskan medikasi praoperatif efek yang akan terjadi dan
rasionalisasi penggunaan.
8. Berikan informasi kepada orang terdekat tentang tempat
menunggu hasil pembedahan dengan tepat.
9. Berikan informasi tentang apa yang akan didengar, dirasa,
dicium dan dilihat selama kejadian.
10. Diskusikan manajemen nyeri yang mungkin dilakukan.
11. Jelaskan tujuan postoperatif.
12. Berikan penjelasan tentang rutinitas post /peralatan yang
mungkin digunakan (penggantian balutan, pengobatan, dll) dan
berikan penjelasan tentang tujuan masing-masing.
13. Berikan penjelasan kepada pasien teknik mengubah posisi
ditempat tidur dengan tepat.
14. Evaluasi kemampuan pasien untuk mendemonstrasikan cara
mengubah posisi dengan tepat.

2
EDUKASI BEDAH PASIEN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.02/OK/ IX /2018 00 2/2

Prosedur 15. Berikan penjelasan kepada pasien cara menggunakan insentifs


pirometri.
16. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan
kemampuan menggunakan insentifs pirometri dengan tepat.
17. Berikan penjelasan kepada pasien cara menekan daerah
pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam.
18. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan
kemampuan menekan daerah pembedahan, batuk efektif dan nafas
dalam dengan tepat.
19. Berikan penjelasan kepada pasien tentang teknik melatih kaki.
20. Evaluasi kemampuan pasien untuk mengulangi latihan kaki.
21. Tekankan pentingnya ambulasi dini dan perawatan pulmoner.
22. Berikanin formasi tentang bagaimana mereka dapat membantu
dalam masa penyembuhan.
23. Dukung pemberian informasi oleh tenaga kesehatan lain dengan
tepat.
24. Identifikasi harapan pasien setelah pembedahan.
25. Perbaiki harapan pasien yang tidak realistik.
26. Berikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan kembali
peristiwa yang akan terjadi.
27. Libatkan keluarga dan orang terdekat.

Unit Terkait Kamar operasi


Instalasi rawat inap

3
INFORMED CONSENT

No. Dokumen Revisi Halaman


00.04/OK/ IX /2018 00 2/2

Prosedur 1. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan medis yang


tersebut, maka pasien akan menandatangani lembar
persetujuan tindakan medis / bedah dan persetujuan tindakan
pembiusan dan diberitahukan kapan akan dilakukan
Tindakan medis tersebut.
2. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang akan
dijalani, maka pasien akan menandatangani lembar
penolakan tindakan medis / bedah dan penolakan tindakan
pembiusan.
3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis ditandatangani
oleh pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, saksi,
dan dokter yang memberikan penjelasan diatas
4. Persetujuan/penolakan tindakan medis harus memuat
identitas, pasien serta identitas keluarga yang bertanggung
jawab
5. Penjelasan tertulis serta lembar persetujuan atau lembar
penolakan tindakan medis dijadikan satu dan dimasukkan
bersama dokumen lain dalam rekam medis pasien
Unit Terkait Instalasi rawat inap
Kamar operasi
Instalasi gawat darurat

4
TEPAT OPERASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT
PASIEN DI KAMAR OPERASI
No. Dokumen Revisi Halaman
00.05/OK/ IX /2018 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Adalah suatu proses kegiatan untuk memastikan benar operasi


dengan cara 5 tahap yaitu meliputi pengecekan persetujuan
tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan medik / bedah
(informed concent), penandaan area operasi, identifikasi pasien,
tindakan time out dan pengecekan data pemerikasaan penunjang
Tujuan Mencegah terjadinya kesalahan operasi baik salah pasien, salah area,
atau prosedur tindakan yang akan dilakukan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Pengecekan surat ijin tindakan ( informed concent )


 Seluruh pasien yang akan dilakukan pembedahan harus ada
persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan medik
/ bedah (informed concent),
 Pastikan persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan
tindakan medik / bedah( informed concent ) telah diisi lengkap
meliputi: identitas pasien, nama tindakan / prosedur dan area
operasi, tanda tangan pasien / yang bertanggungjawab, dokter
operator dan saksi dan telah mendapat informasi lengkap tentang
tindakan yang akan dilakukan.
 Persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan medik
/ bedah ( informed concent ), ditanda tangani oleh pasien sendiri
(bila umur pasien 21 tahun atau lebih, sadar dan kooperatif) atau
oleh orang yang bertanggungjawab dengan menyertakan foto
copy KTP.
2. Pengecekan identias pasien
 Pengecekan identitas pasien dilakukan oleh petugas OK dan
perawat ruangan di ruang penerimaan / transit pasien
 Setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan harus terpasang
gelang identias di pergelangan tangan yang dominan kecuali
merupakan area operasi

5
TEPAT OPERASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT
PASIEN DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.05/OK/ IX /2018 00 2/3

Prosedur  Di ruangan penerimaan pasien (ruang transit) perawat kamar


operasi yang menerima bersama dengan perawat pengantar pasien
dari ruangan rawat inap, mengecek bersama identitas yang ada
digelang identias dengan data di medical record
 Perawat kamar bedah memastikan kembali dengan menanyakan
langsung nama lengkap pasien, area operasi dan nama tindakan
operasi kepada pasien
 Untuk melanjutkan didalam ruang operasi pengecekan identitas
harus dilakukan oleh perawat anastesi, perawat sirkuler, dokter
anestesi dan dokter bedah
 Pada saat pemindahan pasien ke RR gelang identitas harus
terpasang pada tempatnya, pengecekan gelang identitas dilakukan
oleh perawat RR dengan perawatan ruangan
 Semua pasien emergency harus dilakukan pengecekan yang sama
3.Penandaan area operasi
 Penandaan area operasi dilakukan oleh dokter bedah ( operator )
yang ditunjuk, dilakukan di ruangan OK sebelum pasien di insisi
pembedahan
 Penandaan area operasi dilakukan kepada seluruh jenis
pembedahan / tindakan kecuali pada kasus yang sulit / tidak
memungkinkan seperti gigi, ada trauma, luka bakar.
 Tanda area yang digunakan berupa bentuk “tanda panah”( → ).
 Penandaan menggunakan tinta yang tidak mudah dihapus sehingga
dapat dilihat sampai saat akan drapping ( desinfeksi )
 Jangan memberi tanda pada bukan area operasi
4. Pengecekan data pemeriksaan penunjang
 Data foto rontgen dan USG yang digunakan untuk memastikan
area operasi
 Konfirmasi foto rontgen dan USG dilakukan oleh minimal dua
orang
 Pastikan data identitas pasien di lembar rontgen dan USG sesuai
dengan identitas di medical record
 Pasang foto rontgen diperlukan pada light box yang tersedia
sebelum operasi dimulai
Pengecekan hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik dan
laboratorium patologi anatomi

6
TEPAT OPERASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT
PASIEN DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.05/OK/ IX /2018 00 3/3

Prosedur
5. Time out operasi
 Segera sebelum memulai operasi seluruh anggota tim harus
mengadakan verifikasi akhir, yang biasa dilakukan ditempat
operasi akan dilakukan dan setelah pasien dianestesi
 Proses time out hendaknya diprakarasai oleh dokter bedah yang
akan melakukan tindakan
 Verifikasi akhir minimal meliputi: memastikan tepat pasien,
tepat area operasi, tepat prosedur tindakan , data foto rontgen,
USG dan danperalatan khusus yang akan dipakai
 Hasil proses time out harus didokumentasikan di dalam medical
record
Unit Terkait Kamar Operasi

7
KONSULTASI INTRA OPERATIF

No. Dokumen Revisi Halaman


00.06/OK/ IX /2018 00 1/1

TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Proses konsultasi yang dilakukan pada saat operasi sedang


berlangsung didalam kamar operasi
Tujuan a. Memberikan pelayanan optimal dan terintegrasi selama
pembedahan
b. Mempermudah komunikasi efektif didalam kamar bedah
c. Mengurangi morbiditas
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih TorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. DPJP bedah menginstruksikan secara lisan kepada tim bedah


yang tidak streil untuk instruksi konsultasi intra operatif
2. DPJP bedah melakukan konsultasi apa saja yang diperlukan
atau ekxpertise apa saja yang diharapkan dari konsultan
3. Tim bedah yang tidak steril menuliskan surat konsultasi dan
menghubungi DPJP konsultan yang dimaksud serta
menyampaikan konsultasi DPJP utama
4. Tim bedah yang tidak steril dapat menghubungi konsultas
melalui telepon
5. Bila sudah terhubng DPJP yang akan konsul berbicara
langsung dengan konsultan yang dimaksud untuk meminta
bantuan / konsultasi terhadap masalah yang dihadapi selama
operasi
6. Bentuk konsultasi dapat berupa konsultan datang ke kamar
operasi atau konsultan cukup memberika advice via telepon
kepada DPJP bedah
7. Proses konsultasi dilakukan dengan mengisi form konsultasi
yang ditanda tangani oleh tim bedah yang terlibat, apabila
dalam kondisi emergensi dapat didahului dengan konsultasi
8. Proses konsultasi dalam kamar bedah juga dapat dicatat dalam
laporan operasi
Unit Terkait Bagian / SMF terkait,
Kamar Operasi
Ruang rawat inap

8
LALU LINTAS KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.07/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Lalu lintas kamar operasi adalah suatu pengaturan alur masuk dan
keluarnya pasien, personil, peralatan steril dan kotor, sampah
terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi sesuai dengan
lingkungan perioperative.
Tujuan Adanya keteraturan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Setiap pasien yang masuk ke kamar operasi harus berpakaian


sesuai pakaian kamar operasi yang telah ditentukan, melewati
pintu penerimaan pasien dan keluar kamar operasi melalui pintu
yang berbeda
2. Setiap personil kamar operasi yang akan masuk kelingkungan
perioperative harus melalui pintu petugas yang telah
ditentukan dan beratribut lenkap menurut tata tertib masuk
ruang operasi dan keluar operasi melalui pintu yang sama.
3. Peralatan steril masuk melalui pintu yang langsung menuju
tempat penyimpanan barang steril
4. Sampah medis yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
dibedakan selanjutnya dikumpulkan pada tempat yang telah
ditentukan untuk dikirim oleh petugas ke insenator sampah
5. Peralatan medis yang telah di bersihkan di tempa pembersihan
sesuai protap pembersihan alat selanjutnya dilakukan
pembungkusan dan siap disterilkan
6. Selalu diperhatikan adanya perbedaan lalu lintas pasien,
personil, alat dan sampah.
Unit Terkait Semua petugas kamar operasi

9
LAPORAN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.08/OK/ IX /2018 00 ½
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Laporan operasi pembedahan yang dibuat oleh dokter bedah atau
dokter lain yang terlibat dalam tindakan pembedahan.
Tujuan a. Tertib dokumentasi
b. Kepentingan aspek legal
c. Kesinambungan proses pelayanan
d. Untuk fasilitasi penelitian-penelitian retrospektif yang akan
dilakukan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.
Prosedur 1. Setiap pelaku pembedahan membuat laporan pembedahan di
tempat tindakan dilakukan
2. Pada laporan pembedahan harus dicantumkan identitas
pasien (nama, umur, jenis kelamin) juga nomor rekam medis
pasien sesuai kolom tanggal, asisten operator, dokter
3. Diagnosis pra bedah dan pasca bedah harus dicatat dalam
laporan operasi
4. Harus pula dicatat area dilakukannya operasi, tanggal, jam
mulai dan jam selesai operasi dan lama pembiusan
5. Kemudian dicatat deskripsi tindakan pembedahan, lokasi
pembedahan, serta alat khusus yang digunakan pada operasi
tersebut (implant / katup / mesh / ureter chateter dll).
6. Dicatat klasifikasi operasi berdasarkan urgensi (cito / urgent /
elektif )
7. Dituliskan pula kategori operasi
8. Semua temuan pada pembedahan (hasil temuan intra bedah,
komplikasi yang terjadi, hasil pemeriksaan PA, hasil
konsultasi intraoperatif) harus tercatat di dalam laporan
pembedahan
9. Jumlah perdarahan harus dicatat dalam laporan operasi
10. Kondisi terakhir sebelum pindah ke ruang recovery (RR)

10
LAPORAN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.08/OK/ IX/2018 00 2/2

Prosedur 11. Nama dokter dan asisten yang terlibat dalam tindakan
pembedahan harus tertulis dalam laporan operasi
12. Dokter yang bertanggung jawab harus menandatangani
laporan operasi
13. Laporan operasi sudah selesai dan ditanda tangani serta
tersedia dalam rekam medis pasien sebelum pasien
meninggalkan ruang pulih
Unit Terkait Kamar operasi
Ruang Recovery
Ruang rawat inap
Rawat jalan

11
MEMAKAI JAS OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.09/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Memakai jas operasi adalah memakai gaun operasi di kamar operasi
menjamin operasi dan mencegah transfer mikroorganisme selama
pembedahan
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai jas
secara baik dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita
3. Mencegah infeksi nosokomial
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.
Prosedur 1. Ambil jas steril tetap dalam posisi lipatan dengan memegang
bagian dalam jas
2. Pegang bagian atas jas atau leher jas dengan kedua tangan dan
lepaskan bagian bawah, hindari bersentuhan dengan area tidak
steril
3. Cari kedua lubang lengan baju dan masukkan kedua lengan
secara bersamaan
4. Pertahankan posisi tangan dan tekukkan siku diatas pinggang
5. Sirkulator nurse mengikatkan gaun bagian belakang yang tidak
steril
6. Instrumentator / scrub nurse mengikatkan gaun bagian steril
Unit Terkait Tim operasi dan tim bedah

12
MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL DENGAN
TEKNIK TERTUTUP DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.10/OK/ IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Adalah suatu usaha mengurangi resiko kontaminasi dari tangan dan
mempertahankan areal operasi tetap steril dengan cara tangan tidak
bersentuhan langsung dengan sarung tangan yang akan dipakai
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai
sarung tangan dengan baik dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita dan instrument
3. Mencegah infeksi nosokomial
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.
Prosedur 1. Ambil sarung tangan dengan tangan tanpa bersentuhan
langsung dengan sarung tangan (tangan tetap berada dalam
lengan jas)
2. Letakkan sarung tangan pada telapak tangan dengan posisi
ujung sarung tangan mengarah pada si pemakai
3. Pegang bagian pangkal dengan ibu jari dengan mempertemukan
ibu jari tangan dengan ibu jari sarung tangan
4. Tarik bagian pangkal kearah lengan dan masukkan jari-jari
secara bersamaan
5. Kencangkan posisi sarung tangan dengan menarik lengan baju
6. Lakukan pemakaian sarung tangan ini pada sisi tangan yang lain
7. Setelah kedua tangan memakai sarung tangan, aturlah sarung
tangan pada posisi yang nyaman
Unit Terkait Dokter, Perawat, Bagian Pelayanan Medis

13
MENYIAPKAN BAHAN PEMERIKSAAN SPECIMEN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.11/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Mengemas jaringan PA/specimen untuk pemeriksaan


kelaboratorium
Tujuan - Bahan pemeriksaan sampai kelaboratorium dalam keadaan
baik
- Tepatpasien/ tidak tertukar
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur Persiapan Alat dan Bahan :


1. Label identitas pasien
2. Lembar / formulir pemeriksaan specimen
3. Tempat /wadah untuk mengemas specimen
4. Formalin cair 10%
5. APD (sarung tangan, masker, pelindung mata / wajah,
gaun, sepatuboot)
6. Buku ekspedisi

Pelaksanaan:
1. Ambil plastic (sesuai dengan ukuran specimen).
2. Isi plastic dengan formalin cair10% sampai specimen
terendam.
3. Masukkan specimen kedalam plastic yang sudah terisi
dengan formalin cair10%.
4. Isi lembar/formulir pemeriksaan specimen dengan
lengkap sesuai identitas pasien.
5. Beri label pada specimen sesuai dengan identitas pasien.
6. Tunjukkan kepada pasien/keluarga pasien, specimen yang
akan di periksakan.
7. Catat bahan specimen dalam buku ekspedisi.
8. Bawa specimen dengan menggunakan kotak specimen
ke Instalasi laboratorium
9. Lakukan serah terima specimen dengan menandatangani
buku ekspedisi
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

14
PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.12/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tata cara pelaksanaan operasi pasien oleh staf kamar operasi.
Tujuan Pelaksanaan tindakan operasi dilakukan sesuai prosedur.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Petugas operasi mempersiapkan peralatan, bahan, dan obat-


obatan yang diperlukan untuk operasi sesuai persiapan alat
bedahterkait.
2. Petugas anastesi mempersiapkan peralatan dan obat-obatan
anastesi serta melakukan tindakan anesthesia yang diperlukan
sesuai persiapan alat anastesiterkait.
3. Perawat sirkulasi menerima rekam medis dan data administrasi
lisan dan tulisan dari petugas pengantar pasien dan memasang foto
rontgen( jika ada )pada lampu baca dimasing-masing ruang operasi.
4. Petugas kamar operasi melakukan tindakan cuci tangan
pembedahansesuai SPO yang terkait.
5. Petugas operasi melakukan verivikasi pre operastif sesuai SPO
yang terkait.
6. Dokter operator dan petugas operasi melakukan tindakan operasi
sesuai indikasi.
7. Bila diambil jaringan atau cairan tubuh pasien untuk pemeriksaan
laboratorium / PA, wadah diberi identitas pasien meliputi nama,
umur, no.RM, tanggal pengambilan dan disertai berita acara serah
terima specimen sesuai SPO pemeriksaan specimen.
8. Setelah operasi selesai DPJPmembuat laporan operasi, petugas
anastesi membuat laporan anastesi, dan perawat sirkulasi mendata
alkes dan obat-obatan habis pakai serta mengumpulkan ketiga
dokumen tersebut dalam rekam medis pasien.
9. Pasien dipersiapkan untuk menjalani observasi dan perawatan di
ruang pemulihan.
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

15
PELAYANAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.14/OK/VI/2018 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai


keadaan setelah pembedahan yang meliputi rencana teknik bedah,
kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan
perawatanintensif, serta perawatan pasca bedah yang dibuat
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
konsultasi disiplin terkait.
Tujuan a. Pemilihan prosedur bedah yang sesuai serta waktu yang tepat
b. Melakukan pembedahan secara aman
c. Mengoptimalkan kondisi pasien
d. Mengoptimalkan proses pembedahan
e. Mengurangi komplikasi pasca pembedahan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Proses perencanaan pembedahan dilakukan oleh DPJP dan peserta


didik Bedah di poliklinik rawat jalan, rawat inap dan untuk kasus
kedaruratan dilakukan di IRD.
2. Pembedahan dibagi menjadi pembedahan elektif dan darurat
3. Untuk pembedahan elektif:
a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi
anamnesis, pemeriksaanfisik, pemeriksaan penunjang, dan
konsultasi dengan unit terkait.
b. Hasil yang didapatdari proses (a) akan menentukan keputusan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Bedah
atau peserta didik Bedah sesuai tingkat kompetensi.
c. Pada assessment awal di poli, dokter bedah menentukan
urgensi pembedahan (cito/urgent/elektif).
d. Pada pasien dengan pembedahan kedaruratan akan dirujuk ke
Kamar Operasi.
e. Bila pasien membutuhkan tindakanan astesi, maka
dikonsultasikan kepoliklinik pra-operatif untuk dilakukan
prosedur sesuai dengan SPO Kunjungan Pra-Anastesi.
f. Semua proses penilaian hingga perencanaan pembedahan dan
perencanaanan astesi harus dicatat di dalam rekam medis
pasien.

16
PELAPORAN PASIEN OPERASI EMERGENSI / ELEKTIF

No. Dokumen Revisi Halaman


00.13/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tata cara pelaporan pasien operasi emergensi/ elektif adalah


posedur pelaporan pelayanan operasi baik emergensi /elektif yang
dilakukan di Rumah Sakit pada Dokter penanggung jawab
anestesi.
Tujuan a. Agar ada koordinansi antara Instalasi Kamar Operasi, dokter
Operator, dokter Anestesi.
b. Ada kepastian waktu pelayanan operasi bagi pasien.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Setiap pasien yang akan dilakukan operasi baik emergensi/


elektif harus dilaporkan kepada Dokter penanggung jawab
anestesi.
2. Dokter penanggung jawab anestesi yang akan mengatur
tenaga operasional anestesi.
3. Waktu untuk operasi elektif dimulai pukul 08.00 s/d 14.00 dan
dilaksanakan pada hari kerja senin – sabtu.
4. Bila ada operasi yang sifatnya Emergensi sesudah pkl 14.00
pada hari senin–sabtu,dan hari besar/ libur tetap dilaporkan
kepada Dokter penanggung jawab anestesi untuk diatur
tenaga operasionalnya
5. Yang bertanggung jawab melaporkan kepada Dokter
penanggung jawab anestesi adalah perawat ruang pantau
perawat IGD yang bertugas saat itu.
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi.
IGD.
Instalasi Rawat Jalan.
Instalasi Rawat Inap.

17
PELAYANAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.14/OK/VI/2018 00 2/3

Prosedur g. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan perencanaan


anastesi termasuk hasil penilaian awal yang mendasari harus
dikomunikasikan dan dilakukan pemberian edukasi
pembedahan dan anastesi kepada pasien dan keluarga oleh
DPJP Bedah dan Anastesiologi/ peserta didik Bedah dan
Anastesiologi dan Terapi Intensif.
h. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukan pendaftaran rawat
inap
i. Apabila uang rawat tidak tersedia , maka dilakukan
pendaftaran dan penjadwalan ulang baik kamar operasi
maupun ruang rawat inap. Pasien diinformasikan bahwa
jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia kemudian
DPJP dan peserta didik bedah berkoordinasi dengan
coordinator bangsal /ruang untuk mengupayakan ketersediaan
ruang rawat.
1) Bila ruangan tidak tersedia, maka akan dilakukan
pendaftaran dan penjadwalan operasi dengan pasien
tersebut, dengan prioritas untuk mendapatkan ruang rawat
yang tersedia.
2) Jadwal operasi kemudian menjadi satu hari setelah
pasien mendapatkan ruang rawat inap
j. Pada kasus urgensi, DPJP langsung menghubungi manager
on duty di rawat inap dan penanggung jawab penjadwalan di
kamar bedah
k. Bagi pasien rawat inap, pemeriksaan dan persiapan
prabedah dan praanastesi serta toleransi operasi dapat
dilakukan di ruang rawat inap oleh dokter bedah, dokter
anastesiologi, dan dokter lain yang bersangkutan
l. Bagi pasien rawat jalan, pemeriksaan dan persiapan prabedah
dapat dilakukan di poli bedah oleh dokter bedah dan persiapan
pra-anastesi dapat dilakukan di poliklinik pra-operatif oleh
dokter anastesiologi dan dokter lainnya yang dibutuhkan.
Disini dapat ditentukan jenis operasi pada pasien, teknik-
teknik khusus yang akan dilakukan, kebutuhan alat-alat
operasi atau monitoring khusus dan posisi pasien pada saat
operasi.

18
PELAYANAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.14/OK/VI/2018 00 3/3

Prosedur m. Pada hari operasi, pasien dari instalasi rawat inap akan
diantar kekamar operasi oleh petugas ruangan satu jam
sebelum jadwal operasi, dan pasien dari instalasi rawat jalan
akan langsung kekamar operasi dengan memperlihatkan
pengantardari DPJP bedah.
n. Pada saat tiba di kamar operasi akan dilakukan pengecekan
berkas dan persiapan pembedahan pasien oleh petugas
ruangan dengan petugas kamar operasi.
o. Sesaat sebelum induksi pasien, dilakukan sign in yang
meliputi pengecekan identitas, sisi operasi, informed
content dan prosedur yang akan dilakukan oleh anestesi,
petugas kamar operasi atau dokter bedah.
p. Sesaat sebelum insisi akan dilakukan Time out yang
meliputi pengecekan identitas pasien, sisi operasi, prosedur
operasi persiapan alat yang akan digunakan dll,
q. Sesaat sebelum operasi selesai atau area operasi akan
ditutup akan dilakukan sign out yang meliputi:
menyebutkan prosedur operasi yang telah dilakukan,
pengecekan kelengkapan alat yang telah digunakan , jumlah
perdarahan dan hal yang perlu diperhatikan pasca operasi, dll
r. Semua proses sign in, time out dan sign in menggunakan
check list keselamatan pasien yang telah dibuat berdasarkan
standar
s. Setelah Pasien selesei operasi, akan dilakukan perawatan
diruang pulih, dan dari ruang pulih akan diputuskan
perawatan selanjutnya oleh dokteranestesidanmenggunakan
criteria yang telah diputuskan oleh Rumah sakit dan
anestesi.
t. Pasien yang dirawat pasca pembedahan akan dirawat oleh
DPJP bedah, Anestesi dan bagian lain yang dibutuhkan
untuk perawatan pasien tersebut.
u. Pasien pasca bedah dapat dipulangkan oleh DPJP bedah
berdasarkan keilmuannya atau mengalihkan perawatan
kebagian lain jika dibutuhkan.
v. Sebelum pasien pulang DPJP bedah mejelaskan pada pasien
dan keluarga hal-hal yang perlu diperhatikan selama dirumah
dan kapan pasien datang kontrol.
w. Seluruh proses pembedahan harus dikomunikasikan dan
dilakukan pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan
keluarga oleh DPJP.
Unit Terkait Kamar Operasi

19
PEMANTAUAN ANESTESI LOKAL

No. Dokumen Revisi Halaman


00.15/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL
Pengertian Pelayanan anestesi lokal adalah suatu tindakan pemberian
layanan anastesi yang bersifat lokal yang dapat dilakukan oleh
dokter anestesiologi, tenaga non anestesiologi seperti dokter
umum maupun perawat sesuai kompetensinya
Tujuan Dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan anastesi
perlu adanya standar prosedur operasional mengenai layanan
anastesi lokal di RS Sinar Kasih Toraja
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih TorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.
Prosedur 1. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama
pembedahan, yaitu pengamatan tanda klinis (kualitatif)
seperti pergerakan dada dan auskultasi suara nafas
2. Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama
pembedahan :
a. Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi
desaturasi dengan penerangan cahaya yang baik
b. Bila tersedia pemantuan oksimetri denyut (pulse
oximetri)
3. Pemantauan adekuat tidaknya sirkulasi pasien :
a. Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung,
bila kemungkinan setiap 15 menit
b. Pemantauan EKG secara kontinyu bila diperlukan
4. Pemantauan suhu tubuh selama pembedahan. Bila
diperlukan, sediakan alat yang dapat memantau suhu tubuh
pasien
5. Hasil pemantauan selama pembedahan dapat menjadi dasar
untuk pengelolaan pasca bedah seperti kembali ke kamar
bedah, ditransfer ke unit perawatan khusus atau pulang
6. Hasil pemantauan itu juga dapat menjadi panduan untuk
tindakan asuhan keperawatan, tindakan medis dan
kebutuhan untuk pemeriksaan diagnostik dan penunjang
lainnya
7. Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis pasien,
ceklis asuhan keperawatan peri operatif dan form laporan
operasi
8. Setiap perubahan selama pembedahan harus di
informasikan pada pasien atau keluarganya
Unit Terkait Kamar operasi
IGD
Ruang bersalin
Ruang rawat inap
20
PEMANTAUAN SELAMA ANASTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.16/OK/ IX /2018 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL
Pengertian Tindakan pemantauan yang dilakukan personil anestesia selama
tindakan anestesia, baik anestesia umum, regional maupun
monitored anesthesia care.
Tujuan a. Peningkatan kualitas pelayanan naestesia terhadap pasien.
b. Deteksi dini bila terjadi komplikasi dan penatalaksanaan segera
bila terjadi komplikasi atau perubahan yang biasanya terjadi
cepat selama anestesia.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih TorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.
Prosedur 1. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama
anestesia :
a. Pengamatan tanda klinis (kualitatif) seperti pergerakan
dada, obsevasi reservoir breathing bag, dan auskultasi
suara nafas.
b. Bila tersedia ventilasi dapat dimonitor secara kualitatif
dengan pemantauan end tidal CO2.
c. Pada keadaan ventilasi dikendalikan dengan memakai
mesi anestesia, bila tersedia, hidupkan alarm untuk
mendeteksi adanya kebocoran sistem pernafasan.
d. Pasien dalam anestesia regional atau MAC, adekuat
tidaknya ventilasi diamati melalui tanda klinis kualitatif
seperti yang telah disebutkan terdahulu.
2. Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama anestesia :
a. Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi
desaturasi dengan penerangan cahaya yang baik.
b. Bila tersedia, pemantauan oksimetri denyut (pulse
oximetri).
c. Selama anestesia umum dengan menggunakan mesin
anestesi, bila tersedia, gunakan oxygen analyzer untuk
memantau konsentrasi oksigen pada sistem pernafasan
pasien dan hidupkan aliran low oxygen saturation.
3. Pemantauan adekuat tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
a. Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung,
bila memungkinkan setiap 5 menit.
b. Pemantauan EKG secara kontinu mulai dari sebelum
induksi anestesia.

21
Prosedur c. Setiap pasien yang mendapat anestesi, selain dari metode
pemantauan dengan perabaan denyutt nadi atau
auskultasi bunyi jantung.
4. Pemantauan suhu tubuh selama anestesia :
a. Bila perubahan suhu tubuh pasien diperlukan, atau
diantisipasi akan terjadi, suhu tubuh pasien sebaiknya
dipantau selama anestesia.
b. Bila diperlukan, tersedia alat yang dapat memantau suhu
tubuh pasien.
5. Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis anestesia
pasien.
Unit Terkait Kamar Operasi

22
PEMANTAUAN SELAMA PEMBEDAHAN
DENGAN ANESTESIA LOKAL
No. Dokumen Revisi Halaman
00.17/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan pemantauan yang dilakukan oleh staf bedah selama


tindakan naestesia lokal tanpa pemberian sedasi ataupun
anaestesi umum ataupun regional
Tujuan a. Deteksi dini bila terjadi komplikasi dan penatalaksanaan
segera bila terjadi komplikasi atau perubahan yang biasanya
terjadi cepat selama pembedahan.
b. Memastikan jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, kardiovaskuler
dan temperatur tubuh pasien adekuat dan sesuai selama
pembedahan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih TorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama


pembedahan yaitu pengamatan tanda klinis ( kualitatif)
seperti pergerakan dada dan auskultasi suara nafas
2. Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama
pembedahan :
a. Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi
desaturasi dengan penerangan cahaya yang baik
b. Bila tersedia pemantauan oximetri denyut (pulse
oximetri)
3. Pemantauan adekuat tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
a. Pemantauan tekanan darah aterial adan denyut
jantung bila memungkinkan setiap 15 menit
b. Pemantauan EKG secara kontinue bila diperlukan
4. Pemantauan suhu tubuh selama pembedahan. Bila diperlukan
sediakan alat yang dapat memantau suhu tubuh pasien
5. Hasil pemantauan selama pembedahan dapat menjadi
dasar untuk pengelolaan pasca bedah seperti kembali ke
kamar bedah, ditransfer ke unit perawatan khusus atau
pulang
6. Hasil pemantauan itu juga dapat menjadi panduan
untuk tindakan asuhan keperawatan, tindakan medis, dan
kebutuhan untuk pemeriksaan diagnostik dan penunjang
lainnya
7. Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis
pasien, ceklist asuhan keperawatan perioperatif dan form
laporan operasi
8. Setiap perubahan selama pembedahan harus
diinformasikan kepada pasien atau keluarganya

23
Unit Terkait Kamar operai
Ruang rawat inap

24
PEMBERIAN INFORMASI PASCA BEDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


00.18/OK/ IX /2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Komunikasi yang dilakukan antara operator dengan pasien dan


keluarga mengenai prosedur tindakan dan temuan setelah pasien
menjalani operasi
Tujuan a. Meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien
b. Memberikan informasi mengenai tindakan, alternatif tindakan
dan temuan intra operatif kepada pasien dan keluarga
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. DPJP yang berkompeten memberikan informasi secara lisan


dan dicatat di dalam rekam medik dan ditandatangani oleh dokter
dan pasien atau keluarga
2. Informasi yang diberikan berupa : jenis tindakan, alternatif
tindakan, alat kedokteran yang digunakan (seperti plate, screw,
dll) temuan intra-operatif, komplikasi dan hasil operasi
3. DPJP yang berkompeten menjelaskan tentang tindak lanjut
pasca bedah (seperti : tempat perawatan, terapi selanjutnya)
4. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga untuk perawatan pasca operasi di rumah
Unit Terkait Kamar operasi
ICU
Ruang rawat inap

25
PEMBUANGAN BENDA TAJAM DAN JARUM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.19/OK/ IX /2018 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau
runcing yang dapat memotong atau menusukkulitseperti :
jarumsuntik, pisaubedah, blood lancet, pecahankaca, danampulobat
Tujuan Mencegah terjadinya resiko pajanan benda tajam terhadap petugas
kesehatan maupun petugas pengelola sampah
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Petugas kesehatan


 Gunakan wadah saat memberikan jarum suntik yang sudah
terbuka dan intrumen petugas kesehatan lain (misalnya : asisten
operasi memberikan pisau kepada dokter operator)
 Gunakan wadah saat membawa benda tajam bekas pakai
 Buang segera benda tajam yang sudah digunakan kedalam
wadah pembuangan benda tajam yang sudah disiapkan
 Ganti wadah pembuangan jika sudah terisi 2/3 bagian
2. Cleaning service
 Pakai APD mulai dari apron, sepatu dan sarung tangan
 Tutup lubang di wadah pembuangan jarum menggunakan
isolasi / lakban sebelum dibawa ketempat pembuangan sampah
 Masukkan wadah pembuangan jarum yang sudah di tutup
kedalam trolley pembuangan sampah
 Dorong trolley sampahke tempat pembuangan sampah, pastikan
benda tajam tidak tercecer di jalan
 Letakkan wadah pembuangan ke tempat pembuangan sampah
sementara
 Lepas APD mulai dari sarung tangan, sepatu, apron dan
masker
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Petugas incinerator
 Gunakan APD mulaidari apron, masker, sepatu dan sarung
tangan

26
 Ambil wadah pembuangan jarum dan benda tajam dari meja

PEMBUANGAN BENDA TAJAM DAN JARUM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.19/OK/ IX /2018 00 2/2

Prosedur  Letakkan di dalam incinerator , pastikan benda tajam tidak


tercecer di lantai
 Bakar sampah sesuai SPO pengoperasionalan incinerator
 Lepas APD mulai dari sarung tangan, sepatu, apron kemudian
masker
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Unit Terkait Komite medis
Instalasi gawat darurat
Instalasi kamar operasi
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat intensif
Instalasi rawat inap
Instalasi laboratorium
Bagian pemeliaharaan sarana
Cleaning service

27
PEMERIKSAAN PENUNJANG

No. Dokumen Revisi Halaman


00.20/OK/ IX/2018 00 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu prosedur pemeriksaan penunjang yang diperlukan sebagai


bagian persiapan pra-bedah
Tujuan a. Untuk optimalisasi persiapan pasien pra-bedah
b. Mengetahui penyulit yang mungkin dihadapi
c. Mengurangi komplikasi yang terjadi selama dan pasca bedah
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Berdasarkan assessmentpra-bedah dan isian form pra-


anastesia serta dikaitkan dengan rencana pembedahan,
dapat diketahui kondisi medis, penyakit penyerta dan
penyulit lain pada pasien
2. Kondisi medis, penyakit penyerta dan penyulit lain yang
didapatkan kemudia di cross checkdengan mengacu pada
panduan pemeriksaan laboratorium pasien pra-bedah
3. Pasien dan keluarga diinformasikan mengenai rencana
pemeriksaan penunjang termasuk tujuannya
4. Pemeriksaan penunjang yang diminta, ditandai sesuai
dengan kebutuhan pemeriksaan pada formulir permintaan
dari laboratorium departement patologi klinik
5. Rencana pemeriksaan penunjang yang akan dikirim,
harus dilakukan labelling indentitas pasien
6. Formulir kemudian dibawa oleh perawat kelaboratorium
7. Pada saat hasil pemeriksaan penunjang diterima, harus
dilakukan pengecekkan kembali labellingidentitas pasien,
untuk menghindari kesalahan identitas pasien
8. Semua hasil pemeriksaan penunjang yang didapat, harus
dievaluasi oleh DPJP
9. Bila diperlukan, hasil pemeriksaan penunjang pra-bedah
diinformasikan kepada pasien / keluarga
10. Semua hasil pemeriksaan penunjang dicatat dalam rekam
medis
Unit Terkait Kamar operasi

28
PENGAWASAN SELAMA ANASTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.21/OK/ IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan pada pasien selama


dilakukan tindakan Anestesi
Tujuan a. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital selama dilakukan
tindakan anestesi.
b. Menilai dan mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang
terjadi selama anestesi.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Melengkapi identitas pada lembar monitoring anestesi


intra operasi.
2. Memasang alat-alat monitor pada pasien.
3. Mengecek semua peralatan dan obat-obatan yang akan
dipakai.
4. Mencatat tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, Saturasi Oksigen)
setiap 3 (tiga) menit atau mulai dari premedikasi, induksi,
selama operasi sampai selesai operasi.
5. Menghitung jumlah cairan yang masuk dan keluar
6. Menghitung jumlah perdarahan
7. Memprediksi kemungkinan komplikasi yang bias muncul
pasca operasi.
8. Menyimpan lembar pencatatan atau monitoring dalam
rekam medic pasien.
Unit Terkait Kamar Operasi

29
PENGEMASAN, PEMASANGAN INDIKATOR KIMIA
EXTERNAL DAN INTERNAL SERTA LABELLING

No. Dokumen Revisi Halaman


00.22/OK/ IX//2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu tindakan pembungkusan dan pemasangan label indikator


kimia external dan internal (steam) serta labelling pada alat yang
akan di sterilkan
Tujuan a. Alat / instrumen telah siap untuk di sterilkan
b. Untuk mengetahui alat telah masuk kategori steril atau tidak
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Alat / instrumen yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan, di


set sesuai aturan dan di cek kelengkapan dan keadaan
instrument tersebut
2. Masukkan indikator steril internal ke dalam alat / instrument
kemudiandibungkus dengan linen dan atau di masukkan
dalam pouches
3. Pada indikator steril internal ditulis tanggal disterilkan. Masa
berlaku untuk pouches adalah 3 bulan sejak disterilkan
4. Alat / instrumen siap untuk disterilkan
Unit Terkait CSSD

30
PENGGUNAAN ALAS KAKI DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.23/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Spesifikasi alas kaki (sepatu/sandal) dan penyimpanannya di


lingkungan kamar operasi
Tujuan a. Agar petugas memakai alas kaki (sepatu/sandal) yang telah
disiapkan untuk area semipublic dan area steril
b. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Pada masing-masing area lingkungan kamar operasi


menggunakan alas kaki yang berbeda
2. Setiap memasuki area berbeda, petugas wajib mengganti alas kaki
dengan alas kaki khusus untuk area tersebut
3. Alas kaki disimpan di tempat yang telah ditentukan
Unit Terkait 1. Petugas kamar operasi
2. Keluarga pasien

31
PENGGUNAAN ALAT MONITOR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.24/OK/ IX/2018 00 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Adalah tata cara umum memasang alat untuk memonitor


beberapa parameter sekaligus yaitu ; tekanan darah noninvasive,
heart rate, EKG, saturasi oksigen denyut (SPO2), ET (End Tidal)
CO2.
Tujuan a. Agar dapat menggunakan alat monitor secara tepat dan benar.
b. Upaya pemeliharaan alat, mencegah kerusakan dini.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Tempatkan alat monitor ditempat aman, terfiksasi dengan


baik, posisi dapat diatur sehingga layar monitor mudah dan jelas
dapat dilihat.
2. Pastikan alat monitor dalam posisi switch off.
3. Pastikan tegangan listrik yang sesuai dengan alat.
4. Pastikan kabel listrik penghubung monitor ke sumber listrik
dalam keadaan baik.
5. Hubungkan kabel listrik penghubung ke sumber listrik.
6. Pastikan dengan baik masing-masing jenis unit kabel monitor
penghubung monitor ke pasien (kabel EKG, HR, SpO2, TD-
noninvasive, ETCO2, temperatur, RR).
7. Pasang / hubungkan masing-masing kabel monitor tersebut ke
tempat yang benar dengan alat monitor. Sekali lagi jangan salah
masuk dengan lebih dulu mencermati dan mencek ulang
masing-masing jenis unit kabel monitor dan tempat benar.
8. Hubungkan kabel monitor ke pasien ditempat yang benar.
9. Nyalakan arus listrik alat monitor (switch on).
10. Nyalakan layar monitor, atur pencahayaan layar monitor.
11. Selanjutnya masing-masing monitor diatur sesuai kebutuhan
pasien seperti lead EKG, interval pengukuran tekanan darah,
alarm batas rendah dan batas tinggi untuk HR, SpO2, ETCO2,
TD (sistolik, diastolik, mean), temperatur, RR.
12. Bila akan mematikan monitor, matikan dulu layar monitor,
selanjutnya lepas kabel monitor yang menempel pada pasien.
13. Matikan alat monitor (switch off). Kabel monitor dapat
ditinggalkan terpasang pada alat monitor atau dilepaskan guna
pemeliharaan / penyimpanan, tergantung kebutuhan.
Unit Terkait Kamar Operasi
Instalasi Gawat Darurat

32
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen Revisi Halaman


00.25/OK/ IX/2018 00 1/3
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL
Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) adalah Alat yang digunakan sebagai
teknik pencegahan mikroorganisme pathogen dariseseorangke orang
lain yang disebut “barrier”. Barrier yang umum digunakan masker,
kacamata pelindung, gaun, apron, sarungtangan, penutup kepala,
pelindung kaki
Tujuan Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga pengunjung dan
lingkungan dari kemungkinan transmisi material infeksius
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur A. Masker N95


Langkah – langkah :
1. Genggam respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan
bagian hidung pada ujung jari – jari, biarkan tali pengikat
menjuntai bebas di bawah tangan anda
2. Posisikan respirator di bawah dagu dan sisi untuk hidung
berada di atas
3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali
agak tinggi di belakang kepala di atas telinga. Tarik tali
pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah
telinga.
4. Letakkan jari – jari kedua tangan anda di atas bagianhidung
yang terbuat dari logam. Tekansisi logam tersebut ( gunakan
dua jari dari masing – masing tangan ) mengikuti bentuk
hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena
dapat mengakibatkan respirator bekerjkurang efektif
5. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hati –
hati agar posisi respirator tidakberubah

B. Masker Biasa
Langkah – langkahpemasangan :
1. Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda /
sobekan pada masker
2. Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya
kawat hidung dan tempatkan pada bagian atas
3. Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker
4. Gantung masker dengan melingkarkan karet pada setiap
telinga
5. Bentuk kawat hidung mengikuti lekuk hidung anda

33
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen Revisi Halaman


00.25/OK/ IX/2018 00 2/3

Prosedur
6. Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh
mulut dan dagu anda
Langkah – langkahmelepaskan
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Lepaskan karet dari pengikat dan lipat masker menjadi
setengahnya dengan bagian dalam saling berhadapan
3. Buang masker ketempatlimbahinfeksius
C. Pemakaian Kaca Mata Pelindung.
Langkah-langkah pemasangan
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Ambil kacamata dan pasangkan pada wajah / mata
3. Atur atau sesuaikan posisi yang pas dan nyaman.
Langkah – langkah melepaskan :
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Lepaskan dengan memegang karet atau gagang kacamata
3. Letakkan pada wadah yang telah disediakan
D. Pemakaian Gaun / Apron
Langkah – langkah Pemasangan:
1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan
hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan
kebelakang punggung
2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
Langkah – langkahmelepaskan :
1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
2. Lepastali
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam
gaun pelindung saja
4. Balik gaun pelindung
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah
yang telah di sedia kanuntuk diproses ulang atau buang di
tempat limbah infeksius
E. Pemakaian Sarung Tangan
Langkah – langkah Pemasangan :
1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati – hati, pilih
yang sesuai ukuran
2. Jika harus mempertahankan prinsip – prinsip terihindarkan
sarung tangan terkontaminasi obyek tidak steril
3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan
sarung tangan bagian atas dan masukkan tangan non
dominan dengan posisi terlentang, masukkan jari
secarapelan – pelan.

34
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen Revisi Halaman


00.25/OK/ IX/2018 00 3/3

Prosedur
4. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat
jari tangan dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan
(bagianluar), segera masukkan tangan non dominan secara
perlahan - lahan
Langkah – langkah Melepaskan:
1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah
terkontaminasi
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya, lepaskan
3. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung
tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di
pergelangan tangan
5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
6. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
7. Cuci tangan sesuai prosedur.

F. Pemakaian penutup kepala


Langkah – langkah :
1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup
semua rambut
2. Lepaskan pelindung kepala dan angsung di buang ketempat
sampah

G. Pemakaian pelindung kaki


Langkah – langkah :
1. Gunakan sepatu karet atauplastik yang menutupi seluruh
ujung dan telapak kaki bisa di gunakan sepatu boot dari
bahan kulit
2. Sepatu harus selalu bersih
3. Harus selalu di gunakan di dalam kamar operasi dan tidak
boleh di pakaikeluar, tidak di anjurkan memakai sandal,
sepatu terbuka dan telanjang kaki
Unit Terkait Instalasi rawat jalan,
Instalasi rawat inap,
Instalasi gawat darurat,
Instalasi kamar operasi,
Instalasi farmasi,
Unit gizi,
Unit kesling & nosokomial,
Unit laundry

35
ALAT PEMBUKA GIPS

No. Dokumen Revisi Halaman


00.26/OK/ IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Alat elektronik yang digunakan untuk membuka gips.


Tujuan Sebagai acuan untuk menggunakan alat pembuka gips
SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
Kebijakan tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

1. Sambungkan steker pada stop kontak dengan tegangan 220 volt.


2. Tekan tombol On untuk menghidupkan gergaji.
3.Gunakan dengan menekan ke atas dan ke bawah pada
Prosedur permukaan gips.
4. Setelah selesai matikan mesin.
5. Buka gips dengan pembuka gips.
6. Gunting kapas bagian dalam dengan gunting gips.
7. Lepaskan gips.
8. Bersihkan bagian tubuh yang digips dengan lap basah dan lap
kering.
9. Bersihkan alat dan kembalikan ke tempatnya
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

36
PENGGUNAAN LAMPU OPERASI BESAR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.27/OK/ IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Lampu yang digunakan untuk membantu jalannya operasi


Tujuan Membantu dan memperlancar jalannya operasi
Kebijakan SK Direktur RS Sinar KasihToraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Tekan tombol ON untuk menghidupkan lampu


2. Tekan tombol (+) untuk menambah cahaya lampu
3. Tekan tombol (-) untuk mengurangi cahaya lampu
4. Lampu siap digunakan
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

37
PENGGUNAAN LAMPU OPERASI KECIL

No. Dokumen Revisi Halaman


00.28/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Lampu yang digunakan untuk membantu jalannya operasi


Tujuan Membantu dan memperlancar jalannya operasi
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Hubungkan staker dengan daya listrik


2. Tekan tombol ON untuk menghidupkan lampu
3. Lampu siap digunakan
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi

38
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS / BEDAH
(INFORMED CONSENT)
No. Dokumen Revisi Halaman
00.29/OK/IX/2018 00 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Penolakan tindakan kedokteran / pembedahan adalah suatu


keputusan penolakan yang diberikan oleh pasien / keluarga untuk
dilakukan tindakan pembedahan terhadap pasien setelah diberikan
penjelasan oleh DPJP yang akan melakukan tindakan pembedahan
Tujuan a. Mencegah kemungkinan tuntutan ( legalitas )
b. Memberikan kejelasan hak pasien untuk menolak tindakan
medik yang akan dilakukanatas informasi sebelum tindakan
medik dilakukan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Dokter memperkenalkan diri kepada pasien dan


keluarganya bahwa dokter adalah orang yang akan
melakukan tindakan pembedahan
2. DPJP tersebut memberikan edukasi kepada pasien sebelum
pasien memutuskan penolakan atas tindakan kedokteran
3. Informasi yang disampaikan oleh dokter adalah :
a. Alasan mengapa / tujuan dan respek keberhasilan tindakan
medik harus dilakukan
b. Tata cara tindakan yang akan dilakukan
c. Akibat jika tidak dilakukan tindakan
d. Resiko dan komplikasi yang kemungkinan akan terjadi
e. Penyulit yang mungkin terjadi sebelum tindakan akan
dilakukan atau pada saat operasi maupun segala akibat
pasca
f. Prognosis penyakit jika tindakan medis dilakukan
g. Diagnosis
4. Memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya atau
mendapat pengulangan penjelasan dari dokter.
5. Jika pasien/keluarga telah mengerti atas penjelasan dokter,
maka dapat ditindaklanjuti dengan meminta persetujuan untuk
menandatangani lembar persetujuan.

39
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS / BEDAH
(INFORMED CONSENT)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.29/OK/IX/2018 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Prosedur
6. Jika pasien atau keluarga menolak atas persetujuan tindakan
medik, maka dokter harus memberikan penjelasan untuk
mengisi formulir penolakan tindakan medik.
7. Pasien/keluarga memberikan penolakan tertulis dengan
mengisi dan menandatangani formulir penolakan tindakan
medik.
8. Saksi harus ikut menandatangani formulir persetujuan
tindakan medik, saksi terdiri dari 2 (dua) orang, diantara salah
satu saksi adalah perawat.
9. Dokter harus ikut membubuhkan tandatangan diformulir
penolakan tindakan medik sebagai berikut bahwa telah
diberikan informasi dan penjelasan secukupnya.
10. Formulir penolakan tindakan medik harus sudah diisi dan
ditandatangani 24 jam sebelum tindakan medik dilakukan.
11. Formulir penolakan yang sudah diisi dan ditandatangani
diterima oleh perawat ruang rawat inap dan disimpan dalam
berkas rekam medik pasien.
Unit Terkait Instalasi rawat inap,
Kamar Operasi,
Instalasi rawat jalan,
IGD

40
PERENCANAAN ANESTESIA

No. Dokumen Revisi Halaman


00.30/OK/IX/2018 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu proses pemilihan dan perencanaan tekhnik anestesi dan


sedasi yang akan diberikan kepada pasien seusai dengan indikasi
atau kebutuhan pasien
Tujuan a. Untuk mengakomodir pasien secara optimal berdasarkan temuan
dari kunjungan pra anestesi
b. Dapat menjadikan alternatif pilihan kepada pasien terkait tekhnik
anestesi dan sedasi
c. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan tekhnik anestesi
d. Untuk terselenggaranya prosedur anestesia yang mengutamakan
keselamatan (patients safety) dan kenyamanan pasien
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. DPJP meninjau ulang temuan dari kunjungan pra-anestesia,


meliputi :
a. Status fisiologis
b. Penyakit penyerta
c. Riwayat operasi sebelumnya
d. Rencana operasi
e. Riwayat alergi obat
f. Riwayat anestesi sebelumnya
g. Kondisi psikologis
h. Pemeriksaan penunjang yang terkait
i. Hasil konsultasi terkait
j. Klasifikasi ASA
2. Dalam proses perencanaan dan pemilihan teknik anestesi,
DPJP harus mempertimbangkan :
a. Indikasi
b. Kontra indikasi
c. Resiko dan manfaat
d. Skill dan pengalaman DPJP
e. Clinical privilege yang dimiliki DPJP

41
PERENCANAAN ANESTESIA

No. Dokumen Revisi Halaman


00.30/OK/IX/2018 00 2/2

Prosedur 3. Setiap perencanaan tindakan anestesi harus merujuk pada


pedoman pelayanan medik
4. Bila ada tindakan yang belum terakomodir pada PPM,
tindakan dilakukan sebelum melalui konsultasi kepada peer
group
5. DPJP merencanakan tindakan anestesi dan sedasi beserta
alternatifnya yang akan dilakukan
6. DPJP menjelaskan mengenai rencana tindakan anestesi dan
sedasi beserta alternatifnya kepada pasien dan keluarga
7. Dalam melakukan perencanaan, DPJP mempertimbangkan :
a. Proses persiapan anestesi
b. Tindakan anestesi dan manajemen intra operatif
c. Kebutuhan alat khusus
d. Penegelolaan pasca anestesi
e. Tata kelola nyeri
f. Kebutuhan ruang rawat khusus
g. Hal lainnya yang dibutuhkan
8. Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam rekam
medis pasien dan status anestesi
Unit Terkait Kamar operasi
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi rawat inap
Kamar bersalin
Poliklinik

42
PERENCANAAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.31/OK/XI/2018 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 september 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu proses perencanaan yang meliputi rencana tehnik bedah,


kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat serta
rencana perawatan pasca bedah yang dibuat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
konsultasi disiplin terkait.
Tujuan A. Pemilihan prosedur bedah yang sesuai serta waktu yang
tepat
B. Melakukan pembedahan secara aman
C. Mengoptimalkan kondisi pasien
D. Mengoptimalkan proses pembedahan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih TorajaNo 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Untuk pembedahan elektif :


a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan konsultasi dengan unit terkait
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan
keputusan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
oleh DPJP bedah sesuai dengan tingkat kompetensi.
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi
rencana tehnik bedah, kebutuhan perawtan khusus bedah,
persiapan ruang rawat dan ICU serta rencana perawatan
pasca bedah selanjutnya
d. Pada asesment awal dipoli dokter bedah menentukan
urgensi pembedahan (cyto / urgent / elektif )
e. Pada pasien dengan pembedahan kedaruratan akan
dirujuk ke IGD RSUD Lakipadada
f. Pada perencanaan juga dipertimbangkan beberapa hal
seperti : pembedahan kasus sulit, perubahan atau
perluasan tindakan yang mungkin terjadi karena temuan
intra operatif, apakah pasien harus dirawat inap atau
rawat jalan, apakah pasien membutuhkan tindakan
anestesiadan perencanaan anestesia harus di catat dalam
rekam medis pasien

43
PERENCANAAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.31/OK/XI/2018 00 2/3

Prosedur
g. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan
perencanaan anestesia termasuk hasil penilaian awal
yang mendasari harus dikomunikasikan dan dilakukan
pemebrian edukasi pembedahan dan anestesia kepada
pasien dan keluarga oleh DPJP bedah dan Anestesiologi
dan terapi intensif
h. Bila semua hal di atas sudah diputuskan, maka dokter
bedah akan menjadwalkan operasi pasien dan
mendaftarkannya ke kamar operasi minimal 24 jam
sebelum tindakan operasi (sesuai dengan SPO
pendaftaran dan penjadwalan)
i. Setelah operasi terjaduwal, maka dilakukan pendaftaran
rawat inap dan atau ICU (apabila infatient) oleh dokter
bedah
j. Apabila ruang rawat tidak tersedia, mak dilakukan
pendaftaran dan penjadualan ulang baik kamar operasi
maupun ruang rawat inap. Pasien di informasikan bahwa
jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia
kemudian DPJP berkoordinasi dengan koordinasi
bangsal/ ruang untuk mengupayakan ketersediaan ruang
rawat
1) Bila ruangan tidak tersedia, maka akan dilakukan
pendaftaran dan penjadwalan operasi dengan pasien
tersebut, dengan perioritas untuk mendapatkan
ruang rawat yang tersedia.
2) Jadwal operasi kemudian menjadi 1 hari setelah
pasien mendapatkan ruang rawat inap.
k. Pada kasus urgensi DPJP langsung menghubungi
manajer on duty di rawat inap dan penanggungjawab
penjadwalan di kamar bedah
l. Bagi pasien rawat inap pemeriksaan dan persiapan pra
bedah dan pra anatesi serta toleransi operasi dapat
dilakukan di ruang rawat inap oleh dokter bedah,
anastesiologi, dan dokter lain yang bersangkutan ( sesuai
SPO persiapan pra bedah dan pra anastesia )
2. Untuk pembedahan gawat darurat:
a. Pasien masuk IGD atau dirujuk dari poli dengan
kedaruratan bedah akan diperiksa kembali secara
seksama meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, persiapan anatesia dan
konsusltasi dengan unit/DPJP terkait.

44
PERENCANAAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.31/OK/IX/2018 00 3/3

Prosedur
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan
keputusan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
oleh DPJP konsulen jaga bedah sesuai tingkat
kompetensinya
c. Pada asessment selanjutnya ditentukan apakah pasien
harus di rawat inap atau di rawat di ICU.
d. Seluruh proses penilaian hinggga perencanaan
pembedahan kedaruratan dilakukan sesuai urgensi pasien.
e. Setelah semua hal di atas sudah di putuskan, maka dokter
bedah akan menjadwalkan operasi pasien dan
mendaftarkannya kekamar bedah. Pasien ini mendapatkan
prioritas
f. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukannya
pendaftaran rawat inap dan/atau ICU oleh dokter bedah.
Pasien ini mendapatkan prioritas
g. Seluruh proses perencanaan pembedaan harus
dikomunikasikan dan dilakukan pemberiaan edukasi
pembedahan kepada pasien dan keluarga oleh DPJP
sesuai dengan kompetensinya
h. Seluruh proses perencanaan dan edukasi pembedahan
harus didokumentasikan didalam form terkait catatan
medik
Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat
Kamar operasi
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
Ruang Bersalin

45
SEDASI BERAT ATAU DALAM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.32/OK/IX/2018 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan yang dilakukan oleh dokter anestesi untuk membuat


pasien dalam kondisi depresi kesadaran dimana pasien tidak mudah
untuk dibangunkan tapi memberikan respon terhadap rangsang nyeri.
Pada keadaan ini pasien dapat terganggu kemampuan fungsi ventilasi.
Pasien membutuhkan asisten untuk mempertahankan jalan nafas dan
ventilasi spontan yang tidak adekuat.
Tujua Untuk memfasilitasi prosedur pemeriksaan dan tindakan yang
membutuhkan tingkat sedasi berat atau dalam.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Dilakukan kunjungan pra sedasi pada tindakan sedasi berat


atau dalam yang dilakukan oleh DPJP Anestesiologi atau
peserta didik Anestesiologi di ruang persiapanatau ruang
tindakan. Penilaian harus meliputi yaitu:
a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaanfisik,
danpersiapanpenunjang.
b. Evaluasi problem medisdanprosedur yang
akandilakukan.
c. Kontrol jalan nafas danoksigenasi.
d. Prediksi penyulit selama prosedursedasi berat atau
dalam.
2. Hasil kunjungan pra sedasi menjadi dasar untuk dilakukan
perencanaan tindakan sedasi.
3. Setiap perencanaan dan persiapan perlu koordinasi dengan
tim lain yang terkaitagar semua proses berjalan efektif dan
efisien.
4. Persiapan sedasi berat dan alat-alat anestesi yang siap pakai
harus mutlak tersedia. Perlengkapan anestesi yang harusada
dan dilakukandiantaranya:
a. Sumber oksigen baik portable maupun menetap dengan
cadangan yang cukup.
b. Alat-alat untuk ventilasi, oksigenasi, intubasi, dan
suction
c. Alat monitor
d. Obat-obatan baik obat sedasi maupun emergency.
e. Label obat.

46
f. Stetoskop.
g. Telepon.

SEDASI BERAT ATAU DALAM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.32/OK/IX/2018 00 2/2

Prosedur
h. Set untukinfus.
i. Defibrilator.
j. Tersedianya obat-obat antagonis untuk obat-obat
sedasi.
5. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur
yang akan dilakukan serta kelengkapan status pasien.
6. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik
Anestesiologi sebelum induksi prosedur sedasi bearat atau
dalam.
7. Premedikasi sesuai dengan kondisi pasien.
8. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi pasien,
tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resikodan
manfaat yang didapatkan
9. Monitoring intra prosedur sedasi dilakukan secara ketat.
Monitoring meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisi hemodinamik pasien
d. Suhu
e. VAS
10. Pengelolaan pasca sedasi harus dilakukan dengan baik meliputi
serah terima dengan penanggung jawab ruang pulih,
monitoring keadaanumum, tanda vital, menangani
komplikasi sedini mungkin.
11. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus
dikomunikasikan dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga
pasien.
12. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekam
medis pasien dan status anestesi serta ditandatangani oleh
DPJP dan peserta didik Anestesiologi.
13. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai
sebelum pasien meninggalkan ruang pulih.
Unit Terkait Kamar Operasi

47
SEDASI RINGAN
No. Dokumen Revisi Halaman
00.33/OK/IX/2018 00 1/1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan yang dilakukan oleh dokter pelaku sedasi ringan dengan
tujuan untuk mengurangi kecemasan dan pemberian obat secara oral
yang dapat menyebabkan stadium dimana pasien dapat berespon
secara normal terhadap perintah suara meskipun fungsi kognitif dan
koordinasi terganggu. Contoh obat: benzodiazepin, antihistamin,
anxiolitik dan narkotika.
Tujuan a. Untuk mengatasi kecemasan.
b. Untuk mengatasi insomnia.
c. Untuk mengatasi nyeri.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Tindakan sedasi ringan dapat dilakukan oleh dokter yang sudah
memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai teknik sedasi
yang aman. Sebelum dilakukan prosedur sedasi ringan,
dilakukan penilaian meliputi:
a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan persiapan
penunjang.
b. Evaluasi problem medis dan prosedur yang akan dilakukan.
2. Hasil penilaian pra sedasi digunakan sebagai perencanaan
tindakan dan regimen obat yang digunakan.
3. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi pasien,
tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan
manfaat yang didapatkan
4. Monitoring intra prosedur sedasiringan mutlak dilakukan.
Monitoring meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisi hemodinamik pasien
d. VAS
e. Efek samping yang terjadi.
5. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus
dikomunikasikan dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga
pasien.
6. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekam
medis pasien serta ditandatangani oleh DPJP pelaku sedasi ringan.
7. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai sebelum
pasien meninggalkan ruang pulih.
Unit Terkait Kamar Operasi

48
No. Dokumen Revisi Halaman
00.34/OK/IX/2018 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan yang dilakukan oleh dokter anestesi untuk membuat


pasien dalam kondisi depresi kesadaran minimal dimana pasien tetap
dapat mempertahankan refleks proteksi dan patensi jalan nafas dan
sadar kembali dengan rangsang suara menggunakan obat anestesi
golongan hipnotik sedatif, anxiolitik, benzodiazepin dan narkotika.
Tujuan Untuk memfasilitasi prosedur pemeriksaan dan tindakan yang
membutuhkan tingkat sedasi sedang.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit
Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Dilakukan kunjungan pra sedasi pada tindakan sedasi sedang


dilakukan oleh DPJP anestesiologi atau peserta didik anestesiologi
di ruang persiapanatau ruang tindakan. Penilaian harus meliputi
yaitu:

a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan persiapan


penunjang yang dianggap perlu saja.
b. Evaluasi problem medis dan prosedur yang akan dilakukan.
c. Airway control and oksigenasi.
d. Prediksi penyulit selama prosedur sedasi.
2. Hasil kunjungan pra sedasi menjadi dasar untuk dilakukan
perencanaan tindakan sedasi.
3. Setiap perencanaan dan persiapan perlu koordinasi dengan tim
lain yang terkait agar semua proses berjalan efektif dan efisien.
4. Persiapan sedasi dan alat-alat anestesi yang siap pakai harus mutlak
tersedia. Perlengkapan anestesi yang harus ada dan dilakukan
diantaranya:
a. Sumber oksigen baik portabel maupun menetap dengan
cadangan yang cukup.
b. Alat-alat untuk ventilasi, oksigenasi, intubasi, dan suction
c. Alat monitor
d. Obat-obatan baik obat sedasi maupun emergency.
e. Label obat.
f. Stetoskop.
g. Telepon.
h. Set untuk infus.
i. Defibrilator.

49
SEDASI SEDANG

No. Dokumen Revisi Halaman


00.34/OK/IX/2018 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Prosedur
5. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur
yang akan dilakukan serta kelengkapan status pasien.
6. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik
Anestesiologi sebelum induksi prosedur sedasi.
7. Pertimbangkan pemberian premedikasi sesuai dengan kondisi
pasien.
8. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi pasien,
tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan manfaat
yang didapatkan
9. Monitoring intra prosedur sedasi dilakukan secara ketat.
Monitoring meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisi hemodinamik pasien
d. Suhu
e. VAS
10. Pengelolaan pasca sedasi harus dilakukan dengan baik
meliputi serah terima dengan penanggung jawab ruang pulih,
monitoring keadaan umum, tanda vital, menangani komplikasi
sedini mungkin.
11. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus
dikomunikasikan dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga
pasien.
12. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekam medis
pasien dan status anestesi serta ditandatangani oleh DPJP dan
peserta didik anastesiologi.
13. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai
sebelum pasien meninggalkan ruang pulih.
Unit Terkait Kamar Operasi

50
SERAH TERIMA PASIEN PRA OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.35/OK/IX/2018 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL
Pengertian Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat
ruangan dan staf kamar operasi
Tujuan a. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh
petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi
bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan
pasien.
b. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi
tersebut
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi


2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur
yang berlaku.
3. Petugas ruangan mengisi formulir persiapan operasi.
4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien
termasuk Persetujuan tindakan pembedahan dan persetujuan
tindakan anestesi untuk dibawa bersama pasien ke ruang
operasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang
meliputi: nama, tanggal lahir, no. RM, pada pergelangan
tangan kanan pasien atau bila tidak memungkinkan pada
pergelangan tangan kiri, atau pergelangan kaki kanan, atau
kiri, atau leher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang
operasi misalnya : persediaan obat-obatan atau persediaan
darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan
dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada
panggilan dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar
operasi dengan memakai brankard yang dipakai ruangan.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang tunggu.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai status pasien
serah terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan

51
petugas kamar operasi dalam status pasien.

SERAH TERIMA PASIEN PRA OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.35/OK/IX/2018 00 2/2

Prosedur
10. Petugas kamar operasi menyapa pasien dan memberi
keadaan senyaman mungkin
11. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan status
pasien, kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan
umum pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang
lainnya seperti obat-obatan dan persediaan darah.
12. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi
berlangsung dicatat dalam status pasien oleh asisten operasi /
perawat sirkuler.
13. Setelah operasi selesai, perawat sirkuler menyiapkan
catatan medik pasien.
14. Pasien dikeluarkan dari kamar operasi dengan brankard
menuju Recovery Room.
Unit Terkait Kamar Operasi
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
IGD

52
STERILISASI AUTOCLAVE UAP VERTICAL PRESURE
STEAM STERILIZER (MODEL MEDICON LS-B 100)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.36/OK/IX/2018 00 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Yang dimaksud dengan sterilisasi outoclave uap adalah suatu


alat sterilisasi yang berkapasitas besar
Tujuan Agar semua alat operasi dan gaun operasi dapat disterilkan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Isi air sampai ≥ 15 liter ( sensor air tertutup dengan air )
2. Isi chamber dengan bahan yang akan disterilkan
3. Tutup chamber dengan rapat dan tutup palve
4. Atur temperatur kontrol 134 º C
5. Atur timer 20 menit
6. Naikkan power ke posisi ON sambil memperhatikan lampu
indikator selama proses sterilisasi
7. Ketika alat telah steril, alarm akan berbunyi dan posisi
timer pada titik nol (0)
8. Turunkan handle ke posisi OFF
9. Buka palve sampai tekanan pada chamber tidak ada
10. Buka penutup chamber dan biarkan instrumen sampai
dingin
11. Angkat instrumen dan keluarkan dari chamber dengan
tahnik aseptik
12. Tutup chamber dan rapikan alat
Unit Terkait Kamar operasi

53
STERILISASI AUTOCLAVE UAP VERTICAL PRESSURE
STEAM STERILIZER (MODEL REXMED RAU-100 L II)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.37/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Yang dimaksud dengan sterilisasi outoclave uap adalah suatu


alat sterilisasi yang berkapasitas besar
Tujuan Agar semua alat operasi dan gaun operasi dapat disterilkan
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Isi air sampai ≥ 15 liter ( sensor air tertutup dengan air )
2. Isi chamber dengan bahan yang akan disterilkan
3. Tutup chamber dengan rapat dan tutup palve
4. Atur temperatur kontrol 126 º C
5. Atur timer 20 menit
6. Naikkan power ke posisi ON sambil memperhatikan lampu
indikator selama proses sterilisasi
7. Ketika alat telah steril, alarm akan berbunyi dan posisi timer
pada titik nol (0) dan lampu indikator pada posisi END
8. Turunkan handle ke posisi OFF
9. Buka penutup chamber secara perlahan
10. Barkan instrumen sampai dingin
11. Angkat instrumen dan keluarkan dari chamber dengan tehnik
aseptik
12. Tutup chamber dan rapikan alat
Unit Terkait Kamar operasi

54
ASEPSIS DAN ANTISEPSIS PEMBEDAHAN
No. Dokumen Revisi Halaman
00.38/OK/IX/2018 00 1/1
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Suatu upaya kombinasi untuk mencegah masuknya


mikroorganisme ke dalam tubuh pasien dengan melakukan
tindakan di permukaan tubuh
Tujuan Mencegah terjadinya infeksi nosocomial
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur PERSIAPAN
1. Dressing bowl (kom kecil) 1 buah
2. Spor gestik (pemegang kasa ) 1 buah
3. Kasa steril
4. Antiseptic : betadine solution
5. Perlengkapan dreping
 Doek kesil
 Doek besar
 Doek lubang
 Doek klem
PELAKSANAAN
1. Jepit kasa dengan penjepit kasa
2. Celupkan kasa pada antiseptic yang digunakan
3. Gosok daerah operasi dengan antiseptic dari tengah pusat
melingkar kearah luar pada daerah operasi dan lakukan
sebaliknya pada daerah operasi kotor
4. Khusus untuk daerah abdomen setelah melingkar keluar
terakhir dari daerah imbilikal dengan desinfektan baru
5. Luasnya daerah pencucian adalah satu region tergantung
dari kebijaksanaan operator bedah
6. Persempit daerah operasi dengan memasang doek steril
sesuai dengan kebutuhan prosedur pembedahan
Unit Terkait Tim bedah

55
MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL DENGAN
TEKNIK TERBUKA

No. Dokumen Revisi Halaman


00.39/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Adalah suatu usaha mengurangi resiko kontaminasi dari tangan


dan mempertahankan areal operasi tetap steril dengan cara tangan
secara langsung bersentuhan dengan sarung tangan yang akan
dipakai
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai
sarung tangan yang baik dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita dan instrument
3. Mencegah infeksi nasokomial
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Perhatikan bagian kanan dan kiri sarung tangan yang telah
disiapkan
2. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri mengangkat lipatan
dalam sarung tangan bagian kanan
3. Tangan kanan dalam posisi terbuka, masukkan jari-jari
tangan kanan secara perlahan-lahan, lipatan pangkal sarung
tangan diubah
4. Empat jari tangan kanan (kecuali ibu jari) memegang
sarung tangan kiri bagian luar dan dengan perlahan-lahan
masukkan jari-jari tangan kiri
5. Betulkan posisi jari-jari tangan kanan dan kiri serta lipatan
pangkal kedua sarung tangan
6. Perhatikan selama pemakaian sarung tangan tidak boleh
menyentuh bagian luar dari sarung tangan
Unit Terkait Dokter, perawat, bagian pelayanan medis

56
MENGANTAR PASIEN KE KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.40/OK/IX/2018 00 ½
\

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Menyiapkan dan mengantar pasien yang akan dilakukan operasi


ke ruang operasi/OK
Tujuan Pasien segera dilakukan tindakan operasi sesuai jadwal
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Persiapan alat:


a. Tempat tidur pasien/blankar dengan selimut
b. Baju operasi
c. Status pasien lengkap dengan hasil pemeriksaan
penunjang
d. Lembar serah terima pasien pre dan post operasi
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan pasien dengan mengosongkan kandung
kemih. Untuk pasien yang bisa jalan dianjurkan untuk
BAK di kamar mandi. Memeriksa lembar serah terima
pasien pre dan post operasi dengan mengontrol :
1) Catatan Medik :
 Surat Ijin Operasi
 Observasi tanda-tanda vital sebelum pasien
diantar ke kamar bedah
 Pemeriksaan penunjang (lab, radiology, EKG,
dll)
2) Pasien
 Daerah pembedahan sudah dicukur atau belum
 Perhiasan sudah dilepas/belum, barang berharga
diserahkan kepada pasien/keluarga pasien
 Bila memakai rambut palsu, Tanya apakah akan
dilepas di ruangan atau di ruang operasi, melepas
gigi palsu kalau ada
 Pasien tetap puasa

57
MENGANTAR PASIEN KE KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.40/OK/IX/2018 00 2/2

Prosedur
3) Lain-lain
 Darah yang dibutuhkan sesuai pesanan
 Gurita, underpad dan pampers bila perlu
c. Mengisi lembar serah terima pasien pre dan post
operasi
d. Merapikan pasien
e. Memberi kesempatan pada keluarga untuk berdoa lebih
dahulu
f. Mengantar pasien ke ruang operasi dengan membawa
status pasien, hasil pemeriksaan penunjang dan darah bila
ada.
g. Serah terima dengan petugas OK dengan lengkap dan
benar
Unit Terkait 1. Ruang rawat inap
2. Ruang rawat jalan (Poliklinik dan UGD)
3. Ruang Operasi/OK
4. Kamar Bersalin

58
PEMINDAHAN PASIEN KE RUANG PULIH PASCA
ANESTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.41/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Memindahkan pasien setelah anestesi ke ruang pemulihan.


Tujuan Mengawasi proses pemindahan pasien ke ruang pemulihan
berjalan baik tanpa komplikasi terutama pada respirasi dan
vaskuler.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemindahan pasien dari


kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi :
1. Letak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali
pasien pasca operatif dipindahkan. Banyak luka ditutup
dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya
dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut.
2. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi
yang menyumbat drain dan selang drainase.
3. Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien
digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi
litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi
terlentang.
4. Pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat.
Memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat
menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga.
5. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat
tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairan
lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering
untuk menghindari kontaminasi.
6. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti
dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail
harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury dan untuk
mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien.
Unit Terkait  Kamar operasi
 Unit perawatan

59
PENGELOLAAN DAN
PELAYANAN KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.42/OK/IX/2018 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Prosedur yang mengatur pengelolaan dan pelayanan kamar


operasi agar dapat berjalan dengan lancar dan baik sehingga pasien-
pasien yang akan dilakukan operasi mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tepat, cepat dan bermutu.
Tujuan Agar semua pelayanan kamar operasi berjalan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan dan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Semua pasien yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan


identitas, nama dokter, pemastian teknik serta lokasi operasi dan
mengisi ijin operasi.
2. Apabila terjadi kecelakaan atau kegagalan operasi atau
prosedur lainnya maka kepala kamar bedah akan melaporkannya
kepada yang berwenang.
3. Pelayanan kamar operasi disiapkan 24 jam per hari dengan
ketentuan sebagai berikut pelayanan rutin jam 07.00 -14.00 dan
stand by on call 14.00-07.00.
4. Pen jadwalan operasi dilakukan oleh dokter yang bersangkutan
dan kepala ruangan dengan menghubungi kepala ruangan
kamar bedah.
5. Pelayanan kamar operasi bagi pasien-pasien dengan infeksi
dilakukan penanganan dan prosedur khusus untuk mencegah
terjadinya nosokomial infeksi.
6. Bila terjadi ketidaksesuaian penghitungan kasa atau instrumen
dalam proses operasi maka akan ditangani dengan prosedur
yang telah ditentukan.
7. Semua tindakan operasi yang telah dilakukan akan dibuat
laporan operasi oleh Dokter bedah dan Dokter Anestesi.
Unit Terkait

60
PENOLAKAN RESUSITASI / DNR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.43/OK/IX/2018 00 1/4

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL
Pengertian Penolakan dari pasien terhadap tindakan resusitasi yang akan
dilakukan terhadap dirinya. Penolakan diberikan setelah pasien
tersebut diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang
diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan
tindakan yang akan dilakukan. Penjelasan dilakukan oleh dokter
yang akan melakukan tindakan atau dokter yang mendapat delegasi
dari dokter yang melakukan akan tindakan
Tujuan 1. Bagi pasien adalah untuk menentukan sikap atas tindakan
medis yang mengandung risiko atau akibat yang bakal tidak
menyenangkan pasien
2. Bagi dokter adalah sebagai sarana untuk memperoleh
legitimasi (pengesahan) atas tindakan medis yang akan
dilakukan
3. Terciptanya suatu hubungan hukum antara dokter dengan
pasien
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur  Setiap pasien yang kemungkinan akan memasuki masa


kritis (sesuai assesmen masa kritis) dan kemungkinan akan
dilakukan tindakan resusitasi, harus dilakukan Informed Consent
tertulis terlebih dahulu
 Yang berkewajiban memberikan dan menjelaskan Informed
Consent tertulis adalah dokter atau dokter yang memperoleh
pendelegasian dari dokter yang akan mengerjakan tindakan
A. Pemberi Informasi adalah :
1. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaaan
tindakan untuk memastikan bahwa penolakan tindakan
resusitasi tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter
dapat mendelegasikan proses pemberian informasi atau
penerimaan penolakan, namun tanggungjawab tetap berada
pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan bahwa
penolakan diperoleh secara benar dan layak

61
PENOLAKAN RESUSITASI / DNR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.43/OK/ IX/2018 00 2/4

Prosedur 2. Jika dokter akan memberikan informasi dan menerima


penolakan pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut
harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab secara penuh
pertanyaan apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan
tindakan yang akan dilakukan terhadapnya, untuk
memastikan bahwa penolakan tersebut dibuat secara benar
dan layak.
B. Penerima Informasi dan Pemberi Persetujuan
1. Penolakan diberikan oleh individu yang kompeten.
2. Dari segi usia, seseorang dianggap kompeten apabila berusia
18 tahun keatas atau telah pernah menikah. Berdasarkan
KUH Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun atau
lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa
dan oleh karenanya dapat memberikan penolakan.
C. Kompetensi Pasien dan/atau Keluarga yang
menandatangani Informed Concent.
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan penolakan
apabila:
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan
kepadanya dengan cara yang jelas, menggunakan bahasa
yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut
untuk waktu yang cukup lama dan mampu menganalisisnya
dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara
bebas.
4. Terhadap pasien yang mempunyai kesulitan dalam
menahan informasi atau yang kompetensinya hilang
timbul (intermiten), harus diberikan semua bantuan yang
pasien perlukan untuk mencapai pilihan/keputusan yang
terinformasi.
5. Dokumentasikan semua keputusan yang pasien buat saat
pasien kompeten, termasuk diskusi yang terjadi. Setelah
beberapa waktu, saat pasien kompeten lagi. Keputusan
tersebut harus didiskusikan lagi dengan pasien untuk
memastikan keputusannya konsisten.

62
PENOLAKAN RESUSITASI / DNR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.43/OK/ IX/2018 00 3/4

Prosedur D. Penolakan Pada Individu Yang Tidak Kompeten


1. Keluarga terdekat atau pengampu pasien, dapat
memberikan penolakan tindakan kedokteran bagi orang
dewasa lain yang tidak kompeten. Yang diamaksud keluarga
terdekat adalah:
 Suami/istri
 Orang tua yang sah
 Anak yang kompeten (lihat keterangan umur dan
kompetensi diatas)
 Saudara kandung yang kompeten (lihat keterangan umur
dan kompetensi diatas)
2. Didalam hal tidak ada kesepakatan didalam keluarga,
maka dianjurkan agar dokter mempersilahkan keluarga
untuk bermufakat dan hanya menerima keputusan penolakan
yang sudah disepakati bersama.
3. Dokter dan RS Sinar Kasih Toraja tidak dibebani
kewajiban untuk membuktikan hubungan kekeluargaan
pembuat penolakan dengan pasien, demikian pula penentuan
mana yang lebih sah mewakili pasien dalam hal terdapat
lebih dari satu istri atau suami atau anak. Dokter dan RS
Sinar Kasih Torajaberhak memeroleh pernyataan yang benar
dari pasien atau keluarganya.
Dalam hal ini, pada isian tentang hubungan dengan pasien,
haruslah ditulis: “…menurut pengakuan yang bersangkutan
adalah…….pasien…”
4. Pada pasien yang tidak mau menerima informasi, perlu
dimintakan siapa yang ditunjuk oleh pasien tersebut sebagai
wakil dalam menerima informasi dan membuat keputusan
apabila pasien menghendakinya demikian, misalnya wali atau
keluarga terdekatnya. Demikian pula pada pasien yang tidak
mau menandatangani formulir penolakan, padahal ia tidak
menghendaki tindakan tersebut dilakukan.
5. Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi
keadaan gawat darurat medis, sedangkan yang sah
mewakilinya untuk memberikan penolakan tidak ditemukan,
maka Dokter dan RS Sinar Kasih Toraja dapat melakukan
tindakan kedokteran demi kepentingan terbaik pasien. Dalam
hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian.

63
PENOLAKAN TINDAKAN ATAU
PENGOBATAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.44/OK/IX/2018 00 2/2

Prosedur a. Bila pasien tetap meolak diberikan pengobatan


setelah dijelaskan kembali tentang tujuan
pengobatan serta risiko bila pengobatan tidak
dilaksanakan maka perawat wajib
mendokumentasikan pada catatan perawatan
dan melaporkan kepada dokter yang
memberikan instruksi pengobatan tersebut.

1. Dokter atau Tim Medis


a. Memberikan informasi tentang tindakan atau
pengobatan yang akan dilakukan bisa
didelegasikan tetapi tanggung jawab tetap ada
pada dokter pemberi delegasi.
b. Dokter memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan kepada
pasien yaitu :
 Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
 Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
 Alternatif tindakan lain dan resikonya.
 Prognosis terhadap tindkan yang dilakukan.
c. Dokter mengecek kembali informasi kepada
pasien ,apakah pasien telah mengerti tentang
informasi yang diberikan.
d. Bila pasien tetap menolak diberikan
pengobatan setelah dijelaskan kembali tentang
tujuan pengobtan serta risiko bila pengobatan
tidak dilaksanakan maka perawat wajib
mendokumentasikan pada catatan perawatan
dan melaporkan kepada dokter yang
memberikan instruksi pengobatan tersebut.
Unit Terkait Semua Bagian dan Instalasi

64
PRE MEDIKASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.45/OK/IX/2018 0 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Adalah pemberianobat-obatan sebelum dilakukan induksi


anestesi.
Tujuan 1. Untuk memberi ketenangan dan kenyamanan kepada pasien.
2. Untuk mengurangi dosis obat-obatan anestesi.
Kebijakan SK Direktur RS Sinar Kasih Toraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur Penata Anestesi atau Residen Anestesi atau Dokter Spesialis


Anestesi.
Obat yang bisa diberikan :
Jenisobat Dosis (mg/Kg BB) Maksimumdosis (mg)
Midazolam 0,1 – 0,2 10
DHBP 0,1 – 0,2 5
Fentanyl 0,001 – 0,002 0,05
Morfin 0,1 5
Petidin 1 50
Valium 0,1 – 0,2 10
Sulfas Atropin 0,01 – 0,02 0,5
Cara pemberian :

1. Bila diberikan intravena, dapat diberikan 5 – 15 menit sebelum


induksi.
2. Bila diberikan intramuskuler, dapat diberikan 30 – 45 menit
sebelum induksi.
3. Pemberian dapat dikombinasikan 2 atau 3 macam obat, misalnya
Petidin + Morfin + DHBP + Sulfas Atropin.
Unit Terkait Kamar Operasi

65
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERMINTAAN DARAH KASUS EMERGENSI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.46/OK/IX/2018 00 1/1
R
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR 22 September 2018
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan untuk memperoleh dan memenuhi kebutuhan darah


atau komponen darah pada pasien kasus emergensi.
Tujuan Terpenuhi kebutuhan darah atau komponen darah pada pasien
kasus emergensi
Kebijakan SK Direktur RS Sinar KasihToraja No 008/SK-RSSKT/IX/18
tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur Rumah
Sakit Sinar Kasih Toraja.

Prosedur 1. Memasang kanul IV, ambil sampel darah untuk uji


kecocokan
2. Pasang infus IV dengan cairan normal salin menggunankan
tranfusi set.
3. Memberi label sampel darah dengan jelas dan melengkapi
blangko permintaan darah. Jika identitas pasien belum
jelas gunakan nomor rekam medis emergensi. Nama pasien
digunakan jika petugas ruangan yakin informasi pasien
telah benar.
4. Petugas ruangan mengkomunikasikan melalui telepon
kepada petugas BDRS mengenai kebutuhan darah segera
dan menjelaskan kasus pasien jika diperlukan.
5. Petugas ruangan memberitahu petugas BDRS dimana
pasien dirawat.
6. Petugas ruangan/keluarga membawa sampel darah dan
blangko permintaan ke BDRS/PMI
Unit Terkait Semua Unit Pelayanan RS Bermutu

66
67

Anda mungkin juga menyukai