Anda di halaman 1dari 120

DOKUMENTASI PERAWATAN PASCA BEDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


00.01/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRA SULTRS/IX/2023

TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Proses dokumentasi yang dilakukan pada pasien pasca bedah, saat
diruang pulih dan saat pasien keluar dari ruang pulih (pasien pulang atau
perawatan lanjutan di ruang rawat)
Tujuan a. Mengetahui dan mendokumentasikan kondisi umum pasien pasca
bedah pada status anestesi dan bedah
b. Melaksanakan prosedur patient safety pasca bedah (sign out)
c. Mengoptimalkan kondisi pasien selama di ruang pulih dan sesaat
sebelum pasien pulang atau perawatan lanjutan ke ruangan rawat
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI
SULTRA Nomor:1403/A/SK/RS.PMI.SULTRA/IX/2023 tentang
Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Setelah selesai pembedahan, perawat melakukan proses sign out
dikamar bedah
2. Dokter bedah menulis laporan hasil pembedahan dan instruksi pasca
bedah untuk tatalaksana lebih lanjut
3. Selama di ruang pulih perawat melakukan dokumentasi pada form
catatan perawatan pasca bedah yang terdiri dari : manajemen nyeri,
aspek anestesi dan aspek bedah
4. Selama masa pemulihan dokter anestesi melakukan
pendokumentasian pada status anestesia selama di ruang pulih
5. DPJP anestesiologi melakukan penilaian kondisi medis pasien,
untuk menentukan pasien pulang atau rawat lanjutan di ruang rawat
inap
6. Pasien pasca bedah rawat jalan akan diperbolehkan pulang dan
diberi catatan berupa surat untuk kontrol pasca operasi
7. Kemudian dilakukan serah terima pasien, dari perawat kamar bedah
kepada perawat ruang rawat inap
Unit Terkait Kamar operasi
Instalasi gawat darurat
Ruang rawat inap
ICU
EDUKASI BEDAH PASIEN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.02/SPO/RS.PMI 02 ½
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Membantu pasien untuk memahami dan menyiapkan mental untuk


pembedahan dan penyembuhan post operasi.
Tujuan Mengurangi kecemasan pre operasi dan memberikan pemahaman tentang
perawatan post operasi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI
SULTRA Nomor:1404/A/SK/RS.PMI.SULTRA/IX/2023 tentang
Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tanggal, waktu dan
lokasi pembedahan.
2. Berikan informasi kepada pasien dan orang terdekat berapa lama
operasi akan dijalani.
3. Kaji pengalaman pembedahan terdahulu dan tingkat pengetahuan klien
terkait dengan pembedahan.
4. Kaji kecemasan pasien/keluarga terkait dengan pembedahan.
5. Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian.
6. Gambarkan rutinitas yang dilakukan sebelum operasi(anastesi, diet,
dll).
7. Jelaskan medikasi praoperatif efek yang akan terjadi dan rasionalisasi
penggunaan.
8. Berikan informasi kepada orang terdekat tentang tempat menunggu
hasil pembedahan dengan tepat.
9. Berikan informasi tentang apa yang akan didengar, dirasa, dicium dan
dilihat selama kejadian.
10. Diskusikan manajemen nyeri yang mungkin dilakukan.
11. Jelaskan tujuan pengkajian postoperatif.
12. Berikan penjelasan tentang rutinitas post operatif/peralatan yang
mungkin digunakan(penggantianbalutan, pengobatan, dll) dan berikan
penjelasan tentang tujuan masing-masing.
13. Berikan penjelasan kepada pasien teknik mengubah posisi ditempat
tidur dengan tepat.
14. Evaluasi kemampuan pasien untuk mendemonstrasikan cara mengubah
posisi dengan tepat.
1. Berikan penjelasan kepada pasien cara menggunakan insentif
spirometri.
2. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan kemampuan
menggunakan insentif spirometri dengan tepat.
3. Berikan penjelasan kepada pasien cara menekan daerah pembedahan,
batuk efektif dan nafas dalam.
4. Evaluasi kemampuan pasien dalam mendemontrasikan kemampuan
menekan daerah pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam dengan
tepat.
5. Berikan penjelasan kepada pasien tentang teknik melatih kaki.
6. Evaluasi kemampuan pasien untuk mengulangi latihan kaki.
7. Tekankan pentingnya ambulasi dini dan perawatan pulmoner.
8. Berikan informasi tentang bagaimana mereka dapat membantu dalam
masa penyembuhan.
9. Dukung pemberian informasi oleh tenaga kesehatan lain dengan tepat.
10. Identifikasi harapan pasien setelah pembedahan.
11. Perbaiki harapan pasien yang tidak realistik.
12. Berikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan kembali peristiwa
yang akan terjadi.
13. Libatkan keluarga dan orang terdekat.

Unit terkai Kamar operasi


Instalasi rawat inap
INFORMED CONSENT

No. Dokumen Revisi Halaman


00.03/SPO/RS.PMI 02 2/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan medis yang tersebut,
maka pasien akan menandatangani lembar persetujuan tindakan
medis / bedah dan persetujuan tindakan pembiusan dan
diberitahukan kapan akan dilakukan Tindakan medis tersebut.
2. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang akan dijalani,
maka pasien akan menandatangani lembar penolakan tindakan
medis / bedah dan penolakan tindakan pembiusan.
3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis ditandatangani oleh
pasien atau keluarga yang bertanggungjawab, saksi, dan dokter
yang memberikan penjelasan diatas
4. Persetujuan/penolakan tindakan medis harus memuat identitas,
pasien serta identitas keluarga yang bertanggungjawab
5. Penjelasan tertulis serta lembar persetujuan atau lembar penolakan
tindakan medis dijadikan satu dan dimasukkan bersama dokumen
lain dalam rekam medis pasien
Unit Terkait Instalasi rawat inap
Kamar operasi
Instalasi gawat darurat
ICU
TEPAT OPERASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT PASIEN DI
KAMAR OPERASI
No. Dokumen Revisi Halaman
00.04/SPO/RS.PMI 02 1/3
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Adalah suatu proses kegiatan untuk memastikan benar operasi dengan
cara 5 tahap yaitu meliputi pengecekan persetujuan tindakan pembiusan
dan persetujuan tindakan medik / bedah (informed concent), penandaan
area operasi, identifikasi pasien, tindakan time out dan pengecekan data
pemerikasaan penunjang
Tujuan Mencegah terjadinya kesalahan operasi baik salah pasien, salah area, atau
prosedur tindakan yang akan dilakukan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1405/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Pengecekan surat ijin tindakan ( informed concent )
 Seluruh pasien yang akan dilakukan pembedahan harus ada
persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan medik /
bedah (informed concent),
 Pastikan persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan
medik / bedah ( informed concent ) telah diisi lengkap meliputi:
identitas pasien, nama tindakan / prosedur dan area operasi, tanda
tangan pasien / yang bertanggungjawab, dokter operator dan saksi
dan telah mendapat informasi lengkap tentang tindakan yang akan
dilakukan.
 Persetujuan tindakan pembiusan dan persetujuan tindakan medik /
bedah ( informed concent ), ditanda tangani oleh pasien sendiri (bila
umur pasien 21 tahun atau lebih, sadar dan kooperatif) atau oleh
orang yang bertanggung jawab dengan menyertakan foto copy
KTP.
2. Pengecekan identias pasien
 Pengecekan identitas pasien dilakukan oleh petugas OK dan
perawat ruangan di ruang penerimaan / transit pasien
 Setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan harus terpasang
gelang identias di pergelangan tangan yang dominan kecuali
merupakan area operasi

3. Time out operasi


 Segera sebelum memulai operasi seluruh anggota tim harus
mengadakan verifikasi akhir, yang biasa dilakukan ditempat
operasi akan dilakukan dan setelah pasien dianestesi
 Proses time out hendaknya diprakarasai oleh dokter bedah yang
akan melakukan tindakan
 Verifikasi akhir minimal meliputi: memastikan tepat pasien, tepat
area operasi, tepat prosedur tindakan , data foto rontgen, USG dan
danperalatan khusus yang akan dipakai
 Hasil proses time out harus didokumentasikan di dalam medical
record
Unit Terkait Kamar Operasi
KONSULTASI INTRA OPERATIF

No. Dokumen Revisi Halaman


00.05/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Proses konsultasi yang dilakukan pada saat operasi sedang berlangsung
didalam kamar operasi
Tujuan a. Memberikan pelayanan optimal dan terintegrasi selama pembedahan
b. Mempermudah komunikasi efektif didalam kamar bedah
c. Mengurangi morbiditas
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1406/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. DPJP bedah menginstruksikan secara lisan kepada tim bedah yang tidak
streil untuk instruksi konsultasi intra operatif
2. DPJP bedah melakukan konsultasi apa saja yang diperlukan atau ekxpertise
apa saja yang diharapkan dari konsultan
3. Tim bedah yang tidak steril menuliskan surat konsultasi dan menghubungi
DPJP konsultan yang dimaksud serta menyampaikan konsultasi DPJP
utama
4. Tim bedah yang tidak steril dapat menghubungi konsultas melalui telepon
5. Bila sudah terhubng DPJP yang akan konsul berbicara langsung dengan
konsultan yang dimaksud untuk meminta bantuan / konsultasi terhadap
masalah yang dihadapi selama operasi
6. Bentuk konsultasi dapat berupa konsultan datang ke kamar operasi atau
konsultan cukup memberika advice via telepon kepada DPJP bedah
7. Proses konsultasi dilakukan dengan mengisi form konsultasi yang
ditandatangani oleh tim bedah yang terlibat, apabila dalam kondisi
emergensi dapat didahului dengan konsultasi
8. Proses konsultasi dalam kamar bedah juga dapat dicatat dalam laporan
operasi
Unit Terkait Bagian / SMF terkait,
Kamar Operasi
ICU
Ruang rawat inap
LALU LINTAS KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.06/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Lalu lintas kamar operasi adalah suatu pengaturan alur masuk dan
keluarnya pasien, personil, peralatan steril dan kotor, sampah
terkontaminasi maupun tidak terkontaminasi sesuai dengan lingkungan
perioperative.
Tujuan Adanya keteraturan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1407/A/SK/RS.P
MI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Setiap pasien yang masuk kekamar operasi harus berpakaian
sesuai pakaian kamar operasi yang telah ditentukan, melewati
pintu penerimaan pasien dan keluar kamar operasi melalui pintu
yang berbeda
2. Setiap personil kamar operasi yang akan masuk kelingkungan
perioperative harus melalui pintu petugas yang telah ditentukan
dan beratribut lenkap menurut tata tertib masuk ruang operasi
dan keluar operasi melalui pintu yang sama.
3. Peralatan steril masuk melalui pintu yang langsung menuju
tempat penyimpanan barang steril
4. Sampah medis yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
dibedakan selanjutnya dikumpulkan pada tempat yang telah
ditentukan untuk dikirim oleh petugas keinsenator sampah
5. Peralatan medis yang telah dibersihkan di tempat pembersihan
sesuai protap pembersihan alat selanjutnya dilakukan
pembungkusan dan siap disterilkan
6. Selalu diperhatikan adanya perbedaan lalu lintas pasien,
personil, alat dan sampah.
Unit Terkait Semua petugas kamar operasi
LAPORAN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.07/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Laporan operasi pembedahan yang dibuat oleh dokter bedah atau dokter lain
yang terlibat dalam tindakan pembedahan.
Tujuan a. Tertib dokumentasi
b. Kepentingan aspek legal
c. Kesinambungan proses pelayanan
d. Untuk fasilitasi penelitian-penelitian retrospektif yang akan dilakukan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1408/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Setiap pelaku pembedahan membuat laporan pembedahan di tempat
tindakan dilakukan
2. Pada laporan pembedahan harus dicantumkan identitas pasien (nama,
umur, jenis kelamin) juga nomor rekam medis pasien sesuai kolom
tanggal, asisten operator, dokter
3. Diagnosis pra bedah dan pasca bedah harus dicatat dalam laporan
operasi
4. Harus pula dicatat area dilakukannya operasi, tanggal, jam mulai dan
jam selesai operasi dan lama pembiusan
5. Kemudian dicatat deskripsi tindakan pembedahan, lokasi pembedahan,
serta alat khusus yang digunakan pada operasi tersebut (implant / katup
/ mesh / ureter chateter dll).
6. Dicatat klasifikasi operasi berdasarkan urgensi (cito / urgent / elektif )
7. Dituliskan pula kategori operasi
8. Semua temuan pada pembedahan (hasil temuan intra bedah, komplikasi
yang terjadi, hasil pemeriksaan PA, hasil konsultasi intraoperatif) harus
tercatat di dalam laporan pembedahan
9. Jumlah perdarahan harus dicatat dalam laporan operasi
10. Kondisi terakhir sebelum pindah ke ruang recovery (RR)
11. Nama dokter dan asisten yang terlibat dalam tindakan pembedahan
harus tertulis dalam laporan operasi
12. Dokter yang bertanggung jawab harus menandatangani laporan operasi
Laporan operasi sudah selesai dan ditandatangani serta tersedia dalam
rekam medis pasien sebelum pasien meninggalkan ruang pulih

UNIT Kamar operasi


TERKAIT Ruang Recovery
ICU
Ruang rawat inap
Rawat jalan
MEMAKAI JAS OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.08/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Memakai jas operasi adalah memakai gaun operasi di kamar operasi menjamin
operasi dan mencegah transfer mikroorganisme selama pembedahan
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai jas secara baik
dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita
3. Mencegah infeksi nosokomial
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1409/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA.
Prosedur 1. Ambil jas steril tetap dalam posisi lipatan dengan memegang bagian dalam
jas
2. Pegang bagian atas jas atau leher jas dengan kedua tangan dan lepaskan
bagian bawah, hindari bersentuhan dengan area tidak steril
3. Cari kedua lubang lengan baju dan masukkan kedua lengan secara
bersamaan
4. Pertahankan posisi tangan dan tekukkan siku diatas pinggang
5. Sirkulator nurse mengikatkan gaun bagian belakang yang tidak steril
6. Instrumentator / scrub nurse mengikatkan gaun bagian steril
Unit Terkait Tim operasi dan tim bedah
MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL DENGAN TEKNIK
TERTUTUP DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.09/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Adalah suatu usaha mengurangi resiko kontaminasi dari tangan dan
mempertahankan areal operasi tetap steril dengan cara tangan tidak
bersentuhan langsung dengan sarung tangan yang akan dipakai
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai sarung tangan
dengan baik dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita dan instrument
3. Mencegah infeksi nosokomial
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1410/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Ambil sarung tangan dengan tangan tanpa bersentuhan langsung dengan
sarung tangan (tangan tetap berada dalam lengan jas)
2. Letakkan sarung tangan pada telapak tangan dengan posisi ujung sarung
tangan mengarah pada si pemakai
3. Pegang bagian pangkal dengan ibu jari dengan mempertemukan ibu jari
tangan dengan ibu jari sarung tangan
4. Tarik bagian pangkal kearah lengan dan masukkan jari-jari secara
bersamaan
5. Kencangkan posisi sarung tangan dengan menarik lengan baju
6. Lakukan pemakaian sarung tangan ini pada sisi tangan yang lain
7. Setelah kedua tangan memakai sarung tangan, aturlah sarung tangan pada
posisi yang nyaman
Unit Terkait Dokter, Perawat, Bagian Pelayanan Medis
MENYIAPKAN BAHAN PEMERIKSAAN SPECIMEN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.10/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Mengemas jaringan PA/specimen untuk pemeriksaan kelaboratorium


Tujuan - Bahan pemeriksaan sampai kelaboratorium dalam keadaan baik
- Tepatpasien/ tidak tertukar
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1411/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur PersiapanAlatdanBahan :
1. Label identitaspasien
2. Lembar/formulir pemeriksaan specimen
3. Tempat/wadah untuk mengemas specimen
4. Formalincair10%
5. APD(sarungtangan,masker,pelindungmata /
wajah,gaun,sepatuboot)
6. Bukuekspedisi

Pelaksanaan:
1. Ambilp lastik(sesuaidengan ukuranspecimen).
2. Isi plastic dengan formalin cair10% sampai specimen terendam.
3. Masukkan specimen kedalam plastic yang sudah terisi dengan
formalin cair10%.
4. Isi lembar/formulir pemeriksaan specimen dengan lengkap sesuai
identitas pasien.
5. Beri label pada specimen sesuai dengan identitas pasien.
6. Tunjukkan kepada pasien/keluarga pasien, specimen yang akan di
periksakan.
7. Catat bahan specimen dalam buku ekspedisi.
8. Bawa specimen dengan menggunakan kotak specimen ke Instalasi
laboratorium
9. Lakukan serah terima specimen dengan menandatangani buku ekspedisi
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi
PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.11/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASIONAL

Pengertian Tata cara pelaksanaan operasi pasien oleh staf kamar operasi.
Tujuan Pelaksanaan tindakan operasi dilakukan sesuai prosedur.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:14012/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Petugas operasi mempersiapkan peralatan, bahan, dan obat-obatan
yang diperlukan untuk operasi sesuai persiapan alat bedahterkait.
2. Petugas anastesi mempersiapkan peralatan dan obat-obatan anastesi
serta melakukan tindakan anesthesia yang diperlukan sesuai persiapan
alat anastesiterkait.
3. Perawat sirkulasi menerima rekam medis dan data administrasi lisan
dan tulisan dari petugas pengantar pasien dan memasang foto rontgen (
jika ada )pada lampu baca dimasing-masing ruang operasi.
4. Petugas kamar operasi melakukan tindakan cuci tangan
pembedahansesuai SPO yang terkait.
5. Petugas operasi melakukan verivikasi pre operastif sesuai SPO yang
terkait.
6. Dokter operator dan petugas operasi melakukan tindakan operasi
sesuai indikasi.
7. Bila diambil jaringan atau cairan tubuh pasien untuk pemeriksaan
laboratorium / PA, wadah diberi identitas pasien meliputi nama, umur,
no.RM, tanggal pengambilan dan disertai berita acara serah terima
specimen sesuai SPO pemeriksaan specimen.
8. Setelah operasi selesai DPJPmembuat laporan operasi, petugas
anastesi membuat laporan anastesi, dan perawat sirkulasi mendata
alkes dan obat-obatan habis pakai serta mengumpulkan ketiga
dokumen tersebut dalam rekam medis pasien.
9. Pasien dipersiapkan untuk menjalani observasi dan perawatan di ruang
pemulihan.
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi
PELAPORAN PASIEN OPERASI EMERGENSI / ELEKTIF

No. Dokumen Revisi Halaman


00.12/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Tata cara pelaporan pasien operasi emergensi/elektif adalah posedur


pelaporan pelayanan operasi baik emergensi /elektifyangdilakukandi Rumah
Sakit pada Dokter penanggung jawab anestesi.
Tujuan a. Agar ada koordinansi antara Instalasi Kamar Operasi, dokter Operator,
dokter Anestesi.
b. Ada kepastian waktu pelayanan operasi bagi pasien.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1413/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Setiap pasienyang akan dilakukan operasi baik emergensi/ elektif harus
dilaporkan kepada Dokter penanggung jawab anestesi.
2. Dokter penanggung jawab anestesi yang akan mengatur tenaga
operasional anestesi.
3. Waktu untuk operasi elektif dimulai pukul08.00s/d14.00dan dilaksanakan
pada hari kerja senin – sabtu.
4. Bila adaoperasi yang sifatnya Emergensi sesudah pkl 14.00pada hari
senin–sabtu,dan hari besar/ libur tetap dilaporkan kepada Dokter
penanggung jawab anestesi untuk diatur tenaga operasionalnya
5. Yang bertanggung jawab melaporkan kepada Dokter penanggung
jawab anestesi adalah perawat ruang pantau perawat IGD yang bertugas
saat itu.
Unit Terkait Instalasi KamarOperasi.
IGD.
Instalasi Rawat Jalan.
Instalasi Rawat Inap.
ICU
PELAYANAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.13/SPO/RS.PMI 02 3/3
SULTRS/IX/2023

RS.PMI SULTRA
Prosedur a. Pada hari operasi,pasien dari instalasi rawat inap akan diantar
kekamar operasiolehpetugasruangansatu jam sebelum jadwal
operasi, dan pasien dari instalasi rawat jalan akan langsung
kekamar operasi dengan memperlihatkan pengantar dari DPJP
bedah.
b. Pada saat tiba di kamar operasi akan dilakukan pengecekan
berkas dan persiapan pembedahan pasien oleh petugas ruangan
dengan petugas kamar operasi.
c. Sesaat sebelum induksi pasien, dilakukan sign in yang meliputi
pengecekan identitas, sisioperasi, informed content dan prosedur
yang akan dilakukan oleh anestesi, petugas kamar operasi atau
dokter bedah.
d. Sesaat sebelum insisi akan dilakukan Time out yang meliputi
pengecekan identitas pasien, sisioperasi, proseduroperasi,
persiapanalat yang akan di gunakan dll,
e. Sesaat sebelum operasi selesei atau area operasi akan ditutup
akan dilakukan sign out yang meliputi: menyebutkan prosedur
operasi yang telah dilakukan, pengecekan kelengkapan alat yang
telahdigunakan, jumlahperdarahandanhal yang
perludiperhatikanpascaoperasi, dll
f. Semua proses sign in, time out dan sign in menggunakancheck
list keselamatanpasien yang telahdibuatberdasarkan standar
g. Setelah Pasien selesei operasi, akan dilakukan perawatan diruang
pulih, dan dari ruang pulihakan diputuskan perawatan
selanjutnya oleh dokter anestesi dan menggunakan criteria yang
telah diputuskan oleh Rumah sakit dan anestesi.
h. Pasien yang dirawat pasca pembedahan akan dirawat oleh DPJP
bedah, Anestesi dan bagian lain yang dibutuhkan untuk
perawatan pasien tersebut.
i. Pasien pasca bedah dapat dipulangkan oleh DPJP bedah
berdasarkan keilmuannya atau mengalihkan perawatan kebagian
lain jika dibutuhkan.
j. Sebelum pasien pulang DPJP bedah mejelaskan pada pasien dan
keluarga hal-hal yang perlu diperhatikan selama dirumah dan
kapan pasien datang kontrol.
k. Seluruh proses pembedahan harus dikomunikasikan dan
dilakukan pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan
keluarga oleh DPJP.
Unit Terkait Kamar Operasi
PEMANTAUAN ANESTESI LOKAL

No. Dokumen Revisi Halaman


00.14/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Pelayanan anestesi lokal adalah suatu tindakan pemberian layanan anastesi
yang bersifat lokal yang dapat dilakukan oleh dokter anestesiologi, tenaga
non anestesiologi seperti dokter umum maupun perawat sesuai
kompetensinya
Tujuan Dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan anastesi perlu adanya
standar prosedur operasional mengenai layanan anastesi lokal di RS Sinar
Kasih Toraja
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1414/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama pembedahan,
yaitu pengamatan tanda klinis (kualitatif) seperti pergerakan dada dan
auskultasi suara nafas
2. Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama pembedahan :
a. Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi desaturasi
dengan penerangan cahaya yang baik
b. Bila tersedia pemantuan oksimetri denyut (pulse oximetri)
3. Pemantauan adekuat tidaknya sirkulasi pasien :
a. Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung, bila
kemungkinan setiap 15 menit
b. Pemantauan EKG secara kontinyu bila diperlukan
4. Pemantauan suhu tubuh selama pembedahan. Bila diperlukan, sediakan
alat yang dapat memantau suhu tubuh pasien
5. Hasil pemantauan selama pembedahan dapat menjadi dasar untuk
pengelolaan pasca bedah seperti kembali ke kamar bedah, ditransfer ke
unit perawatan khusus atau pulang
6. Hasil pemantauan itu juga dapat menjadi panduan untuk tindakan
asuhan keperawatan, tindakan medis dan kebutuhan untuk pemeriksaan
diagnostik dan penunjang lainnya
7. Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis pasien, ceklis
asuhan keperawatan peri operatif dan form laporan operasi
8. Setiap perubahan selama pembedahan harus di informasikan pada
pasien atau keluarganya
Unit Terkait Kamar operasi
IGD
ICU
Ruang bersalin
Ruang rawat inap
PEMANTAUAN SELAMA ANASTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.15/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Tindakan pemantauan yang dilakukan personil anestesia selama tindakan


anestesia, baik anestesia umum, regional maupun monitored anesthesia care.
Tujuan a. Peningkatan kualitas pelayanan naestesia terhadap pasien.
b. Deteksi dini bila terjadi komplikasi dan penatalaksanaan segera bila terjadi
komplikasi atau perubahan yang biasanya terjadi cepat selama anestesia.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1415/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesia :
a. Pengamatan tanda klinis (kualitatif) seperti pergerakan dada,
obsevasi reservoir breathing bag, dan auskultasi suara nafas.
b. Bila tersedia ventilasi dapat dimonitor secara kualitatif dengan
pemantauan end tidal CO2.
c. Pada keadaan ventilasi dikendalikan dengan memakai mesi
anestesia, bila tersedia, hidupkan alarm untuk mendeteksi adanya
kebocoran sistem pernafasan.
d. Pasien dalam anestesia regional atau MAC, adekuat tidaknya
ventilasi diamati melalui tanda klinis kualitatif seperti yang telah
disebutkan terdahulu.
2. Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama anestesia :
a. Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi desaturasi
dengan penerangan cahaya yang baik.
b. Bila tersedia, pemantauan oksimetri denyut (pulse oximetri).
c. Selama anestesia umum dengan menggunakan mesin anestesi, bila
tersedia, gunakan oxygen analyzer untuk memantau konsentrasi
oksigen pada sistem pernafasan pasien dan hidupkan aliran low
oxygen saturation.
3. Pemantauan adekuat tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
a. Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung, bila
memungkinkan setiap 5 menit.
b. Pemantauan EKG secara kontinu mulai dari sebelum induksi
anestesia.
c. Setiap pasien mendapat anastesi,selain dari metode pemantauan
dengan perbedaan denyut nadi atau auskultasi bunyi jantung
4. Pemantauan suhu tubuh selama anestesia :
a. Bila perubahan suhu tubuh pasien diperlukan, atau diantisipasi akan
terjadi, suhu tubuh pasien sebaiknya dipantau selama anestesia.
b. Bila diperlukan, tersedia alat yang dapat memantau suhu tubuh
pasien.
5. Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis anestesia pasien.
Unit terkait Kamar oprasi
PEMBERIAN INFORMASI PASCA BEDAH

No. Dokumen Revisi Halaman


00.16/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Komunikasi yang dilakukan antara operator dengan pasien dan keluarga
mengenai prosedur tindakan dan temuan setelah pasien menjalani operasi
Tujuan a. Meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien
b. Memberikan informasi mengenai tindakan, alternatif tindakan dan temuan
intra operatif kepada pasien dan keluarga
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1416/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. DPJP yang berkompeten memberikan informasi secara lisan dan dicatat di
dalam rekam medik dan ditandatangani oleh dokter dan pasien atau
keluarga
2. Informasi yang diberikan berupa : jenis tindakan, alternatif tindakan, alat
kedokteran yang digunakan (seperti plate, screw, dll) temuan intra-operatif,
komplikasi dan hasil operasi
3. DPJP yang berkompeten menjelaskan tentang tindak lanjut pasca bedah
(seperti : tempat perawatan, terapi selanjutnya)
4. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
untuk perawatan pasca operasi di rumah
Unit Terkait Kamar operasi
ICU
Ruang rawat inap
PEMBUANGAN BENDA TAJAM DAN JARUM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.17/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASIONAL

Pengertian Benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau
runcing yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti : jarum
suntik, pisaubedah, blood lancet, pecahankaca, dan ampulobat
Tujuan Mencegah terjadinya resiko pajanan benda tajam terhadap petugas
kesehatan maupun petugas pengelola sampah
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1417/A/SK/RS.P
MI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Petugaskesehatan
 Gunakan wadah saat memberikan jarum suntik yang sudah
terbuka dan intrumen petugas kesehatan lain (misalnya : asisten
operasi memberikan pisau kepada dokter operator)
 Gunakan wadah saat membawa benda tajam bekas pakai
 Buang segera benda tajam yang sudah digunakan ke dalam
wadah pembuangan benda tajam yang sudah disiapkan
 Ganti wadah pembuangan jika sudah terisi 2/3 bagian
2. Cleaning service
 Pakai APD mulaidari apron, sepatu dan sarungtangan
 Tutup lubang di wadah pembuangan jarum menggunakan isolasi
/ lakbansebelum dibawa ketempat pembuangan sampah
 Masukkan wadah pembuangan jarum yang sudah di tutup
kedalam trolley pembuangan sampah
 Dorong trolley sampah ke tempat pembuangan sampah,
pastikan benda tajam tidak tercecer di jalan
 Letakkan wadah pembuanganke tempat pembuangan sampah
sementara
 Lepas APD mulaidari sarung tangan, sepatu, apron dan masker
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Petugas incinerator
 Gunakan APD mulai dari apron, masker, sepatu dan sarung
tangan
 Ambil wadah pembuangan jarum dan benda tajam dari meja

 Letakkan di dalam incinerator, pastikanbendatajamtidaktercecer di


lantai
 Bakarsampahsesuai SPO pengoperasionalan incinerator
 Lepas APD mulaidarisarungtangan, sepatu, apron kemudian masker
Cucitangandengan air mengalirdansabun

Unit Terkait Komite medis


Instalasi gawat darurat
Instalasi kamar operasi
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat intensif
Instalasi rawat inap
Instalasi laboratorium
Bagian pemeliaharaan sarana
Cleaning service
PEMERIKSAAN PENUNJANG

No. Dokumen Revisi Halaman


00.18/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASIONAL

Pengertian Suatu prosedur pemeriksaan penunjang yang diperlukan sebagai bagian


persiapan pra-bedah
Tujuan a. Untuk optimalisasi persiapan pasien pra-bedah
b. Mengetahui penyulit yang mungkin dihadapi
c. Mengurangi komplikasi yang terjadi selama dan pasca bedah
Kebijakan Surat keputusan Direktu RS.PMI SULTRA
Nomor:1418/A/SK/RS.PMI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan
Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Berdasarkan assessmentpra-bedah dan isian form pra-anastesia
serta dikaitkan dengan rencana pembedahan, dapat diketahui
kondisi medis, penyakit penyerta dan penyulit lain pada pasien
2. Kondisi medis, penyakit penyerta dan penyulit lain yang
didapatkan kemudia di cross checkdengan mengacu pada
panduan pemeriksaan laboratorium pasien pra-bedah
3. Pasien dan keluarga diinformasikan mengenai rencana
pemeriksaan penunjang termasuk tujuannya
4. Pemeriksaan penunjang yang diminta, ditandai sesuai dengan
kebutuhan pemeriksaan pada formulir permintaan dari
laboratorium departement patologi klinik
5. Rencana pemeriksaan penunjang yang akan dikirim, harus
dilakukan labelling indentitas pasien
6. Formulir kemudian dibawa oleh perawat kelaboratorium
7. Pada saat hasil pemeriksaan penunjang diterima, harus dilakukan
pengecekkan kembali labellingidentitas pasien, untuk
menghindari kesalahan identitas pasien
8. Semua hasil pemeriksaan penunjang yang didapat, harus
dievaluasi oleh DPJP
9. Bila diperlukan, hasil pemeriksaan penunjang pra-bedah
diinformasikan kepada pasien / keluarga
10. Semua hasil pemeriksaan penunjang dicatat dalam rekam medis
Unit Terkait Kamar operasi
PENGAWASAN SELAMA ANASTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.19/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan pada pasien selama dilakukan
tindakan Anestesi
Tujuan a. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital selama dilakukan tindakan
anestesi.
b. Menilai dan mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang terjadi
selama anestesi.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1419/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Melengkapi identitas pada lembar monitoring anestesi intra operasi.
2. Memasang alat-alat monitor pada pasien.
3. Mengecek semua peralatan dan obat-obatan yang akan dipakai.
4. Mencatat tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, Saturasi Oksigen) setiap 3
(tiga) menit atau mulai dari premedikasi, induksi, selama operasi
sampai selesai operasi.
5. Menghitung jumlah cairan yang masuk dan keluar
6. Menghitung jumlah perdarahan
7. Memprediksi kemungkinan komplikasi yang bias muncul pasca
operasi.
8. Menyimpan lembar pencatatan atau monitoring dalam rekam medic
pasien.
Unit Terkait Kamar Operasi
PENGEMASAN, PEMASANGAN INDIKATOR KIMIA EXTERNAL
DAN INTERNAL SERTA LABELLING

No. Dokumen Revisi Halaman


00.20/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Suatu tindakan pembungkusan dan pemasangan label indikator kimia external
dan internal (steam) serta labelling pada alat yang akan di sterilkan
Tujuan a. Alat / instrumen telah siap untuk di sterilkan
b. Untuk mengetahui alat telah masuk kategori steril atau tidak
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1420/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Alat / instrumen yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan, di set sesuai
aturan dan di cek kelengkapan dan keadaan instrument tersebut
2. Masukkan indikator steril internal ke dalam alat / instrument
kemudiandibungkus dengan linen dan atau di masukkan dalam pouches
3. Pada indikator steril internal ditulis tanggal disterilkan. Masa berlaku
untuk pouches adalah 3 bulan sejak disterilkan
4. Alat / instrumen siap untuk disterilkan
Unit Terkait CSSD
PENGGUNAAN ALAS KAKI DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.21/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Spesifikasi alas kaki (sepatu/sandal) dan penyimpanannya di lingkungan kamar


operasi
Tujuan a. Agar petugas memakai alas kaki (sepatu/sandal) yang telah disiapkan untuk
area semipublic dan area steril
b. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1421/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Pada masing-masing area lingkungan kamar operasi menggunakan alas kaki
yang berbeda
2. Setiap memasuki area berbeda, petugas wajib mengganti alas kaki dengan
alas kaki khusus untuk area tersebut
3. Alas kaki disimpan di tempat yang telah ditentukan
Unit Terkait 1. Petugas kamar operasi
2. Keluarga pasien
PENGGUNAAN ALAT MONITOR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.22/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit Ditetapkan Direktur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Adalah tata cara umum memasang alat untuk memonitor beberapa parameter
sekaligus yaitu ; tekanan darah noninvasive, heart rate, EKG, saturasi oksigen
denyut (SPO2), ET (End Tidal) CO2.
Tujuan a. Agar dapat menggunakan alat monitor secara tepat dan benar.
b. Upaya pemeliharaan alat, mencegah kerusakan dini.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1422/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Tempatkan alat monitor ditempat aman, terfiksasi dengan baik, posisi
dapat diatur sehingga layar monitor mudah dan jelas dapat dilihat.
2. Pastikan alat monitor dalam posisi switch off.
3. Pastikan tegangan listrik yang sesuai dengan alat.
4. Pastikan kabel listrik penghubung monitor ke sumber listrik dalam
keadaan baik.
5. Hubungkan kabel listrik penghubung ke sumber listrik.
6. Pastikan dengan baik masing-masing jenis unit kabel monitor penghubung
monitor ke pasien (kabel EKG, HR, SpO2, TD-noninvasive, ETCO2,
temperatur, RR).
7. Pasang / hubungkan masing-masing kabel monitor tersebut ke tempat
yang benar dengan alat monitor. Sekali lagi jangan salah masuk dengan
lebih dulu mencermati dan mencek ulang masing-masing jenis unit kabel
monitor dan tempat benar.
8. Hubungkan kabel monitor ke pasien ditempat yang benar.
9. Nyalakan arus listrik alat monitor (switch on).
10. Nyalakan layar monitor, atur pencahayaan layar monitor.
11. Selanjutnya masing-masing monitor diatur sesuai kebutuhan pasien seperti
lead EKG, interval pengukuran tekanan darah, alarm batas rendah dan
batas tinggi untuk HR, SpO2, ETCO2, TD (sistolik, diastolik, mean),
temperatur, RR.
12. Bila akan mematikan monitor, matikan dulu layar monitor, selanjutnya
lepas kabel monitor yang menempel pada pasien.
13. Matikan alat monitor (switch off). Kabel monitor dapat ditinggalkan
terpasang pada alat monitor atau dilepaskan guna pemeliharaan /
penyimpanan, tergantung kebutuhan.
Unit Terkait Kamar Operasi
Instalasi Gawat Darurat
ICU
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen Revisi Halaman


00.23/SPO/RS.PMI 02 1/3
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Alat Pelindung Diri(APD) adalahAlat yang digunakan sebagai teknik


pencegahan mikroorganisme pathogen dariseseorangke orang lain
yang disebut “barrier”. Barrier yang umumdigunakan masker,
kacamatapelindung, gaun, apron, sarungtangan, penutupkepala,
pelindung kaki
Tujuan Melindungi tenaga kesehatan,pasien,keluarga pengunjung dan lingkun
gan dari kemungkinan transmisi material infeksius
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1423/A/SK/RS.P
MI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur A. Masker N95
Langkah – langkah :
1. Genggam respirator dengansatu tangan, posisikan sisi depan
bagian hidung pada ujung jari – jari, biarkan tali pengikat
menjuntai bebas di bawah tangan anda
2. Posisikan respirator di bawah dagu dan sisi untuk hidung
berada di atas
3. Tariklah tali pengikat respirator yang atasdan posisikan tali
agak tinggi di belakang kepala di atas telinga.Tariktali pengikat
respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga.
4. Letakkan jari – jari kedua tangan anda di atas bagian hidung
yang terbuat dari logam.Tekan sisi logam tersebut ( gunakan
dua jari dar imasing – masing tangan ) mengikuti bentuk
hidung. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena
dapat mengakibatkan respirator bekerj kurang efektif
5. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan dan hati –
hati agar posisi respirator tidak berubah
B. Masker Biasa
Langkah – langkahpemasangan :
1. Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda / sobekan
pada masker
2. Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat
hidung dan tempatkan pada bagian atas
3. Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker
4. Gantung masker dengan melingkarkan karet pada setiap telinga
5. Bentuk kawat hidung mengikuti lekuk hidung anda
6. Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut
dan dagu anda
Langkah – langkahmelepaskan
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Lepaskan karet dari pengikat dan lipat masker menjadi
setengahnya dengan bagian dalam saling berhadapan
3. Buang masker ketempatlimbahinfeksius
C. PemakaianKaca Mata Pelindung.
Langkah-langkah pemasangan
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Ambil kacamata dan pasangkan pada wajah / mata
3. Atur atau sesuaikan posisi yang pas dan nyaman.
Langkah – langkah melepaskan :
1. Pastikan tangan dalam keadaan bersih
2. Lepaskan dengan memegang karet atau gagang kacamata
3. Letakkan pada wadah yang telah disediakan
D. Pemakaian Gaun / Apron
Langkah – langkah Pemasangan:
1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan
hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan
kebelakang punggung
2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
Langkah – langkah melepaskan :
1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
2. Lepas tali
Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam
gaun pelindung saja
4. Balik gaun pelindung
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah
yang telah di sediakan untuk diproses ulang atau buang di
tempat limbah infeksius
E. Pemakaian Sarung Tangan
Langkah – langkah Pemasangan :
1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati – hati, pilih
yang sesuai ukuran
2. Jika harus mempertahankan prinsip – prinsip terihindarkan
sarung tangan terkontaminasi obyek tidak steril
Jaritelunjukdanibujari non dominan membuka lipatan sarung
tangan bagian atas dan masukkan tangan non dominan dengan
posisi terlentang, masukkan jari secara pelan – pelan.
3. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat
jari tangan dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan
(bagianluar), segeramasukkantangan non dominan secara
perlahan - lahan
Langkah – langkah Melepaskan:
1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah
terkontaminasi
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya, lepaskan
3. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung
tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di
pergelangan tangan
5. Lepaskan sarung tangan di atassarung tangan pertama
6. Buangsarungtangan di tempatlimbahinfeksius
7. Cuci tangan sesuai prosedur.

F. Pemakaian penutup kepala


Langkah – langkah :
1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutupse
muarambut
2. Lepaskan pelindung kepala dan langsung di buang ketempat
sampah
G. Pemakaianpelindung kaki
Langkah – langkah :
1. Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutup iseluruh ujun
g dan telapak kaki bisa di gunakansepatu boot daribahankulit
2. Sepatu harus selalu bersih Harus selalu di gunakan di dalam k
amar operasi dan tidak boleh di pakai keluar, tidak di anjurkan
memkai sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki
UNIT TERKAIT Instalasi rawat jalan,
Instalasi rawat inap,
Instalasi gawat darurat,
Instalasi kamar operasi,
Instalasi farmasi,
Unit gizi,
Unit kesling & nosokomial,
Unit laundry
ALAT PEMBUKA GIPS

No. Dokumen Revisi Halaman


00.24/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Alat elektronik yang digunakan untuk membuka gips.


Tujuan Sebagai acuan untuk menggunakan alat pembuka gips
Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1424/A/SK/RS.PMI.SU
Kebijakan LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
1. Sambungkan steker pada stop kontak dengan tegangan 220 volt.
2. Tekan tombol On untuk menghidupkan gergaji.
3.Gunakan dengan menekan ke atas dan ke bawah pada permukaan gips.
Prosedur 4. Setelah selesai matikan mesin.
5. Buka gips dengan pembuka gips.
6. Gunting kapas bagian dalam dengan gunting gips.
7. Lepaskan gips.
8. Bersihkan bagian tubuh yang digips dengan lap basah dan lap kering.
9. Bersihkan alat dan kembalikan ke tempatnya
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi
PENGGUNAAN LAMPU OPERASI BESAR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.25/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Lampu yang digunakan untuk membantu jalannya operasi


Tujuan Membantu dan memperlancar jalannya operasi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1425/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Tekan tombol ON untuk menghidupkan lampu
2. Tekan tombol (+) untuk menambah cahaya lampu
3. Tekan tombol (-) untuk mengurangi cahaya lampu
4. Lampu siap digunakan
Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi
PENGGUNAAN LAMPU OPERASI KECIL

No. Dokumen Revisi Halaman


00.26/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Lampuyangdigunakan untukmembantujalannyaoperasi


Tujuan Membantudanmemperlancarjalannyaoperasi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1426/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Hubungkanstakerdengandayalistrik
2. Tekan tombol ON untukmenghidupkanlampu
3. Lampusiapdigunakan
Unit Terkait Instalasi KamarOperasi
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS / BEDAH
(INFORMED CONSENT)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.27/SPO/RS.PMI 02 1/2
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Penolakan tindakan kedokteran / pembedahan adalah suatu keputusan


penolakan yang diberikan oleh pasien / keluarga untuk dilakukan tindakan
pembedahan terhadap pasien setelah diberikan penjelasan oleh DPJP yang akan
melakukan tindakan pembedahan
Tujuan a. Mencegah kemungkinan tuntutan ( legalitas )
b. Memberikan kejelasan hak pasien untuk menolak tindakan medik yang
akan dilakukanatas informasi sebelum tindakan medik dilakukan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1428/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Dokter memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya bahwa
dokter adalah orang yang akan melakukan tindakan pembedahan
2. DPJP tersebut memberikan edukasi kepada pasien sebelum pasien
memutuskan penolakan atas tindakan kedokteran
3. Informasi yang disampaikan oleh dokter adalah :
a. Alasan mengapa / tujuan dan respek keberhasilan tindakan medik
harus dilakukan
b. Tata cara tindakan yang akan dilakukan
c. Akibat jika tidak dilakukan tindakan
d. Resiko dan komplikasi yang kemungkinan akan terjadi
e. Penyulit yang mungkin terjadi sebelum tindakan akan dilakukan
atau pada saat operasi maupun segala akibat pasca
f. Prognosis penyakit jika tindakan medis dilakukan
g. Diagnosis
4. Memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya atau
mendapat pengulangan penjelasan dari dokter.
5. Jika pasien/keluarga telah mengerti atas penjelasan dokter, maka
dapat ditindaklanjuti dengan meminta persetujuan untuk
menandatangani lembar persetujuan
6. Jika pasien atau keluarga menolak atas persetujuan tindakan medik,
maka dokter harus memberikan penjelasan untuk mengisi formulir
penolakan tindakan medik.
7. Pasien/keluarga memberikan penolakan tertulis dengan mengisi dan
menandatangani formulir penolakan tindakan medik.
8. Saksi harus ikut menandatangani formulir persetujuan tindakan
medik, saksi terdiri dari 2 (dua) orang, diantara salah satu saksi
adalah perawat.
9. Dokter harus ikut membubuhkan tandatangan diformulir penolakan
tindakan medik sebagai berikut bahwa telah diberikan informasi dan
penjelasan secukupnya.
10. Formulir penolakan tindakan medik harus sudah diisi dan
ditandatangani 24 jam sebelum tindakan medik dilakukan.
11. Formulir penolakan yang sudah diisi dan ditandatangani diterima oleh
perawat ruang rawat inap dan disimpan dalam berkas rekam medik
pasien.

UNIT Instalasi rawat inap,


TERKAIT Kamar Operasi,
Instalasi rawat jalan,
IGD
ICU
PERENCANAAN ANESTESIA

No. Dokumen Revisi Halaman


00.28/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Suatu proses pemilihan dan perencanaan tekhnik anestesi dan sedasi yang akan
diberikan kepada pasien seusai dengan indikasi atau kebutuhan pasien
Tujuan a. Untuk mengakomodir pasien secara optimal berdasarkan temuan dari
kunjungan pra anestesi
b. Dapat menjadikan alternatif pilihan kepada pasien terkait tekhnik anestesi
dan sedasi
c. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan tekhnik anestesi
d. Untuk terselenggaranya prosedur anestesia yang mengutamakan
keselamatan (patients safety) dan kenyamanan pasien
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1429/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. DPJP meninjau ulang temuan dari kunjungan pra-anestesia, meliputi :
a. Status fisiologis
b. Penyakit penyerta
c. Riwayat operasi sebelumnya
d. Rencana operasi
e. Riwayat alergi obat
f. Riwayat anestesi sebelumnya
g. Kondisi psikologis
h. Pemeriksaan penunjang yang terkait
i. Hasil konsultasi terkait
j. Klasifikasi ASA
2. Dalam proses perencanaan dan pemilihan teknik anestesi, DPJP harus
mempertimbangkan :
a. Indikasi
b. Kontra indikasi
c. Resiko dan manfaat
d. Skill dan pengalaman DPJP
e. Clinical privilege yang dimiliki DPJP
3. Setiap perencanaan tindakan anestesi harus merujuk pada pedoman
pelayanan medik
4. Bila ada tindakan yang belum terakomodir pada PPM, tindakan
dilakukan sebelum melalui konsultasi kepada peer group
5. DPJP merencanakan tindakan anestesi dan sedasi beserta alternatifnya
yang akan dilakukan
6. DPJP menjelaskan mengenai rencana tindakan anestesi dan sedasi
beserta alternatifnya kepada pasien dan keluarga
7. Dalam melakukan perencanaan, DPJP mempertimbangkan :
a. Proses persiapan anestesi
b. Tindakan anestesi dan manajemen intra operatif
c. Kebutuhan alat khusus
d. Penegelolaan pasca anestesi
e. Tata kelola nyeri
f. Kebutuhan ruang rawat khusus
g. Hal lainnya yang dibutuhkan
Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam rekam medis
pasien dan status anestesi
8. Setiap perencanaan tindakan anestesi harus merujuk pada pedoman
pelayanan medik
9. Bila ada tindakan yang belum terakomodir pada PPM, tindakan
dilakukan sebelum melalui konsultasi kepada peer group
10. DPJP merencanakan tindakan anestesi dan sedasi beserta alternatifnya
yang akan dilakukan
11. DPJP menjelaskan mengenai rencana tindakan anestesi dan sedasi
beserta alternatifnya kepada pasien dan keluarga
12. Dalam melakukan perencanaan, DPJP mempertimbangkan :
h. Proses persiapan anestesi
i. Tindakan anestesi dan manajemen intra operatif
j. Kebutuhan alat khusus
k. Penegelolaan pasca anestesi
l. Tata kelola nyeri
m. Kebutuhan ruang rawat khusus
n. Hal lainnya yang dibutuhkan
Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam rekam medis
pasien dan status anestesi
Unit terkait Kamar operasi
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi rawat inap
Kamar bersalin
Poliklinik
PERENCANAAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.29/SPO/RS.PMI 02 1/3
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL
Pengertian Suatu proses perencanaan yang meliputi rencana tehnik bedah, kebutuhan
peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan ICU, serta rencana
perawatan pasca bedah yang dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan konsultasi disiplin terkait.
Tujuan A. Pemilihan prosedur bedah yang sesuai serta waktu yang tepat
B. Melakukan pembedahan secara aman
C. Mengoptimalkan kondisi pasien
D. Mengoptimalkan proses pembedahan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1430/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Untuk pembedahan elektif :
a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan konsultasi dengan
unit terkait
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP bedah sesuai
dengan tingkat kompetensi.
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi rencana
tehnik bedah, kebutuhan perawtan khusus bedah, persiapan ruang
rawat dan ICU serta rencana perawatan pasca bedah selanjutnya
d. Pada asesment awal dipoli dokter bedah menentukan urgensi
pembedahan (cyto / urgent / elektif )
e. Pada pasien dengan pembedahan kedaruratan akan dirujuk ke IGD
RSUD Lakipadada
f. Pada perencanaan juga dipertimbangkan beberapa hal seperti :
pembedahan kasus sulit, perubahan atau perluasan tindakan yang
mungkin terjadi karena temuan intra operatif, apakah pasien harus
dirawat inap atau rawat jalan, apakah pasien membutuhkan tindakan
anestesiadan perencanaan anestesia harus di catat dalam rekam
medis pasien
g. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan
perencanaan anestesia termasuk hasil penilaian awal yang
mendasari harus dikomunikasikan dan dilakukan
pemebrian edukasi pembedahan dan anestesia kepada
pasien dan keluarga oleh DPJP bedah dan Anestesiologi
dan terapi intensif
h. Bila semua hal di atas sudah diputuskan, maka dokter
bedah akan menjadwalkan operasi pasien dan
mendaftarkannya ke kamar operasi minimal 24 jam
sebelum tindakan operasi (sesuai dengan SPO
pendaftaran dan penjadwalan)
i. Setelah operasi terjaduwal, maka dilakukan pendaftaran
rawat inap dan atau ICU (apabila infatient) oleh dokter
bedah
j. Apabila ruang rawat tidak tersedia, mak dilakukan
pendaftaran dan penjadualan ulang baik kamar operasi
maupun ruang rawat inap. Pasien di informasikan bahwa
jadwal operasi diundur sampai ruangan tersedia kemudian
DPJP berkoordinasi dengan koordinasi bangsal/ ruang
untuk mengupayakan ketersediaan ruang rawat
1) Bila ruangan tidak tersedia, maka akan dilakukan
pendaftaran dan penjadwalan operasi dengan pasien
tersebut, dengan perioritas untuk mendapatkan ruang
rawat yang tersedia.
2) Jadwal operasi kemudian menjadi 1 hari setelah
pasien mendapatkan ruang rawat inap.
k. Pada kasus urgensi DPJP langsung menghubungi manajer
on duty di rawat inap dan penanggungjawab penjadwalan
di kamar bedah
l. Bagi pasien rawat inap pemeriksaan dan persiapan pra
bedah dan pra anatesi serta toleransi operasi dapat
dilakukan di ruang rawat inap oleh dokter bedah,
anastesiologi, dan dokter lain yang bersangkutan ( sesuai
SPO persiapan pra bedah dan pra anastesia )
2. Untuk pembedahan gawat darurat:
a. Pasien masuk IGD atau dirujuk dari poli dengan
kedaruratan bedah akan diperiksa kembali secara seksama
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, persiapan anatesia dan konsusltasi dengan
unit/DPJP terkait.
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan
keputusan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
oleh DPJP konsulen jaga bedah sesuai tingkat
kompetensinya
c. Pada asessment selanjutnya ditentukan apakah pasien
harus di rawat inap atau di rawat di ICU.
d. Seluruh proses penilaian hinggga perencanaan
pembedahan kedaruratan dilakukan sesuai urgensi pasien.
e. Setelah semua hal di atas sudah di putuskan, maka dokter
bedah akan menjadwalkan operasi pasien dan
mendaftarkannya kekamar bedah. Pasien ini mendapatkan
prioritas
f. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukannya
pendaftaran rawat inap dan/atau ICU oleh dokter bedah.
Pasien ini mendapatkan prioritas
g. Seluruh proses perencanaan pembedaan harus
dikomunikasikan dan dilakukan pemberiaan edukasi
pembedahan kepada pasien dan keluarga oleh DPJP
sesuai dengan kompetensinya
Seluruh proses perencanaan dan edukasi pembedahan
harus didokumentasikan didalam form terkait catatan
medik

UNIT TERKAIT Instalasi Gawat Darurat


Kamar operasi
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
Ruang Bersalin
ICU
SEDASI BERAT ATAU DALAM

No. Dokumen Revisi Halaman


00.30/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASIONAL

Pengertian Tindakan yang dilakukan oleh dokter anestesi untuk membuat pasien dalam
kondisi depresi kesadaran dimana pasien tidak mudah untuk dibangunkan
tapi memberikan respon terhadap rangsang nyeri. Pada keadaan ini pasien
dapat terganggu kemampuan fungsi ventilasi. Pasien membutuhkan asisten
untuk mempertahankan jalan nafas dan ventilasi spontan yang tidak
adekuat.
Tujua Untuk memfasilitasi prosedur pemeriksaan dan tindakan yang
membutuhkan tingkat sedasi berat atau dalam.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1431/A/SK/RS.PMI.S
ULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Dilakukan kunjungan pra sedasi pada tindakan sedasi berat atau
dalam yang dilakukan oleh DPJP Anestesiologi atau peserta didik
Anestesiologi di ruang persiapanatau ruang tindakan. Penilaian harus
meliputi yaitu:
a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaanfisik,
dan persiapan penunjang.
b. Evaluasi problem medisdanprosedur yang akandilakukan.
c. Kontrol jalan nafas danoksigenasi.
d. Prediksipenyulitselamaprosedursedasi berat atau dalam.
2. Hasil kunjungan pra sedasi menjadi dasar untuk dilakukan
perencanaan tindakan sedasi.
3. Setiap perencanaan dan persiapan perlu koordinasi dengan tim lain
yang terkaitagar semua proses berjalan efektif dan efisien.
4. Persiapansedasiberat danalat-alatanestesi yang siappakaiharusmutlak
tersedia.Perlengkapan anestesi yang harusada dan dilakukan diantara
nya:
a. Sumberoksigenbaik portable maupunmenetapdengancadanga
n yang cukup.
b. Alat-alatuntukventilasi, oksigenasi, intubasi, dansuction
c. Alatmonitor
d. Obat-obatanbaikobatsedasimaupun emergency.
e. Label obat.
f. Stetoskop.
g. Telepon.
h. Set untukinfus.
i. Defibrilator.
j. Tersedianya obat-obat antagonis untuk obat-obat sedasi.
5. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur yang
akan dilakukan serta kelengkapan status pasien.
6. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik
Anestesiologi sebelum induksi prosedur sedasi bearat atau dalam.
7. Pertimbangkanpemberianpremedikasisesuaidengankondisipasien.
8. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi
pasien,tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan
manfaat yang didapatkan
9. Monitoring intra prosedur sedasidilakukansecaraketat. Monitoring
meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisihemodinamikpasien
d. Suhu
e. VAS
10. Pengelolaan pasca sedasi harus dilakukan dengan baik meliputi sera
h terima dengan penanggung jawab ruang pulih, monitoring keadaan
umum, tanda vital, menangani komplikasi sedini mungkin.
11. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus dikomunik
asikan dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga pasien.
12. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekammedis pasi
en dan status anestesi serta ditandatangani oleh DPJP dan peserta
didik Anestesiologi.Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah
selesai sebelum pasien meninggalkan ruang pulih.
a. Set untukinfus.
b. Defibrilator.
c. Tersedianya obat-obat antagonis untuk obat-obat sedasi.
13. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur yang
akan dilakukan serta kelengkapan status pasien.
14. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik
Anestesiologi sebelum induksi prosedur sedasi bearat atau dalam.
15. Pertimbangkanpemberianpremedikasisesuaidengankondisipasien.
16. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi
pasien,tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan
manfaat yang didapatkan
17. Monitoring intra prosedur sedasidilakukansecaraketat. Monitoring
meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisihemodinamikpasien
d. Set untukinfus.
e. Defibrilator.
f. Tersedianya obat-obat antagonis untuk obat-obat sedasi.
18. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur
yang akan dilakukan serta kelengkapan status pasien.
19. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik
Anestesiologi sebelum induksi prosedur sedasi bearat atau
dalam.
20. Pertimbangkanpemberianpremedikasisesuaidengankondisipasien
.
21. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi
pasien,tindakan primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan
manfaat yang didapatkan
22. Monitoring intra prosedur sedasidilakukansecaraketat.
Monitoring meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisihemodinamikpasien
d. Suhu
e. VAS
23. Pengelolaanpascasedasiharusdilakukandenganbaikmeliputiserah
terima dengan penanggung jawab ruang pulih, monitoring
keadaanumum, tanda vital, menangani komplikasi sedini
mungkin.
24. Seluruhperencanaansertatindakan yang
dilakukanharusdikomunikasikandandiedukasikanoleh DPJP
padakeluargapasien.
25. Seluruhtindakan yang
dilakukanharusdicatatpadarekammedispasiendan status anestesi
serta ditandatangani oleh DPJP dan peserta didik Anestesiologi.
26. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai sebelum
pasien meninggalkan ruang pulih.
Unit Terkait Kamar Operasi
SEDASI RINGAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.31/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023

RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Tindakanyang dilakukan oleh dokter pelaku sedasi ringan dengan tujuan untuk
mengurangi kecemasan dan pemberian obat secara oral yang dapat
menyebabkan stadium dimana pasien dapat berespon secara normal terhadap
perintah suara meskipun fungsi kognitif dan koordinasi terganggu. Contoh
obat: benzodiazepin, antihistamin, anxiolitik dan narkotika.
Tujuan a. Untuk mengatasi kecemasan.
b. Untuk mengatasi insomnia.
c. Untukmengatasi nyeri.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1432/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Tindakan sedasi ringan dapat dilakukan oleh dokter yang sudah memiliki
pengetahuan dan kemampuan mengenai teknik sedasi yang aman.
Sebelum dilakukan prosedur sedasi ringan, dilakukan penilaian meliputi:
a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan persiapan penunjang.
b. Evaluasi problem medis dan prosedur yang akan dilakukan.
2. Hasil penilaian pra sedasi digunakan sebagai perencanaan tindakan dan
regimen obat yang digunakan.
3. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi pasien, tindakan
primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan manfaat yang didapatkan
4. Monitoring intra prosedur sedasiringan mutlak dilakukan. Monitoring
meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisi hemodinamik pasien
d. VAS
e. Efek samping yang terjadi.
5. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus
dikomunikasikan dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga pasien.
6. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekam medis pasien
serta ditandatangani oleh DPJP pelaku sedasi ringan.
7. Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai sebelum pasien
meninggalkan ruang pulih.
Unit Terkait Kamar Operasi
SEDASI SEDANG

No. Dokumen Revisi Halaman


00.32/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL
Pengertian Tindakanyang dilakukan oleh dokter anestesi untuk membuat pasien dalam
kondisi depresi kesadaran minimal dimana pasien tetap dapat mempertahankan
refleks proteksi dan patensi jalan nafas dan sadar kembali dengan rangsang
suara menggunakan obat anestesi golongan hipnotik sedatif, anxiolitik,
benzodiazepin dan narkotika.
Tujuan Untuk memfasilitasi prosedur pemeriksaan dan tindakan yang membutuhkan
tingkat sedasi sedang.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1433/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Dilakukan kunjungan pra sedasi pada tindakan sedasi sedang dilakukan
oleh DPJP anestesiologi atau peserta didik anestesiologi di ruang
persiapanatau ruang tindakan. Penilaian harus meliputi yaitu:

a. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan persiapan penunjang


yang dianggap perlu saja.
b. Evaluasi problem medis dan prosedur yang akan dilakukan.
c. Airway control and oksigenasi.
d. Prediksi penyulit selama prosedur sedasi.
2. Hasil kunjungan pra sedasi menjadi dasar untuk dilakukan perencanaan
tindakan sedasi.
3. Setiap perencanaan dan persiapan perlu koordinasi dengan tim lain yang
terkait agar semua proses berjalan efektif dan efisien.
4. Persiapan sedasi dan alat-alat anestesi yang siap pakai harus mutlak
tersedia.Perlengkapan anestesi yang harus ada dan dilakukan diantaranya:
a. Sumber oksigen baik portabel maupun menetap dengan cadangan yang
cukup.
b. Alat-alat untuk ventilasi, oksigenasi, intubasi, dan suction
c. Alat monitor
d. Obat-obatan baik obat sedasi maupun emergency.
e. Label obat.
f. Stetoskop.
g. Telepon.
h. Set untuk infus.
i. Defibrilator.

5. Di ruang penerimaan dilakukan identifikasi pasien, prosedur yang akan


dilakukan serta kelengkapan status pasien.
6. Dilakukan penilaian pra induksi oleh DPJP atau peserta didik Anestesiologi
sebelum induksi prosedur sedasi.
7. Pertimbangkan pemberian premedikasi sesuai dengan kondisi pasien.
8. Aplikasi obat-obat sedasi dipilih berdasarkan kondisi pasien, tindakan
primer yang akan dilakukan, faktor resiko dan manfaat yang didapatkan
9. Monitoring intra prosedur sedasi dilakukan secara ketat. Monitoring
meliputi :
a. Ventilasi
b. Oksigenasi
c. Kondisi hemodinamik pasien
d. Suhu
e. VAS
10. Pengelolaan pasca sedasi harus dilakukan dengan baik meliputi serah terima
dengan penanggung jawab ruang pulih, monitoring keadaan umum, tanda
vital, menangani komplikasi sedini mungkin.
11. Seluruh perencanaan serta tindakan yang dilakukan harus dikomunikasikan
dan diedukasikan oleh DPJP pada keluarga pasien.
12. Seluruh tindakan yang dilakukan harus dicatat pada rekam medis pasien
dan status anestesi serta ditandatangani oleh DPJP dan peserta didik
anastesiologi.
Seluruh kelengkapan dokumentasi harus sudah selesai sebelum pasien
meninggalkan ruang pulih.
Unit terkai Kamar oprasi
SERAH TERIMA PASIEN PRA OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.33/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan
staf kamar operasi
Tujuan a. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas
ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan
baik dan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya
yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1434/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi
2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang
berlaku.
3. Petugas ruangan mengisi formulir persiapan operasi.
4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien termasuk
Persetujuan tindakan pembedahan dan persetujuan tindakan anestesi
untuk dibawa bersama pasien ke ruang operasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang meliputi: nama,
tanggal lahir, no. RM, pada pergelangan tangan kanan pasien atau bila
tidak memungkinkan pada pergelangan tangan kiri, atau pergelangan
kaki kanan, atau kiri, atau leher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi misalnya
: persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang diperlukan saat
operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari
petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan memakai
brankard yang dipakai ruangan.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang tunggu.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai status pasien serah terima
yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar operasi
dalam status pasien.
10. Petugas kamar operasi menyapa pasien dan memberi keadaan senyaman
mungkin
11. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan status pasien,
kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat
izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-obatan dan
persediaan darah.
12. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat
dalam status pasien oleh asisten operasi / perawat sirkuler.
13. Setelah operasi selesai, perawat sirkuler menyiapkan catatan medik
pasien.
Pasien dikeluarkan dari kamar operasi dengan brankard menuju Recovery
Room.
Unit terkait Kamar Operasi
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
IGD
ICU
STERILISASI AUTOCLAVE UAP VERTICAL PRESURE
STEAM STERILIZER (MODEL MEDICON LS-B 100)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.34/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRA SULTRS/IX/2023

TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASIONAL

Pengertian Yang dimaksud dengan sterilisasi outoclave uap adalah suatu alat
sterilisasi yang berkapasitas besar
Tujuan Agar semua alat operasi dan gaun operasi dapat disterilkan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1435/A/SK/RS.
PMI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RS.PMI SULTRA
Prosedur 1. Isi air sampai ≥ 15 liter ( sensor air tertutup dengan air )
2. Isi chamber dengan bahan yang akan disterilkan
3. Tutup chamber dengan rapat dan tutup palve
4. Atur temperatur kontrol 134 º C
5. Atur timer 20 menit
6. Naikkan power ke posisi ON sambil memperhatikan lampu
indikator selama proses sterilisasi
7. Ketika alat telah steril, alarm akan berbunyi dan posisi timer
pada titik nol (0)
8. Turunkan handle ke posisi OFF
9. Buka palve sampai tekanan pada chamber tidak ada
10. Buka penutup chamber dan biarkan instrumen sampai dingin
11. Angkat instrumen dan keluarkan dari chamber dengan tahnik
aseptik
12. Tutup chamber dan rapikan alat
Unit Terkait Kamar operasi
STERILISASI AUTOCLAVE UAP VERTICAL PRESSURE STEAM
STERILIZER (MODEL REXMED RAU-100 L II)

No. Dokumen Revisi Halaman


00.35/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL
Pengertian Yang dimaksud dengan sterilisasi outoclave uap adalah suatu alat sterilisasi
yang berkapasitas besar
Tujuan Agar semua alat operasi dan gaun operasi dapat disterilkan
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1436/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Isi air sampai ≥ 15 liter ( sensor air tertutup dengan air )
2. Isi chamber dengan bahan yang akan disterilkan
3. Tutup chamber dengan rapat dan tutup palve
4. Atur temperatur kontrol 126 º C
5. Atur timer 20 menit
6. Naikkan power ke posisi ON sambil memperhatikan lampu indikator
selama proses sterilisasi
7. Ketika alat telah steril, alarm akan berbunyi dan posisi timer pada titik
nol (0) dan lampu indikator pada posisi END
8. Turunkan handle ke posisi OFF
9. Buka penutup chamber secara perlahan
10. Barkan instrumen sampai dingin
11. Angkat instrumen dan keluarkan dari chamber dengan tehnik aseptik
12. Tutup chamber dan rapikan alat
Unit Terkait Kamar operasi
ASEPSIS DAN ANTI SEPSIS PEMBEDAHAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.36/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Suatu upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam


tubuh pasien dengan melakukan tindakan di permukaan tubuh
Tujuan Mencegah terjadinya infeksi nosocomial
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1437/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur PERSIAPAN
1. Dressing bowl (kom kecil) 1 buah
2. Spor gestik (pemegang kasa ) 1 buah
3. Kasa steril
4. Antiseptic : betadine solution
5. Perlengkapan dreping
 Doek kesil
 Doek besar
 Doek lubang
 Doek klem
PELAKSANAAN
1. Jepit kasa dengan penjepit kasa
2. Celupkan kasa pada antiseptic yang digunakan
3. Gosok daerah operasi dengan antiseptic dari tengah pusat melingkar
kearah luar pada daerah operasi dan lakukan sebaliknya pada daerah
operasi kotor
4. Khusus untuk daerah abdomen setelah melingkar keluar terakhir dari
daerah imbilikal dengan desinfektan baru
5. Luasnya daerah pencucian adalah satu region tergantung dari
kebijaksanaan operator bedah
6. Persempit daerah operasi dengan memasang doek steril sesuai dengan
kebutuhan prosedur pembedahan
Unit Terkait Tim bedah
MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL DENGAN TEKNIK
TERBUKA

No. Dokumen Revisi Halaman


00.37/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Adalah suatu usaha mengurangi resiko kontaminasi dari tangan dan
mempertahankan areal operasi tetap steril dengan cara tangan secara langsung
bersentuhan dengan sarung tangan yang akan dipakai
Tujuan 1. Agar tim bedah mengetahui dan memahami cara memakai sarung tangan
yang baik dan benar
2. Mencegah kontak langsung dengan penderita dan instrument
3. Mencegah infeksi nasokomial
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1438/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Perhatikan bagian kanan dan kiri sarung tangan yang telah disiapkan
2. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri mengangkat lipatan dalam sarung
tangan bagian kanan
3. Tangan kanan dalam posisi terbuka, masukkan jari-jari tangan kanan
secara perlahan-lahan, lipatan pangkal sarung tangan diubah
4. Empat jari tangan kanan (kecuali ibu jari) memegang sarung tangan kiri
bagian luar dan dengan perlahan-lahan masukkan jari-jari tangan kiri
5. Betulkan posisi jari-jari tangan kanan dan kiri serta lipatan pangkal kedua
sarung tangan
6. Perhatikan selama pemakaian sarung tangan tidak boleh menyentuh
bagian luar dari sarung tangan
Unit Terkait Dokter, perawat, bagian pelayanan medis
MENGANTAR PASIEN KE KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.38/SPO/RS.PMI 02 1/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Menyiapkan dan mengantar pasien yang akan dilakukan operasi ke ruang
operasi/OK
Tujuan Pasien segera dilakukan tindakan operasi sesuai jadwal
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1439/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Persiapan alat:
a. Tempat tidur pasien/blankar dengan selimut
b. Baju operasi
c. Status pasien lengkap dengan hasil pemeriksaan penunjang
d. Lembar serah terima pasien pre dan post operasi
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Menyiapkan pasien dengan mengosongkan kandung kemih. Untuk
pasien yang bisa jalan dianjurkan untuk BAK di kamar mandi.
Memeriksa lembar serah terima pasien pre dan post operasi dengan
mengontrol :
1) Catatan Medik :
 Surat Ijin Operasi
 Observasi tanda-tanda vital sebelum pasien diantar ke kamar
bedah
 Pemeriksaan penunjang (lab, radiology, EKG, dll)
2) Pasien
 Daerah pembedahan sudah dicukur atau belum
 Perhiasan sudah dilepas/belum, barang berharga diserahkan
kepada pasien/keluarga pasien
 Bila memakai rambut palsu, Tanya apakah akan dilepas di
ruangan atau di ruang operasi, melepas gigi palsu kalau ada
 Pasien tetap puasa

3) Lain-lain
 Darah yang dibutuhkan sesuai pesanan
 Gurita, underpad dan pampers bila perlu
c. Mengisi lembar serah terima pasien pre dan post operasi
d. Merapikan pasien
e. Memberi kesempatan pada keluarga untuk berdoa lebih dahulu
f. Mengantar pasien ke ruang operasi dengan membawa status pasien,
hasil pemeriksaan penunjang dan darah bila ada.
g. Serah terima dengan petugas OK dengan lengkap dan benar
Unit terkait 1. Ruang rawat inap
2. Ruang rawat jalan (Poliklinik dan UGD)
3. Ruang Operasi/OK
Kamar Bersalin
PEMINDAHAN PASIEN KE RUANG PULIH PASCA ANESTESI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.39/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL
Pengertian Memindahkan pasien setelah anestesi ke ruang pemulihan.
Tujuan Mengawasi proses pemindahan pasien ke ruang pemulihan berjalan baik tanpa
komplikasi terutama pada respirasi dan vaskuler.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1440/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemindahan pasien dari kamar operasi ke
ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi :
1. Letak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca
operatif dipindahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup
tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih
lanjut.
2. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang
menyumbat drain dan selang drainase.
3. Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari
satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal
atau dari posisi lateral ke posisi terlentang.
4. Pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Memindahkan
pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah
gangguan vaskuler juga.
5. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun
pasin yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti
dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi.
6. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan
pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk
mencegah terjadi resiko injury dan untuk mempertahankan keamanan dan
kenyamanan pasien.
Unit Terkait  Kamar operasi
 Unit perawatan
PENGELOLAAN DAN
PELAYANAN KAMAR OPERASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.41/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Prosedur yang mengatur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi agar dapat
berjalan dengan lancar dan baik sehingga pasien-pasien yang akan dilakukan
operasi mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan bermutu.
Tujuan Agar semua pelayanan kamar operasi berjalan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1441/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Semua pasien yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan identitas,
nama dokter, pemastian teknik serta lokasi operasi dan mengisi ijin
operasi.
2. Apabila terjadi kecelakaan atau kegagalan operasi atau prosedur lainnya
maka kepala kamar bedah akan melaporkannya kepada yang berwenang.
3. Pelayanan kamar operasi disiapkan 24 jam per hari dengan ketentuan
sebagai berikut pelayanan rutin jam 07.00 -14.00 dan stand by on call
14.00-07.00.
4. Penjadwalan operasi dilakukan oleh dokter yang bersangkutan dan kepala
ruangan dengan menghubungi kepala ruangan kamar bedah.
5. Pelayanan kamar operasi bagi pasien-pasien dengan infeksi dilakukan
penanganan dan prosedur khusus untuk mencegah terjadinya nosokomial
infeksi.
6. Bila terjadi ketidaksesuaian penghitungan kasa atau instrumen dalam proses
operasi maka akan ditangani dengan prosedur yang telah ditentukan.
7. Semua tindakan operasi yang telah dilakukan akan dibuat laporan operasi
oleh Dokter bedah dan Dokter Anestesi.
Unit terkait Kamar oprasi
PENOLAKAN RESUSITASI / DNR

No. Dokumen Revisi Halaman


00.42/SPO/RS.PMI 02 1/4
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR
PROSEDUR 09 september 2023
OPERASION
AL

Pengertian Penolakan dari pasien terhadap tindakan resusitasi yang akan dilakukan
terhadap dirinya. Penolakan diberikan setelah pasien tersebut diberikan
penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya
penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. Penjelasan
dilakukan oleh dokter yang akan melakukan tindakan atau dokter yang
mendapat delegasi dari dokter yang melakukan akan tindakan
Tujuan 1. Bagi pasien adalah untuk menentukan sikap atas tindakan medis yang
mengandung risiko atau akibat yang bakal tidak menyenangkan pasien
2. Bagi dokter adalah sebagai sarana untuk memperoleh legitimasi
(pengesahan) atas tindakan medis yang akan dilakukan
3. Terciptanya suatu hubungan hukum antara dokter dengan pasien
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1442/A/SK/RS.PMI.SU
LTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur  Setiap pasien yang kemungkinan akan memasuki masa kritis (sesuai
assesmen masa kritis) dan kemungkinan akan dilakukan tindakan
resusitasi, harus dilakukan Informed Consent tertulis terlebih dahulu
 Yang berkewajiban memberikan dan menjelaskan Informed Consent
tertulis adalah dokter atau dokter yang memperoleh pendelegasian dari
dokter yang akan mengerjakan tindakan
A. Pemberi Informasi adalah :
1. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaaan tindakan untuk
memastikan bahwa penolakan tindakan resusitasi tersebut diperoleh
secara benar dan layak. Dokter dapat mendelegasikan proses pemberian
informasi atau penerimaan penolakan, namun tanggungjawab tetap
berada pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan bahwa
penolakan diperoleh secara benar dan layak

2. Jika dokter akan memberikan informasi dan menerima penolakan pasien


atas nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya
mampu menjawab secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan
pasien berkenaan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya,
untuk memastikan bahwa penolakan tersebut dibuat secara benar dan
layak.
B. Penerima Informasi dan Pemberi Persetujuan
1. Penolakan diberikan oleh individu yang kompeten.
2. Dari segi usia, seseorang dianggap kompeten apabila berusia 18 tahun
keatas atau telah pernah menikah. Berdasarkan KUH Perdata maka
seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah
dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan
penolakan.
C. Kompetensi Pasien dan/atau Keluarga yang menandatangani
Informed Concent.
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan penolakan apabila:
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan
cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah
yang terlalu teknis.
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu
yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya
untuk membuat keputusan secara bebas.
4. Terhadap pasien yang mempunyai kesulitan dalam menahan informasi
atau yang kompetensinya hilang timbul (intermiten), harus diberikan
semua bantuan yang pasien perlukan untuk mencapai pilihan/keputusan
yang terinformasi.
5. Dokumentasikan semua keputusan yang pasien buat saat pasien
kompeten, termasuk diskusi yang terjadi. Setelah beberapa waktu, saat
pasien kompeten lagi. Keputusan tersebut harus didiskusikan lagi
dengan pasien untuk memastikan keputusannya konsisten.
D. Penolakan Pada Individu Yang Tidak Kompeten
1. Keluarga terdekat atau pengampu pasien, dapat memberikan penolakan
tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten. Yang
diamaksud keluarga terdekat adalah:
 Suami/istri
 Orang tua yang sah
 Anak yang kompeten (lihat keterangan umur dan kompetensi diatas)
 Saudara kandung yang kompeten (lihat keterangan umur dan
kompetensi diatas)
2. Didalam hal tidak ada kesepakatan didalam keluarga, maka dianjurkan
agar dokter mempersilahkan keluarga untuk bermufakat dan hanya
menerima keputusan penolakan yang sudah disepakati bersama.
3. Dokter dan RS Sinar Kasih Toraja tidak dibebani kewajiban untuk
membuktikan hubungan kekeluargaan pembuat penolakan dengan
pasien, demikian pula penentuan mana yang lebih sah mewakili pasien
dalam hal terdapat lebih dari satu istri atau suami atau anak. Dokter dan
RS Sinar Kasih Toraja berhak memeroleh pernyataan yang benar dari
pasien atau keluarganya.
Dalam hal ini, pada isian tentang hubungan dengan pasien, haruslah
ditulis: “…menurut pengakuan yang bersangkutan
adalah…….pasien…”
4. Pada pasien yang tidak mau menerima informasi, perlu dimintakan
siapa yang ditunjuk oleh pasien tersebut sebagai wakil dalam menerima
informasi dan membuat keputusan apabila pasien menghendakinya
demikian, misalnya wali atau keluarga terdekatnya. Demikian pula pada
pasien yang tidak mau menandatangani formulir penolakan, padahal ia
tidak menghendaki tindakan tersebut dilakukan.
5. Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan
gawat darurat medis, sedangkan yang sah mewakilinya untuk
memberikan penolakan tidak ditemukan, maka Dokter dan RS Sinar
Kasih Toraja dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan
terbaik pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan
kemudian
Pendokumentasian:
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara
RS Sinar Kasih Toraja dengan menggunakan format yang sudah
disediakan oleh Rekam Medis.
2. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara
RS Sinar Kasih Toraja dengan menggunakan format yang sudah
disediakan oleh Rekam Medis.
3. Penjelasan yang diberikan oleh dokter atau tim medis tentang
pengobatan atau tindakan , pendokumentasian dilakukan dengan
format Persetujuan atau Penolakan Tindakan atau Pengobatan
setelah pasien, keluarga, atau wali mendapatkan penjelasan dari
dokter atau tim medis.
4. Formulir Do Not Resusitation (Penolakan Tindakan Resusitasi)
tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak disertai saksi.
5. Seluruh isian dokumen rekam medis disimpan di instalasi
Rekam Medis dan diserahkan dalam waktu 2 x 24 jam bila
memungkinkan.
6. Apabila Penolakan dilakukan oleh orang yang bukan merupakan
keluarga dekat atau wali pasien maka harus menggunakan Surat
Kuasa.
Unit Terkait Semua unit yang terkait dengan pelayanan langsung kepada pasien
dan keluarganya.
PENOLAKAN TINDAKAN ATAU PENGOBATAN

No. Dokumen Revisi Halaman


00.43/SPO/RS.PMI 02 2/2
SULTRS/IX/2023
RS.PMI SULTRA

Prosedur a. Bila pasien tetap meolak diberikan pengobatan setelah dijelaskan


kembali tentang tujuan pengobatan serta risiko bila pengobatan
tidak dilaksanakan maka perawat wajib mendokumentasikan pada
catatan perawatan dan melaporkan kepada dokter yang
memberikan instruksi pengobatan tersebut.
1. Dokter atau Tim Medis
a. Memberikan informasi tentang tindakan atau pengobatan yang
akan dilakukan bisa didelegasikan tetapi tanggung jawab tetap ada
pada dokter pemberi delegasi.
b. Dokter memberikan batasan minimal informasi yang selayaknya
diberikan kepada pasien yaitu :
 Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
 Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
 Alternatif tindakan lain dan resikonya.
 Prognosis terhadap tindkan yang dilakukan.
c. Dokter mengecek kembali informasi kepada pasien ,apakah pasien
telah mengerti tentang informasi yang diberikan.
d. Bila pasien tetap menolak diberikan pengobatan setelah dijelaskan
kembali tentang tujuan pengobtan serta risiko bila pengobatan
tidak dilaksanakan maka perawat wajib mendokumentasikan pada
catatan perawatan dan melaporkan kepada dokter yang
memberikan instruksi pengobatan tersebut.
Unit Terkait Semua Bagian dan Instalasi
PRE MEDIKASI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.44/SPO/RS.PMI 02 1/1
SULTRS/IX/2023
RS.PMI
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Adalah pemberian obat-obatan sebelum dilakukan induksi anestesi.


Tujuan 1. Untuk memberi ketenangan dan kenyamanan kepada pasien.
2. Untuk mengurangi dosis obat-obatan anestesi.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1443/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur Penata Anestesiatau Residen Anestesiatau Dokter Spesialis Anestesi.
Obat yang bisa diberikan :
Jenisobat Dosis (mg/Kg BB) Maksimumdosis (mg)
Midazolam 0,1 – 0,2 10
DHBP 0,1 – 0,2 5
Fentanyl 0,001 – 0,002 0,05
Morfin 0,1 5
Petidin 1 50
Valium 0,1 – 0,2 10
Sulfas Atropin 0,01 – 0,02 0,5

Cara pemberian :

1. Bila diberikan intravena, dapat diberikan 5 – 15 menit sebelum


induksi.
2. Bila diberikan intramuskuler, dapat diberikan 30 – 45 menit
sebelum induksi.
3. Pemberian dapat dikombinasikan 2 atau 3 macam obat, misalnya
Petidin + Morfin + DHBP + Sulfas Atropin.
Unit Terkait Kamar Operasi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERMINTAAN DARAH KASUS EMERGENSI

No. Dokumen Revisi Halaman


00.45/SPO/RS.PMI 02 1/1
RS.PMI SULTRS/IX/2023
SULTRA
TanggalTerbit DitetapkanDirektur
STANDAR 09 september 2023
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Tindakan untuk memperoleh dan memenuhi kebutuhan darah atau komponen
darah pada pasien kasus emergensi.
Tujuan Terpenuhi kebutuhan darah atau komponen darah pada pasien kasus emergensi
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1444/A/SK/RS.PMI.SUL
TRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RS.PMI
SULTRA
Prosedur 1. Memasang kanul IV, ambil sampel darah untuk uji kecocokan
2. Pasang infus IV dengan cairan normal salin menggunankan tranfusi set.
3. Memberi label sampel darah dengan jelas dan melengkapi blangko
permintaan darah. Jika identitas pasien belum jelas gunakan nomor
rekam medis emergensi. Nama pasien digunakan jika petugas ruangan
yakin informasi pasien telah benar.
4. Petugas ruangan mengkomunikasikan melalui telepon kepada petugas
BDRS mengenai kebutuhan darah segera dan menjelaskan kasus pasien
jika diperlukan.
5. Petugas ruangan memberitahu petugas BDRS dimana pasien dirawat.
6. Petugas ruangan/keluarga membawa sampel darah dan blangko
permintaan ke BDRS/PMI
Unit Terkait Semua unit pelayanan RS.PMI SULTRA
PENGHITUNGAN INSTRUMEN, JARUM, KASSA DAN ROL
KASSA SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.47/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Tindakan yang dilakukan oleh tim bedah untuk memastikan alat-alat dan
konsumable yang dipakai sebelum dan sesudah operasi jumlahnya sama.
TUJUAN Untuk menghindari tertinggalnya instrumen, jarum, kassa dan rol kassa di
lokasi operasi.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1445/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
1. Sebelum operasi di mulai, perawat instrumen menghitung jumlah
instrumen, jarum, kassa dan roll kassa yang telah disiapkan di meja
instrumen disaksikan oleh perawat asisten dan sirkuler.
2. Perawat sirkuler memastikan bahwa tempat sampah infeksius untuk
operasi dalam keadaan kosong.
3. Perawat sirkuler mencatat jumlah tersebut dalam lembar daftar tilik
keselamatan bedah
4. Bila ada penambahan instrumen, jarum, kassa dan rol kassa selama
operasi berlangsung, perawat instrumen menghitung jumlah yang di
tambahkan dan perawat sirkuler menulis jumlah penambahan
instrumen di lembar daftar tilik keselamatan bedah.
5. Sebelum luka operasi di tutup, perawat instrumen menghitung
kembali instrumen, jarum, kassa dan rol kassa yang ada di meja
instrumen di lokasi operasi. Perawat sikuler menghitung kassa yang
ada di tempat sampah infeksius (bekas operasi) dan di jumlahkan.
6. Bila semua instrumen, jarum, kassa dan rol kassa jumlahnya lengkap
beritahukan ke dokter operator, dan luka operasi ditutup.
7. Bila ada ketidaksesuaian jumlah instrumen, jarum, kassa dan rol kassa
beritahukan kepada dokter operator. Semua tim operasi mencari
instrumen, jarum, kassa dan rol kassa di lokasi operasi sampai
ditemukan.
8. Setelah jumlahnya lengkap, penutupan luka operasi dilanjutkan. Catat
jumlah tersebut dalam lembar daftar tilik keselamatan bedah.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi ( Ruang Bedah )
TIME OUT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


00.48/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/2
RS.PMI SULTRA
2023

Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Kegiatan yang dilakukan untuk memastikan benar pasien, benar prosedur
dan benar area operasi yang dibacakan dan dipimpin oleh perawat sirkuler
sebelum insisi pembedahan dimulai dengan seluruh tim bedah.
TUJUAN Pasien berhak mendapat pelayanan tepat, cepat, aman dan benar.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1446/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR Persiapan Alat :
1. Formulir asuhan keperawatan preoperatif
2. Formulir checklist keselamatan bedah
3. Alat tulis.

Sebelum Operasi :
Saat menerima pasien (diruang penerimaan pasien)
 Memberi salam kepada pasien memperkenalkan tim yang akan ikut
tindakan pembedahan.
 Lakukan pengecekan identitas pasien nama dan tanggal lahir, tanda
lokasi area pembedahan dan waktu pembedahan serta formulir pre dan
post operasi.
 Cek semua persiapan alat dan obat-obatan anestesi yang akan di
gunakan.
 Lakukan cek list dengan benar pada formulir pasien safety.
 Lakukan cek list instrumen dengan benar pada formulir pre dan post
operasi.

Sebelum Insisi
Lakukan kembali pengecekan sesuai prosedur “Time Out” oleh tim
(diruang tindakan pembedahan), meliputi :
 Benar identitas pasien nama dan tanggal lahir
 Benar tanda
 Benar posisi
 Benar jenis tindakan operasi
 Benar alat / instrument
Perawat Instrumentator
Siapkan dan hitung kassa, jarum dan bisturi serta instrument yang akan
dipakai
Perawat Sirkuler
 Catat jenis dan jumlah kassa, jarum, bisturi dan instrumen yang
digunakan.
 Memulai prosedur “Time Out” dengan memberitahukan tim
pembedahan dan dokter anestesi.

Selama Operasi
- Perawat instrumentator
Bila ada penambahan kassa dan instrumen dan hitung kembali.
- Perawat Sirkuler
Catat kassa dan instrumen yang ditambahkan

Sebelum Luka Ditutup


- Perawat Instrumentator
 Kumpulkan kassa dan instrumen kemudian hitung kembali.
 Hitung kassa yang belum dipakai (sisa).
 Bila telah sesuai laporkan ke operator.
- Perawat Sirkuler
 Hitung dan catat kassa dan instrumen yang sudah dipakai.
 Jumlah kassa / instrumen yang dipakai dan sisa harus sesuai
jumlahnya pada saat sebelum operasi dan sesudah operasi.
 Catat nama dan tanda tangan dokter operator.
 Mencatat bila ada jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan
PA.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MENCUCI ALAT-ALAT STAINLESS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.49/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan instrument setelah


pemakaian
TUJUAN 1. Agar instrumen bersih dan terawat
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3. Agar semua instrument dapat dipergunakan dengan baik.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1447/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Gunakan apron, sarung tangan dan kaca mata pengaman
2. Siapkan air bersih (air hangat) yang sudah dicampur cairan
desinfektan dengan perbandingan 30 ml : 1000 ml.
3. Instrumen direndam di bak pencucian alat + 15 menit.
4. Alat di sikat satu per satu lalu dibilas dengan air mengalir.
5. Masukkan instrumen ke dalam tempat jaring-jaring agar air yang
terisa dialat menetes.
6. Lap alat instrument dengan menggunakan kain kering
7. Lap alat instrument dengan menggunakan kasa yang sudah dibasahai
dengan paraffin (pemberian paraffin mencegah alat terhindar dari
korosi)
8. Alat diset dan masukkan lembaran kertas kecil yang bertulis identitas
pengemas alat
9. Alat yang sudah diset, dibungkus dengan pembungkus alat (2 lapis)
kemudian ikat dengan tali pengikat
10. Alat siap disterilkan dengan menggunakan sterilisator

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MENCUCI TANGAN UNTUK OPERASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.50/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Mencuci tangan untuk operasi adalah mencuci tangan secara steril untuk
operasi.
TUJUAN 1. Membunuh kuman yang ada di tangan team bedah.
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1448/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Pakai topi, apron, masker dan APD lainnya dengan baik dan benar.
2. Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (jam, cincin, dll).
3. Kuku yang panjang harus dipotong terlebih dahulu.
4. Basahi tangan sampai ke siku dengan air mengalir.
5. Ambil desinfektan atau sabun lebih kurang 5 ml, ratakan dikedua
tangan dan gosok telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari,
punggung kuku, jari-jari tangan, ujung kuku. Proses ini 3 – 5 menit.
6. Setelah itu bilas dengan air mengalir, posisikan jari tangan lebih
tinggi dari siku.
7. Bilas kembali dengan alkohol 70%.
8. Hindarkan tangan yang sudah dicuci kontak dengan benda-benda
yang tidak steril pada saat akan memasuki atau didalam ruang
tindakan.
9. Lanjutkan dengan pemakaian jas dan sarung tangan steril.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MENCUKUR RAMBUT DAERAH YANG AKAN DIOPERASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.51/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Tindakan membersihkan bulu atau rambut pada daerah (bagian tubuh)
yang akan dioperasi.
TUJUAN 1. Membersihkan daerah yang akan dioperasi dari bulu atau rambut.
2. Mencegah terjadinya infeksi post operasi.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1449/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan non steril
3. Atur posisi pasien dan bebaskan pakaian dari daerah yang akan
dicukur.
4. Pasang alas di daerah yang akan dicukur.
5. Periksa daerah yang akan dicukur apakah ada kelainan kulit.
6. Lakukan pencukuran searah dengan tumbuhnya rambut.
7. Bersihkan daerah yang sudah dicukur dengan air atau sabun lalu
keringkan.
8. Rapikan pasien dan kembalikan alat-alat yang dipergunakan pada
tempatnya.
9. Cuci tangan dan dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi, IGD, VK


PELAYANAN PASIEN DI RUANG TINDAKAN( KAMAR OPERASI )

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.52/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Suatu bentuk pelayanan yang diberikan di kamar bedah yang berfungsi
untuk memperlancar tindakan pembedahan dan menjaga keamanan dan
kenyamanan pasien.
TUJUAN Untuk memperlancar jalannya operasi
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1450/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Pasang selang aliran gas anestesi sesuai dengan jenis gas O2, N2O,
udara tekan.
2. Cek mesin anestesi agar siap kapai.
3. Siapkan atau pasang alat-alat monitoring, suction dan diathermi yang
diperlukan.
4. Siapkan alat-alat untuk melakukan intubasi dan pembedahan.
5. Siapkan obat-obatan anestesi dikamar bedah yang diperlukan sesuai
dengan jenis operasi.
6. Bantu dokter anestesi dalam melakukan tindakan pembiusan, antara
lain :
 Anestesi umum
 Anestesi regional
7. Monitor pasien selama tindakan pembedahan berjalan, Misalnya :
 Tekanan darah, pernapasan serta infus
 Mengawasi perdarahan selama operasi / mencatat tindakan anestesi
berjalan pada formulir catatan anestesi
 Mengawasi cairan yang masuk (infus)
 Mencatat alat-alat kesehatan yang digunakan pasien.
 Mencatat obat-obatan anestesi yang digunakan pasien.
 Mencatat instruksi dokter anestesi dalam dokumentasi catatan
anestesi.
 Mencatat jumlah kassa, jarum dan instrumen yang digunakan.
 Membantu membereskan dan pemenuhan kebutuhan selama operasi
berjalan.
8. Bantu dokter anestesi untuk memulihkan kembali pasien dari
pembiusan
9. Pindahkan pasien dari meja operasi ke brankar pasien
10. Serah terima pasien yang telah selesai dilakukan operasi
keperawat yang bertugas di ruang pemulihan
11. Bersihkan dan kembalikan alat-alat anestesi dan alat bedah yang
sudah digunakan ketempatnya agar siap pakai kembali.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MONITORING PASIEN DI RUANG PULIH

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.53/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat anestesi untuk melakukan
observasi kondisi pasien dan tanda-tanda vital selesai pembedahan.
TUJUAN Agar keadaan umum pasien dapat terkontrol dengan baik dan
meminimalkan adanya resiko dan komplikasi pasien setelah pembedahan.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1451/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Perawat anestesi melakukan serah terima kepada perawat ruang pulih.
2. Perawat ruang pulih memasang manset untuk pengukuran tekanan
darah dan saturasi O2.
3. Monitoring tingkat kesadaran GCS.
4. Monitoring cairan infus, perdarahan, drain.
5. Perawat ruang pulih melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital
pasien tiap 5 menit sampai pasien kembali ke ruangan.
6. Perawat ruang pulih melakukan pencatatan keadaan umum pasien di
catatan asuhan keperawatan pasca operasi.
7. Pemantauan dilakukan selama 30-60 menit diruang pulih atau setelah
dokter anestesi menyatakan pasien layak untuk kembali ke ruangan
sesuai dengan kriteria aldrete score.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
PELAYANAN PASCA ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.54/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Pelayanan pasien yang telah menjalani anestesi/operasi umumnya masih


dalam pengaruh obat-obat anestesi sebelum ke ruang rawat inap.
TUJUAN Memonitor fungsi vital pasien dalam batas normal setelah anestesi
berakhir hingga pengaruh obat anestesi hilang serta menjaga dan
mengurangi rasa nyeri.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1451/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Lakukan serah terima pasien secara jelas tentang data operasi anestesi,
jumlah perdarahan, ataupun penyulit yang terjadi serta pemeriksaan
jaringan hasil operasi bila ada dari ruang tindakan pembedahan ke
ruang pulih RR.
2. Lakukan penilaian kesadaran.
3. Berikan bantuan oksigenasi, ventilasi dan pertahankan sirkulasi.
4. Awasi terjadinya hipoventilasi karena depresi pernafasan, obstruksi
pangkal lidah atau cairan, aspirasi cairan lambung dan henti nafas,
bila perlu lakukan pembebasan jalan nafas.
5. Awasi fungsi vital lainnya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
6. Berikan analgetik bila diperlukan sesuai instruksi dokter anestesi.
7. Dokter anestesi menentukan pemulangan pasien sesuai dengan kriteria
aldrete.
8. Perawat melakukan koordinasi dengan petugas rawat inap, keluarga
pasien perihal pemulangan pasien di ruang pulih.
9. Dokumentasi dan serah terima pasien.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


PENANDAAN LOKASI OPERASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA 00.55/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/2
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Suatu proses kegiatan pemberian tanda pada lokasi operasi pada pasien
sebelum dilakukan insisi
TUJUAN 1. Mengurangi resiko operasi akibat salah lokasi operasi
2. Mengurangi resiko operasi akibat salah pasien
3. Sebagai petunjuk metode yang akan digunakan untuk pembedahan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1452/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Pasien yang direncanakan akan dilakukan operasi sebelum dilakukan
penandaan lokasi operasi dilakukan identifikasi pasien sesuai Prosedur
Identifikasi Pasien Rawat Inap.
2. Setelah identifikasi sesuai, lakukan konfirmasi mengenai rencana
tindakan yang akan dilakukan.
3. Penandaan lokasi operasi harus dilakukan oleh orang yang akan
melakukan tindakan
4. Penandaan lokasi operasi harus dilakukan sebelum pasien masuk
kamar operasi/ ruang tindakan dan dilaksanakan pada saat pasien
terjaga dan sadar jika memungkinkan.
a. Bila pasien akan langsung dilakukan tindakan segera / pada hari
yang sama, maka operator langsung menandai lokasi atau tempat
yang akan dioperasi
b. Bila pasien akan dilakukan tindakan elektif, maka penandaan
lokasi operasi dilakukan pada saat pasien datang di ruang
perawatan atau di Ruang Persiapan Operasi.
5. Pada saat melakukan penandaan lokasi operasi, operator melakukan
verifikasi lokasi yang akan dilakukan kepada pasien / keluarga pasien.
6. Cara penandaan lokasi operasi :
a. Penandaan dilakukan di lokasi operasi atau dekat dengan lokasi
operasi
b. Tanda berupa lingkaran yang akan dilakukan operasi dengan jelas
c. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi ( laterality ),
multiple struktur ( jari tangan, jari kaki, lesi ) atau multiple level (
tulang belakang )
d. Penandaan menggunakan spidol khusus bedah dan
didokumentasikan di lembar penandaan lokasi operasi
e. Dilakukan pada saat pasien sadar.
7. Penandaan lokasi operasi tidak dilakukan pada kasus :
a. Seksio cesar
b. Operasi jantung
c. Kasus intervensi dimana menggunakan kateter / instrument yang
diinsersi ( contoh : kateterisasi jantung )
d. Pada kasus dimana lokasi operasit tidak dapat ditandai, misalnya
operasi gigi, penandaan lokasi operasi gigi dilakukan pada foto
rontgen gigi / panoramic, dengan cara melingkari bagian gigi yang
akan di operasi pada foto rontgen
e. Kasus luka bakar
f. Operasi THT seperti tonsillectomy
g. Bayi premature, karena menyebabkan tanda permanen
h. Endoskopi
i. Laparatomi
Konfirmasi ulang penandaan lokasi operasi dilakukan saat
pembacaan time out.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi, Instalasi Gawat Darurat, Ruang Perawatan, Rawat
Jalan
TINDAKAN GIGI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.56/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Suatu langkah tindakan pengambilan ( pembersihan ) atau penumpatan


pada daerah gigi geligi yang dilakukan di poliklinik gigi.
TUJUAN 1. Memastikan tepat lokasi pada tindakan gigi
2. Memastikan tepat prosedur pada tindakan gigi
3. Memastikan tepat pasien pada saat tindakan gigi
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1453/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Laksanakan informed consent tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien dan atau keluarga pasien
2. Pastikan identitas pasien dengan mengajukan pertanyaan terbuka
mengenai nama pasien, tanggal lahir dengan mencocokkan pada
berkas rekam medis pasien.
3. Pastikan lokasi tempat tindakan dengan mengajukan pertanyaan
kepada pasien mengenai daerah yang akan dilakukan tindakan gigi (
bila memungkinkan )
4. Setelah identitas dan lokasi tindakan sudah sesuai lakukan persiapan
perlengkapan :
a. Standar dental set
b. Sarung tangan
c. Masker wajah
5. Cuci tangan dengan sabun antiseptik dan air
6. Pakai sarung tangan dan pelindung muka
7. Posisikan tindakan pasien dengan nyaman dan dapat dicapai secara
mudah oleh operator
8. Lakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang diinginkan.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
PENANDAAN LOKASI PRA PEMBEDAHAN OPERASI GIGI DI
KAMAR OPERASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.57/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Tindakan penandaan lokasi pada tindakan pembedahan pada gigi


TUJUAN 1. Untuk memastikan tepat lokasi bagian tubuh pasien yang akan
dioperasi
2. Pasien dan atau keluarga memahami lokasi bagian tubuh yang akan
dioperasi
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1454/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Ucapkan salam
2. Jelaskan tugas yang akan dilakukan

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MEMBERIKAN SEDASI SEDANG UNTUK ANAK

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.58/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Pemberian suatu obat yang menyebabkan penurunan depresi tingkat


kesadaran pasien serta diharapkan masih berespon dengan cepat /
berkurang untuk tujuan tertentu terhadap perintah verbal (stimulus
Auditory) yang keras atau rangsang pada ketuk dahi.
TUJUAN Memberikan suatu obat untuk menurunkan tingkat kesadaran yang
diberikan pada tindakan / prosedur yang membutuhkan sedasi sedang
pada anak.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1455/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Persiapan Alat dan Obat – obatan
a. Alat – alat :
- Orofaringeal airway sesuai ukuran.
- Stetoscope
- Monitor tekanan darah non invasive, saturasi O2, HR.
- Canul O2, simple mask.
- Syringe 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
b. Obat – obatan :
- Sedacum
- Propofol
- Obat narkotik (Morphin, Pethidine, Fentanyl).
2. Prosedur
a. Perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan diri pada
keluarga pasien.
b. Identifikasi pasien nama dan tanggal lahir serta mencocokkan
dengan gelang nama pasien.
c. Mengevaluasi kondisi klinis pasien sebelum pemberian sedasi.
d. Mengikut sertakan orang tua (salah satu keluarga inti) pasien anak
untuk mendampingi selama proses pembiusan, hanya sampai anak
tertidur.
e. Memasang monitor tanda – tanda vital (ECG, Pulse Oksimetri,
Tensi K/P).
f. Memasang IV line (apabila belum terpasang).
g. Memberikan obat sedasi, dosis disesuaikan dengan berat badan
pasien anak dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
h. Untuk sedasi sedang dimana ventilasinya spontan dapat diberikan
oksigen dengan bantuan nasal canul atau simple mask.
i. Semua tindakan ini dipantau dan didokumentasikan di form
catatan anestesi.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
MONITORING SEDASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.59/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Pemberian suatu obat yang menyebabkan penurunan depresi tingkat


kesadaran pasien serta diharapkan masih berespon dengan cepat /
berkurang untuk tujuan tertentu terhadap perintah verbal (stimulus
Auditory) yang keras atau rangsang pada ketuk dahi.
TUJUAN Memberikan suatu obat untuk menurunkan tingkat kesadaran yang
diberikan pada tindakan / prosedur yang membutuhkan sedasi sedang
pada anak.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1456/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Identifikasi pasien nama dan tanggal lahir serta mencocokkan dengan
gelang nama pasien.
2. Dokter anestesi melakukan tindakan sedasi harus sesuai dengan
standar prosedur kerja yang berlaku.
3. Sedasi dapat dilakukan di OK, IGD, VK, ICU / NICU.
4. Monitor sedasi dilakukan oleh dr. Anestesi dan non anestesiologi yang
telah berkualifikasi dan dalam pelaksanaan nya juga dibantu oleh
perawat yang telah terlatih
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
VISITING PRE OPERATIVE OLEH DOKTER ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.60/SPO/RS.PMI.SULTRA 00 1/1

Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Melakukan pre operasi visite oleh dokter anesthesia untuk memastikan
kelayakan pasien untuk dilakukan suatu enis operasi atau tindakan,
persiapan yang diperlukan dan menjelaskan jenis anesthesi yang akan
diberikan serta kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi.
TUJUAN 1. Memeriksa ulang secara menyeluruh keadaan fisik pasien, diagnosa
kerja, hasil laboratorium, pemeriksaan penunjang, jawaban konsul dari
dokter spesialis lain (bila ada) dan rencana operasi dari dokter bedah
yang terlibat.
2. Menentukan persiapan pasien untuk menjalani prosedur operasi bedah
atau suatu tindakan (puasa, produk darah dll).
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1457/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Menerima informasi perihal rencana operasi (elektif maupun
emergency) dari petugas kamar operasi atau perawat UGD atau
perawat ruangan.
2. Melakukan pre operasi visite sesegera mungkin untuk memastikan
kondisi pasien, kelayakan operasi dan persiapan yang diperlukan oleh
anesthesia.
3. Menjelaskan rencana jenis anesthesia yang akan dilakukan kepada
pasien atau keluarga (pasien anak) atau pihak yang bertanggung
jawab terhadap keberadaan pasien.
4. Menjelaskan resiko-resiko pemberian jenis anesthesia yang
direncanakan dan sikap dokter anesthesi terhadap resiko pembedahan
yang mungkin timbul saat prosedur atau suatu tindakan yang sedang
berlangsung di kamar operasi.
5. Menjelaskan kemungkinan rencana paska bedah untuk di rawat di
HCU atau ICU atau kembali ke ruang perawatan biasa.
6. Mendapatkan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas rencana
jenis anesthesia yang dilakukan.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
KRITERIA ALDRETTE SKOR PASIEN DI RUANG PULIH

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.61/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Kriteria score pasien di ruang pulih adalah metode penilaian kondisi
pasien pasca anestesi umum diruang pulih menggunakan sistem score.
TUJUAN Menjadi acuan standart dalam memulangkan atau memindahkan pasien
pasca anestesia umum (general anestesia).
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1458/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR Penilaian menggunakan aldrete score dapat dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi dengan kriteria aldrete score 10 baru pasien diizinkan
keluar dari ruang pulih.

No. Objek Kriteria Skor Skor


penilaian Pasie
n
1. Aktivitas 1. Mampu menggerakan 4 2
anggota gerak secara spontan
atau sesuai perintah.
2. Mampu menggerakan 2 1
anggota gerak secara spontan
atau sesuai perintah.
3. Belum bisa menggerakan 0
anggota gerak secara spontan
atau sesuai perintah.
2. Respirasi 1. Mampu bernapas dalam atau 2
batuk. 1
2. Sesak atau pernapasan sedikit
terganggu. 0
3. Apnoe.
3. Sirkulasi 1. Tekanan darah 20 % dari 0
tekanan darah pra anestesi.
2. Tekanan darah 20-50 % dari 1
tekanan darah pra anestesi.
3. Tekanan darah >50 % dari 0
tekanan dara pra anestesi.
4. Kesadaran 1. Sadar penuh. 2
2. Bisa dipanggil atau 1
dibangunkan. 0
3. Tidak memberikan respon
(jawaban).
5. Warna 1. Merah muda. 2
Kulit 2. Pucat, ikterus. 1
3. Sianosis. 0

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


KONSULTASI ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.62/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Konsultasi anestesia adalah suatu prosedur konsultasi manajemen


anestesia yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
TUJUAN 1. Mempersiapkan kondisi medis pasien yang akan menjalani operasi
secara optimal.
2. Meningkatkan kewaspadaan dokter operator dan pasien mengenai
kondisi medis pasien.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1496/A/SK/RS.P
MI.SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Perawat mempersiapkan pasien dengan melakukan validasi identitas
pasien mencocokan nama dan tanggal lahir pasien.
2. Mempersiapkan kondisi medis pasien secara optimal sebelum
tindakan operasi.
3. Dokter anestesi melakukan anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi medis pasien.
4. Dokter anestesi melakukan konsultasi kedokter spesialis lain untuk
terapi masalah medis yang spesifik.
5. Dokter anestesi membuat perencanaan manajemen anestesi yang akan
dilakukan sesuai kondisi pasien.
6. Dilakukan penggolongan kondisi fisik menurut ASA (American
Society of Anesthesiology).
7. Kegiatan diatas direkam dalam catatan medis.
8. Konsultasi anestesia dapat dilakukan di ruang perawatan, ruang
konsultasi anestesia atau pun di ruang tindakan sebelum operasi
dimulai.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


KUNJUNGAN PRA ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.63/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Kunjungan pra anestesi adalah suatu kunjungan dokter anestesia yang
bertujuan untuk menilai kondisi pasien, memperkirakan (prediksi) resiko
anestesia dan menjelaskan prosedur anestesia yang diperlukan untuk
rencana pembedahan yang direncanakan dan mendapatkan persetujuan
tindakan anestesia (informed consent).
TUJUAN 1. Mengusahakan pasien dalam kondisi optimal pada saat menjalani
tindakan anestesia dan pembedahan.
2. Mengurangi angka kesakitan dan kematian selama tindakan anestesia
dan pembedahan.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1460/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Pembuatan rencana pengelolaan anestesi meliputi :
a. Mempelajari rekam medis.
b. Melakukan wawancara dan pemeriksaan khusus :
 Membahas riwayat penyakit, kebiasaan, riwayat anestesi
terdahulu, pengobatan saat ini.
 Menilai kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan dalam
hal resiko dan pengelolaan anestesi.
c. Meminta dan mempelajari hasil – hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk tindakan anestesi.
d. Menentukan obat – obat atau medikasi pra anestesi yang diperlukan
untuk tindakan anestesi.
e. Penjelasan tentang kondisi pasien kepada keluarga atau pasien
(dewasa) sendiri, meliputi diagnosis kerja, rencana tindakan dan
faktor penyulit anestesi serta kemungkinan komplikasi intra
maupun paska anestesi. Ahli anestesia yang bertanggung jawab
memeriksa kembali bahwa hal tersebut diatas sudah dilakukan
secara benar dan dicatat dalam rekam medis pasien.
2. Kunjungan pra anestesi dapat dilakukan diruang rawat, poliklinik
anestesi, tempat lain seperti UGD dan poliklinik bila kondisi
memungkinkan.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


MEMBERIKAN SEDASI DALAM UNTUK DEWASA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.64/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/2
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Pemberian suatu obat yang menyebabkan depresi kesadaran, dimana


pasien tidak mudah dibangunkan untuk respon tertentu terhadap stimulus
nyeri, stimulus auditory yang keras ataupun rangsang ketuk ringan pada
dahi.
TUJUAN Memberikan suatu obat untuk menurunkan tingkat kesadaran yang
diberikan pada tindakan / prosedur yang membutuhkan sedasi dalam
untuk dewasa. Tindakan ini memerlukan bantuan ventilasi dan
pengawasan fungsi kardiovaskuler yang adekuat.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1461/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR I. Persiapan alat dan obat – obatan
1. Alat – alat :
1. Mesin anestesi
2. laryngoscope + blade sesuai ukuran
3. Mangil
4. Stylet
5. Spuit cuff
6. Orofaringeal airway sesuai ukuran
7. Stestoscope
8. Mesin suction
9. Suction catheter sesuai ukuran
10. Tape untuk fiksasi
11. Monitor tekanan darah non invasive, staurasi O2 HR.
12. Canul O2 simple mask
13. Syringe 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
2. Obat – obatan :
1. Sedacum
2. Propofol
3. Obat narkotik (Morphin, Pethidine, Fentanyl).

II. Prosedur Tindakan


1. Fase Pra Indikasi
1. Melakukan ceklist monitoring pasien yang akan dilakukan
tindakan pembiusan.
2. Perawat melakukan cuci tangan.
2. Fase Pra Indikasi
1. Perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Perawat meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal
lahir pasien ( bila pasien sadar ) atau meminta keluarga untuk
menyebutkan nama dan tanggal lahir pasien ( bila pasien tidak
sadar )
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada pasien
3. Fase Kerja
1. Menyiapkan alat dan obat – obatan.
2. Mengevaluasi kondisi klinis pasien sebelum dilakukan
pemberian obat - obatan sedasi.
3. Memasang monitor tanda – tanda vital.
4. Memasang IV line, memberikan obat sedasi dengan dosis
sesuai berat badan pasien dan sesuai dengan prosedur /
tindakan yang akan dilakukan.
4. Fase Terminal
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin, pasang hek tempat tidur
agar pasien tidak terjatuh.
2. Mencuci tangan setelah tindakan.
3. Melakukan pemantauan dan dokumentasi pada formulir
monitoring sedasi.
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Jika timbul masalah respirasi atau ventilasi (ventilasi inadekuat /
tidak ada nafas spontan) maka dilakukan “Basic Life Support”
(airway, breathing, circulating) sampai dengan kemungkinan
penggunaan LMA / intubasi.
2. Untuk kasus khusus ditambahkan dengan pemeriksaan penunjang
lainnya sesuai dengan kasus tersebut, dan bila memerlukan ruang
bedah (misalnya penderita penyakit paruobstruktif / restriktif
diperlukan spiometri, penderita gagal ginjal diperlukan pemeriksaan
fungsi ginjal, penderita penyakit jantung diperlukan pemeriksaan
jantung).

UNIT TERKAIT Kamar Operasi


PERSIAPAN OBAT-OBAT UNTUK INDUKSI ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.65/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Menyiapkan sediaan obat yang akan pakai sesuai jenis tindakan anestesi
baik regional maupun general anestesi.
TUJUAN 1. Memperlancar jalannya prosedur tindakan anestesi.
2. Mempermudah pengambilan / pemakaian obat yang dibutuhkan.
3. Menghindari kekeliruan dalam pemberian obat kepada pasien.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1462/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR Persiapan dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan perawat anestesi.
Cara persiapan :
1. Menyiapkan obat – obat sesuai dengan tindakan anestesia di masing
– masing kamar operasi.
2. Baca nama obat sediaan yang tercantum pada ampul atau vial dan
tanggal kadaluarsa.
3. Obat dimasukkan didalam syring kemudian diberi label yang berisi
nama obat dan konsentrasi obat, tanggal dan jam pembuatan dengan
jelas.
4. Obat diletakkan diatas trolley anestesi dan siap untuk dipakai.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


PENGELOLAAN PRA, DURANTE DAN PASCA ANESTESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.66/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/2
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Pengelolaan Pra, Durante, dan Pasca Anestesi yang dilakukan kepada
pasien untuk memberikan rasa aman dan safety pasien sehingga terhindar
dari kesalahan sebelum maupun sesudah dilakukan tindakan pembiusan.
TUJUAN Untuk memastikan tanggung jawab dokter anestesi dalam menentukan
status medis pasien, membuat rencana pengelolaan anestesi dan
memberitahukan kepada pasien atau keluarga mengenai rencana tersebut.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1463/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR PENGELOLAAN PRA ANESTESI
1. Adapun pengelolaan pra anestesia dengan mempelajari rekam medis
pasien (Medical Record).
2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik meliputi membahas riwayat medis,
kebiasaan, habituasi, pengalaman anestesi dan terapy obat terdahulu,
menilai aspek-aspek kondisi fisik yang dapat mempengaruhi
keputusan berkenaan dengan resiko dan penatalaksanaan peri operatif.
3. Meminta dan atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anesthesia.
4. Menentukan medical pra anesthesia (pre med) yang tepat yang
diperlukan untuk melakukan anesthesia.
5. Adapun di kamar operasi persiapan pra anestesi yang dilakukan
meliputi persiapan tenaga baik dokter anestesi maupun perawat
anestesi. Persiapan alat meliputi mesin anestesi, peralatan intubasi dan
persiapan obat baik obat-obat pre mediksai (narkotik, analgetik dan
sedative), obat-obat pelumpuh otot, obat-obat emergency dan stiker
label atau cairan yang digunakan.
PENGELOLAAN DURANTE
Sesuai dengan standar pelayanan anesthesia selama pembiusan, pada
prinsipnya adalah untuk melakukan pemantauan fungsi-fungsi vital pasien
yang dibius, meliputi:
1. Fungsi pernafasan meliputi pemantauan oksigenasi, pemantauan
ventilasi.
2. Fungsi sirkulasi untuk memastikan keadekuatan fungsi sirkulatori
pasien selama anestesia dengan metode : Pada setiap pasien yang
menjalani anesthesia harus dipaparkan gambaran EKG secara
kontinyu sejak awal anesthesia hingga meninggalkan lokasi.
Dilakukan pemeriksaan dan evaluasi tekanan darah arterial dan laju
jantung setiap 5 menit, fungsi sirkulatori harus dibuat evaluasi secara
kontinyu, paling tidak dengan salah satu dari yang berikut ini: palpasi
nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan jelas, tekanan intra
arterial, pemantauan nadi peripheral ultrasound atau pletismografi
atau oksimetri pulse
3. Suhu tubuh mempertahankan suhu tubuh pasien yang sesuai.
Mempertahankan suhu tubuh pasien yang sesuai selama anesthesia
dengan metode memantau adanya perubahan-perubahan signifikan
suhu tubuh secara klinis diinginkan, diantisipasikan atau dicurigai.
PENGELOLAAN PASCA ANESTESIA
1. Semua pasien yang menjalani anesthesia umum, anesthesia regional
harus menjalani tatalaksana pasca anestesi yang tepat yaitu dengan :
semua pasien yang menjalani tindakan anesthesia harus dimasukkan
ke Recovery Room (RR).
2. Seorang pasien yang dipindahkan ke RR harus didampingi oleh
seorang anggota tim pengelola anesthesia yang memahami kondisi
pasien. Pasien tersebut harus dinilai secara kontinyu dan
ditandatangani selama pemindahan dengan pemantauan dan bantuan
sesuai dengan kondisi pasien.
3. Setelah tiba di RR pasien harus dinilai kembali oleh anggota tim
pengelola anesthesia yang mendampingi pasien dan laporan verbal
diberikan kepada perawat RR yang bertanggung jawab : Kondisi
pasien setelah tiba di RR harus segera dicatat, perawat anesthesia
harus memberikan informasi yang berkenan dengan kondisi pasien
selama pra bedah dan jalannya pembedahan/anesthesi kepada perawat
RR, anggota tim pengelola anesthesi harus tetap berada di dalam RR
sampai perawat RR menerima pengalihan tanggung jawab.
4. Kondisi pasien di RR harus dinilai secara kontinyu antara lain :
pemantauan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan suhu. Selama
pemulihan penilaian oksigenasi kuantitatif dilakukan dengan
pemasangan oksimetri pulse dan harus dibuat laporan tertulis yang
akurat selama di RR yaitu dengan penggunaan sistem skor RR yang
tepat pada saat pasien masuk, selama di RR dan saat keluar di RR.
5. Seorang dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab atas
pengeluaran pasien dari RR ada kriteria khusus untuk mengeluarkan
pasien dari RR. Kriteria ini dapat berbeda untuk pasien yang
dipindahkan langsung keruang rawat rumah sakit, ICU atau pulang ke
rumah (ODC)
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi, Ruang Perawatan Intensif, Ruang Perawatan Umum
ANESTESIA EPIDURAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.67/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/2
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Anestesia epidural adalah tindakan anestesia dengan menyuntikan obat


keruang epidural ditandai dengan hilangnya tahanan (lost off desistance)
yang akan menghasilkan hambatan hantaran rangsang saraf medula
spinalis, menyebabkan hilangnya fungsi otonom, sensoris dan motorik
untuk sementara waktu selama masa kerja obat.
TUJUAN Menghilangkan sensasi pada daerah yang teranestesi sehingga dapat
dilakukan tindakan pembedahan didaerah saraf – saraf medulla spinalis
yang terblock.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1464/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Persiapan pasien :
a. Sudah dilakukan kunjungan pra anestesia, termasuk informed
consent.
b. Sesuai standar anestesia umum.
c. Khusus : pasien telah terpasang jalur intravena yang lancar
minimum satu buah.
2. Persiapan alat dan obat :
a. Jarum epidural sekecil mungkin sesuai pengalaman.
b. Obat anestesia lokal dan ajuvan.
c. Persiapan a dan anti sepsis.
d. Alat – alat dan obat – obat anestesia umum.
3. Persiapan alat pemantauan :
a. Monitor yang terdiri dari tekanan darah, EKG, pulse oksimeter.
b. Stetoskop.
c. Termometer.
d. Kateter urin terpasang.
4. Cara kerja :
a. Posisi pasien miring dengan lutut dilipat ke perut maksimal, kepala
tunduk ke dada maksimal atau posisi duduk.
b. A dan anti sepsis daerah penyuntikan.
c. Infiltrasi lokal anestesi di daerah penyuntikan.
d. Jarum epidural ditusuk kecelah intervertebrata antara L2-3/L3-
4/L4-5 sesuai indikasi dan pengalaman.
e. Jarum epidural Touhy dimasukan pelan – pelan dengan spuit yang
berisi udara atau NaCl 5 cc. Spuit didorong sambil memasukkan
jarum. Bila dirasakan hilang tahanan pada spuit dan pendorong
dengan mudah dimasukkan , pertanda ujung jarum telah mencapai
ruang epidural.
f. Kateter epidural dimasukkan pelan-pelan melalui jarum Touhy ke
arah kranial sejauh 3-5 cm
g. Obat anestesi lokal dimasukkan setelah dipastikan jarum masuk ke
ruang epidural
h. Lakukan test dose dahulu sebanyak 3 cc, ditunggu 3 menit. Bila
tidak ada telinga berdengung, kejang – kejang, obat bisa dilanjutkan
kedosis penuh.
i. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan dan kesadaran. Bila tekanan
darah turun < 30%, percepat infus, masukan ephedrin 10 mg iv.
Bila perlu diulang tiap 3 menit.
5. Nilai ketinggian hambatan sensorik dan motorik.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi
ANESTESIA SPINAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.68/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Anestesia spinal adalah tindakan anestesia dengan cara menyuntikan obat
anestesia lokal dan ajuvan kedalam ruang subarachnoid yang akan
menghasilkan hambatan hantaran rangsang saraf medula spinalis ditandai
dengan keluarnya cairan LCS (Liquer care spinalis) menyebabkan
hilangnya fungsi otonom, sensoris dan motoris untuk sementara waktu
selama masa kerja obat tersebut.
TUJUAN Menghilangkan sensasi pada daerah yang terblok sensoris, motorik dan
otonom sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan pada daerah
tersebut.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1465/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Persiapan pasien :
a. Sudah dilakukan kunjungan pra anestesia, termasuk informed
consent.
b. Sesuai standar anestesia umum.
c. Pasien sudah terpasang jalur intravena yang lancar minimum satu
buah.
2. Persiapan alat dan obat
a. Jarum spinal sekecil mungkin sesuai dengan pengalaman.
b. Obat anestesi lokal dan ajuvan.
c. Peralatan a dan antiseptik.
d. Alat-alat dan obat-obatan anestesia umum.
3. Persiapan alat pemantauan
a. Monitor yang meliputi tekanan darah, EKG, pulse oksimetri.
b. Stetoskop.
c. Kateter urin.
4. Cara kerja :
a. Posisi pasien miring dengan lutut dilipat ke perut maksimal kepala
tunduk ke dada maksimal atau posisi duduk dengan kepala tunduk.
b. Lakukan a dan antiseptik daerah penyuntikan.
c. Jarum ditusukkan dicelah intravetebrata antara L2-3 / L3-4 / L4-5
sesuai indikasi dan pengalaman.
d. Obat anestesia lokal dimasukkan setelah dipastikkan jarum masuk
ke ruang subarachnoid yaitu keluarnya cairan spinal di pangkal
jarum.
5. Posisi pasien terlentang kembali, lakukan pengawasan terhadap
tekanan darah, nadi, kesadaran dan pernapasan.
6. Nilai ketinggian hambatan sensoris dan motorik dengan uji Pin-Prick
dan skala Bromage.

UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi


ANESTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.69/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/5
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Anestesia Bedah Anak adalah anestesia yang dilakukan pada pediatri
pasien usia  12 tahun. yang termasuk pediatri adalah : neonatus, infant,
toddler, preschool children.
TUJUAN 1. Membantu menciptakan kondisi optimal untuk prosedur bedah yang
akan dijalani.
2. Mencegah terjadi morbiditas dan mortalitas selama pembedahan dan
paska bedah.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1466/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR Peralatan :
 Persiapan kamar operasi :
a. Sirkuit anestesia : sirkuit terbuka Mapleson D (Jackson Ress)
dengan aliran gas segar 2,5 – 3 x ventilasi semenit untuk mencegah
rebreathing.
b. Volume kantung sesuai besar kapasitas vital.
c. Anak dengan BB : 10 – 20 kg dapat menggunakan sirkuit setengah
tertutup yang berdiameter kecil.
 Sarana kamar operasi :
a. Obat – obat anestesia termasuk obat resusitasi.
b. Monitor berupa EKG, tekanan darah, pulse oksimeri, stetoskop
prekordial.
c. Mesin anestesi beserta kelengkapan pasokan gas.
d. Peralatan jalan napas : sungkup muka, ETT, guedel.
e. Laringoskop dengan bilah anak, stylet dan laryngeal mask.
f. Peralatan penghangat tubuh anak dan alat pemantau suhu.
g. Alat untuk pemberian cairan intravena termasuk kanulasi vena.
h. Alat penghisap (suction).
 Bilah laringoskop :
a. Dianjurkan bilah lurus (miller) untuk usia <2 tahun.
b. Standar ukuran bilah laringoskop :

Umur Bilah
Prematur dan Neonatus Miller 0
Bayi s/d 6 – 8 bulan Miller 0 – 1
9 bulan s/d 2 tahun Miller 1
2 s/d 5 tahun Macintosh 1
Miller 1 – 1,5

 Endo Tracheal Tube


a. Tanpa cuff dapat digunakan sampai usia 10 tahun. (tergantung jenis
operasi).
b. Prematur. : 2,5 – 3,0 mm
c. Neonatus s/d 6 bulan : 3,0 – 3,5 mm
d. 6 bulan s/d 1 tahun : 3,5 – 4 mm
e. 1-2 tahun : 4,0 - 5,0 mm
f. >2 tahun : 4,0 – 5,0 mm
g. Kedalaman tube dari mulut : 10+ usia(tahun)/2

 Pengaturan suhu kamar operasi :


a. Suhu optimal antara 26 – 32 C.
b. Terpasang penghambat alas (blanket rol).
c. Cairan infus, darah dan cairan irigasi harus dihangatkan.

 Peralatan pemberian cairan intravena :


a. BB  10 kg menggunakan buret atau infus pump untuk mencegah
pemberian cairan berlebih.
b. BB  10 kg digunakan set infus anak, 1 cc = 60 tetes.
c. Hindari udara yang masuk intravena.
d. Dapat menggunakan three way untuk memberi obat suntik jarak
jauh.

Prosedur :
1. Lakukan kunjungan pre anestesia sebelum operasi sesuai dengan
kesempatan dan waktu yang tersedia.
2. Meminta informed consent sebelum tindakan anestesia dilakukan.
3. Pada pre operatif sudah didapat data mengenai :
a. Riwayat usia kehamilan dan berat badan.
b. Proses persalinan (APGAR SCORE).
c. Riwayat perawatan di rumah sakit.
d. Ada kelainan bawaan atau metabolik.
e. Ada kelainan jalan napas.
4. Pemeriksaan fisik yang mencakup :
b. Keadaan umum, tanda vital, berat badan.
c. Keadaan mulut, rongga mulut, gigi yang dapat mempersulit
intubasi.
d. Keadaan jalan napas, respirasi dan sistem kardiovaskuler.
Tempat pemasangan kanulasi perifer.
5. Laboratorium rutin yang harus ada : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit,
masa perdarahan dan masa pembekuan. Untuk keadaan khusus dapat
diperiksa foto thorak, EKG, tes fungsi hati, ginjal dan gula darah.
6. Persiapan preanestesi :
a. Puasa :
Usia (Bulan) Susu/makan padat Cairan jernih
6 4 jam 2 jam
6 – 36 6 jam 3 jam
> 36 8 jam 3 jam
Bila memungkinkan pada saat puasa pasien sudah terpasang jalur
intravena dengan infus (N2/N4/RL sesuai umur) atau bila jadwal
operasi tertunda.
7. Premedikasi dan teknik induksi :
7.1. Premedikasi
a. Tidak perlu pada anak  18 bulan, anak > 18 bulan dapat
diberikan midazolam atau diazepam per oral.
b. Tidak perlu diberikan pada anak dengan kelainan mental atau
gangguan jalan napas.
c. Terapi penyakit kronis harus tetap diberikan.
d. Obat sedatif, narkotik, antiemetik dan antikolinergik dapat
diberikan sesuai indikasi.
7.2 Tehnik Induksi
Bayi  8 bulan atau BB <7 kg masuk kamar operasi tanpa sedasi
dan induksi dengan tehnik inhalasi.
7.3. Induksi Inhalasi
Dapat dilakukan bila belum terpasang jalur intravena. Anak usia 8
bulan – 5 tahun atau anak yang tidak kooperatif dapat dilakukan
induksi inhalasi setelah disedasi dengan midazolam. Dekatkan
sungkup muka ke wajah dengan aliran gas rendah (1-3 lt/mnt) N2O
dan O2. Konsentrasi volatile anestesi ditingkatkan bertahap. Saat
reflek bulu mata hilang letakkan sungkup muka dan angkat rahang.
Naikan aliran gas segar 2,5 – 3 kali volume semenit.
7.4. Induksi intramuskular
Untuk anak yang tidak kooperatif atau retardasi mental dapat
diinduksi dengan ketamin 3 – 5 mg/kgBB im.
7.5. Induksi Intravena
Untuk anak yang sudah terpasang jalur intravena dapat diinduksi
dengan propofol 3-4 mg/kgBB IV atau thiopental 4-6
mg/kgBB IV. Propofol tidak dianjurkan digunakan pada anak < 3
tahun.
7.6. Anak dengan lambung penuh
Prinsip sama dengan pasien dewasa dengan tambahan :
a. Atropin 0,02 mg/kg diberikan untuk mencegah bradikardia.
b. Lakukan dekompresi dengan pemasangan pipa naso – gastrik
atau orogastrik.
c. Berikan ranitidine 2 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis. Untuk
mengurangi volume lambung dan meningkatkan PH.
d. Intubasi sadar merupakan pilihan pada bayi sakit berat atau
dengan kelainan jalan napas hebat.
8. Intubasi dan pemeliharaan anestesia.
8.1. Intubasi
a. Pemilihan ETT atau laryngeal mask sesuai kebutuhan.
b. Pemasangan ETT atau LM bisa dilakukan dengan atau tanpa
pelumpuh otot.
c. Penggunaan ETT dengan cuff sesuai indikasi (misal : operasi
dirongga mulut).
8.2. Pemeliharaan anestesia
a. Dalam dilakukan dengan inhalasi (halotan, isofluran,
sevofluran).
b. Pemeliharaan obat intravena dan pelumpuh otot sesuai
indikasi dan kebutuhan.
9. Pemberian cairan
a. Diberikan cairan dengan rumus 4-2-1 :
10 kg pertama : 4 cc/kgBB/jam
10 kg kedua : 2 cc/kgBB/jam
Kenaikan BB berikutnya : 1 cc/kgBB/jam
b. Cairan yang digunakan adalah ringer laktat dan dapat
ditambahkan cairan yang mengandung glukosa untuk mencegah
hipoglikemia.
c. Bila diperlukan cairan infus atau tranfusi sesuai dengan
perhitungan kebutuhan cairan perioperatif.
10. Proses pemulihan dan perawatan
10.1. Proses pemulihan
a. Bila menggunakan pelumpuh otot golongan non depolar, dapat
dipertimbangkan pemberian penawar pelumpuh otot.
b. Ekstubasi dilakukan setelah pernapasan adekuat dan mulut
bersih dari cairan atau bekuan darah.
c. Pada pasien dengan kelainan jalan napas atau tidak puasa maka
ekstubasi dilakukan setelah pasien sadar.
d. Laringospasme dapat terjadi selama proses bangun.
e. Gunakan oropharingeal airway bila pasien belum sadar.
f. Paska anestesia diberikan O2 100%.
g. Observasi pernapasan selama transportasi ke ruang pulih.
10.2. Perawatan paska pembiusan
a. Ada supervisi oleh dokter spesialis anestesiologi.
b. Ada perawat anestesia yang mampu mengenali tanda – tanda
kegawatan pada anak paska anestesia.
c. Tanda vital harus segera dinilai setiba diruang pemulihan dan
dibuat laporan tertulis yang akurat selama diruang pemulihan.
d. Tersedia alat monitoring, oksigen dan alat penghisap untuk
setiap setiap pasien.
e. Pasien dapat pindah keruang rawat jika sudah sadar, tanda –
tanda vital baik.
UNIT TERKAIT KAMAR OPRASI
ANESTESIA PADA PASIEN RAWAT JALAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.70/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/1
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Anestesi pada pasien rawat jalan adalah tindakan anestesia yang
dilakukan pada pasien yang tidak memerlukan perawatan paska tindakan,
tapi masih memenuhi keadaan amnesia, analgesia dan penekanan reflek.
TUJUAN Memberi rasa aman dan nyaman pada pasien yang akan dilakukan
prosedur tindakan baik yang menggunakan anestesia umum ataupun
monitored anestesia care. Umumnya dilakukan pada ruang endoskopi,
radio diagnosis, radio terapi.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1467/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR Dilakukan dengan Anetesia umum :
1. Sebelum melakukan tindakan petugas memanggil nama dan
mencocokan tanggal lahir pasien.
2. Lakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik sebelum pemberian obat
– obat anestesia.
3. Pasang monitor standar yang tersedia dan oksigen nasal.
4. Pasang jalur intravena dan infuse Ringer Laktat.
5. Premedikasi :
b. Midazolam : 0,07 – 0,15 mg/kgBB iv.
c. Fentanyl : 1 – 2 mikrogram/kgBB.
6. Obat induksi dan pemeliharaan :
- Propofol : 1-2 mg/kgBB iv dan bolus
intermiten untuk pemeliharaan.
- Ketamin (untuk anak) : 1-2 mg/kgBB iv.
3-5 mg/kgBB im.
- Atau kombinasi propofol dan ketamin dengan dosis masing –
masing diturunkan sampai separuhnya.
7. Setelah selesai pasien dirapikan dan di observasi.
8. Pasien boleh pulang jika kesadaran kompos mentis, pernapasan dan
tekanan darah baik serta tidak ada mual maupun muntah.
UNIT TERKAIT Unit Kamar Operasi, Rawat Jalan
ANESTESI REGIONAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.71/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/4
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PENGERTIAN Anestesi regional adalah tindakan anestesi dengan cara memasukkan obat
anestetik lokal pada saraf tertentu sehingga tercapai keadaan analgesik
pada daerah yang dipersarafi oleh saraf.
TUJUAN Untuk memblok saraf sesuai daerah operasi.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS.PMI SULTRA Nomor:1468/A/SK/RS.PMI.
SULTRA/IX/2023 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah
RS.PMI SULTRA
PROSEDUR 1. Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.
2. Jenis tindakan anestesi regional.
1. Anestesi Spinal (Sub Arachnoid)
Pada Anestesi spinal obat anestetik lokal dimasukkan kedalam
ruang sub arachnoid dari medula spinalis.
a. Indikasi :
 Operasi abdomen bagian bawah (dibawah umbilicalis).
 Operasi ekestremitas bagian bawah : Ortopedi, bedah
plastik, bedah tumor.
 Operasi kebidanan : dilatasi / kretase, histerektomi vaginal,
kista ovarium.
 Bedah umum / digestive : Haemorhoidektomi, fistel
perianal, abces perianal, herniotomi, appendiktomi.
 Bedah urologi : TUR, seksio alta, orkhidektomi,
vesikolitotomi.
b. Kontra Indikasi :
 Dekompensasi kordis.
 Kelainan mekanisme pembekuan darah.
c. Syarat :
 Sudah menanda tangani SIO (Surat Izin Operasi) dan SIA
(Surat Izin Anestesi).
 Tidak ada infeksi / kelainan kulit pada tempat penyuntikan.
 Tidak alergi terhadap obat anestetik lokal.
 Kooperatif
d. Persiapan pasien :
 Umum : Sesuai standar persiapan umum pasien untuk
tindakan anestesia.
 Khusus : Pasang jalur intravena yang lancar, diberikan
cairan infus sebelum tindakan spinal.
ANESTESI REGIONAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.72/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 2/4
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PROSEDUR e. Persiapan alat :


 Trolley yang sudah di tutup dengan dick steril berisi :
- 1 pasang sarung steril sesuai ukuran.
- 10 kasa steril.
- 1 spuit 3 ml.
- 1 jarum spinal steril.
- Alkohol.
- Bethadin.
- Hansaplast.
f. Persiapan obat-obatan :
 Bupivacaine HCL 0,5%.
 Catapres 150mg.
 Lidorain 2ml.
 Ephedrin 50mg.
 Ondancentron 8mg.
 Midazolam 5mg.
 Fentanyl 50mg /ml.
 Propofol 10mg /ml.
 Emla zalf.
g. Alat monitor :
 EKG monitor
 Tensi meter
 Pulse oksimeter
h. Tindakan :
 Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan umur
dan tanggal lahir.
 Pasang monitor dan pulse oksimeter.
 Ukur tekanan darah.
 Posisi pasien miring kiri/kanan, lutut dilipat keperut dan kepala
menunduk sehingga celah intervertebrae terbuka maksimal, atau
posisi duduk dengan posisi kepala menduduk.
 Pakai sarung tangan steril.
 Dilakukan tindakan a/antiseptik daerah lumbal.
 Pilih celah intervertebrae L4-L5 atau L3-L4 dengan menggunakan
SIAS sebagai patokan.
 Jarum spinal ditusukkan sampai terasa menembus durameter yang
keras dan diteruskan sedikit (2mm), mandrin dicabut dan tunggu
sampai keluar cairan liquor yang menetes
ANESTESI REGIONAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.73/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 3/4
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PROSEDUR 2. Anestesi Epidural


Pada anestesi epidural obat anestetik lokal dimasukkan kedalam
ruang epidural dari medulla spinalis.
a. Indikasi :
 Operasi abdomen bagian bawah (dibawah umbilicalis).
 Operasi abdomen bagian atas (dikombinasi dengan anestesi
umum).
b. Ektremitas bawah : orthopedi, bedah plastik, bedah tumor.
c. Kebidanan : dilatasi / kuretase, histerektomi vaginal, kista
ovarium.
d. Bedah urologi : TUR, orkhidektomi, vesikolitotomi.
e. Kontra indikasi
 Dekompesasi kordis.
 Kelainan mekanisme pembekuan darah.
 Nyeri pasca bedah.
f. Persyaratan :
 Tidak ada infeksi / kelainan kulit di tempat penyuntikan.
 Tidak ada alergi terhadap obat anestetik lokal.
 Kooperatif.
g. Persiapan pasien :
 Umum : sesuai standar persiapan umum untuk tindakan
operasi dengan tindakan anestesi.
 Khusus : pasang jalur intravena yang lancar, berikan cairan
infus.
h. Persiapan alat :
 Trolley dengan alas duk steril disitu terletak :
- 1 pasang sarung tangan steril.
- 10 kasa steril.
- 1 spuit 3 ml.
- 1 spuit 10 ml.
- 1 spuit 20 ml.
- 1 buah alat epidural set.
 Obat :
- 1 ampul obat anestesi lokal.
- 1 vial obat anestesi epidural
i. Alat monitor
 EKG
 Tensimeter
 Pulse oksimeter
ANESTESI REGIONAL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RS.PMI SULTRA
00.74/SPO/RS.PMI.SULTRA/IX/ 00 1/4
2023
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 September 2023
(SPO)

PROSEDUR j. Tindakan
 Pasang monitor EKG dan pulsoksimeter.
 Ukur tekanan darah.
 Posisi pasien miring kiri / kanan, lutut dilipat ke perut dan
kepala menunduk sehingga celah intervertebrae terbuka
maksimal, atau posisi duduk dengan posisi kepala
menunduk.
 Pakai sarung tangan steril.
 Dilakukan tindakan a/antiseptik daerah lumbal.
 Pilih celah intervertebrae L2-3 atau L3-4 dengan
menggunakan SIAS sebagai patokan.
 Suntikan anestesi lokal secara infiltrasi di daerah yang
dipilih.
 Tusukkan jarum epidural lebih kurang 1-1,5 cm.
 Cabut mandrin kemudian spuit 20ml yang berisi udara atau
cairan NaCl 0,9%, tangan kiri memegang spuit sambil
menahan pada permukaan kulit pasien. Tangan kanan
mendorong jarum sambil mendorong penghisap sampai
menembus lapisan yang keras dan terasa masuk dalam
ruangan dengan tekanan negatif.
 Spuit dilepas, yakinkan tidak keluar cairan liquor.
 Bila tidak menggunakan kateter masukkan obat anestetik
lokal sebanyak 5 ml sebagai test dose. Tunggu 1 menit
sambil tanyakan pada pasien apakah terasa ”mendenging”
ditelinga atau tidak. Bila tidak ada tanda-tanda tersebut
masukkan sisa obat anestetik lokal, sisanya sesuai dosis
yang dikehendaki.
 Bila pakai kateter masukkan kateter sampai kedalam yang
ditentukan.
 Tempat suntikan ditutup dengan kasa steril yang diberi
bethadine dan diplester.
 Pasien dikembalikan pada posisi telentang, kemudian
diatur pada posisi operasi yang dikehendaki.
 Ukur tekanan darah, denyut nadi, dan saturasi O2.

UNIT TERKAIT Kamar Operasi

Anda mungkin juga menyukai