Anda di halaman 1dari 35

Psikiatri

Schizophrenia
Definisi Etiologi,
Faktor risiko
Defenisi

• Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika


pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan
dalam berpikir, dan perubahan sikap.
• penderita tidak mampu mengenali realitas sehingga tidak
mampu menjalankan kehidupan sehari-hari seperti orang
normal, dengan perjalanan kronis ditandai dengan
kekambuhan yang terjadi secara berulang
Etiology

• Penyebab Skizofrenia jarang berdiri sendiri, biasanya terdiri


dari penyebab fisik, jiwa dan lingkungan serta kultural-
spiritual yang sekaligus timbul bersamaan sehingga akhirnya
memunculkan gangguan pada jiwa
• Skizofrenia terjadi karena gangguan integrasi dari faktor biologis,
psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis), bila
diaktifkan oleh pengaruh yang penuh tekanan antara faktor
biologis, psikososial dan lingkungan, memungkinkan timbulnya
Skizofrenia. Komponen biologis berupa kelainan genetik,
gangguan fungsi atau struktural otak, neurokimia, infeksi,
sedangkan psikologis (contohnya situasi keluarga yang penuh
tekanan atau kematian kerabat dekat), dan komponen lingkungan
seperti penyalahgunaan zat, stres psikososial, dan trauma
Faktor resiko

• A. Faktor Biologis
• Komplikasi kelahiran
Bayilaki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,
hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.
• Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah dilaporkan
pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus
pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami skizofrenia.
• Faktor Genetik Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki
ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai
hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek, dan sepupu
dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum. Kembar identik
40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar
dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang skizofrenia
berpeluang 40%, satu orang tua 12%
Klasifikasi
Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid

• Jenis skizofrenia dimana penderitanya mengalami bayangan


dan khayalan tentang penganiayaan dan kontrol dari orang
lain dan juga 18 kesombongan yang berdasarkan
kepercayaan bahwa penderitanya itu lebih mampu dan
lebih hebat dari orang lain
Skizofrenia Tak Teratur / Skizofrenia Hebefrenik

• Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh


gangguan dan kelainan di pikiran. Seseorang yang
menderita skizofrenia sering menunjukkan tanda tanda
emosi dan ekspresi yang tidak sesuai untuk keadaan nya.
Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering
dialami untuk orang yang mederita skizofrenia jenis ini
Skizofrenia Katatonia

• Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh
stres emosional
• Merupakan salah satu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi oleh suatu hal
berikut ini, yaitu :
• 1) Stupor katatonik Paasien tidak berespons terhadap lingkungan atau orang. Menunjukkan
pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari
pergerakan. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien sering menyadari hal-hal yang
sedang berlangsung disekitarnya.
• 2) Kekakuan (rigiditas) katatonik Mempertahankan sikap kaku terhadap semua upaya untuk
menggerakan dirinya.

• 3) Kegaduhan katatonik Kegaduhan aktivitas motorik yang tidak
bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan yang datangnya
dari luar.
• 4) Sikap tubuh katatonik Secara sadar mengambil sikap tidak
wajar atau aneh.
• 5) Kegembiraan katatonik Pasien sangat aktif dan gembira.
Mungkin dapat mengancam jiwanya (misal, karena kelelahan).
d. Skizofrenia Residual

• Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala skizofrenia


yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang
tumpul dan mendatar serta tidak serasi (inappropriate),
penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik,
pikiran tidak logis dan tidak rasional atau pelonggaran
asosiasi pikiran
Skizofrenia tak terinci

• Terdapat gejala psikotik yang jelas dan tidak dapat


diklasifikasikan dalam salah satu kategori yang telah
disebutkan diatas, atau yang memenuhi lebih dari satu tipe
kriteria. 1) Suatu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya
ditandai dengan waham yang jelas, halusinasi, inkoherensi,
atau tingkah laku kacau 2) Tidak memenuhi kriteria dari
salah satu tipe yang telah disebutkan di atas atau
memenuhi lebih dari kriteria dalam satu tipe
CMD
Skizofrenia
Anamnesis

• Anamnesis pada schizophrenia perlu dilakukan untuk


mengesampingkan penyebab lain dari gejala psikotik yang
ditunjukkan oleh pasien. Informasi mengenai riwayat medis dan
psikiatrik dalam keluarga, perincian tentang kehamilan dan masa
kanak-kanak juga mengambil peran penting, apakah pasien
merupakan anak yang tidak diharapkan atau pasien sering
menjadi korban bullying teman-temannya, keadaan emosional
anak cenderung lebih suka bermain sendiri dan gelisah. Riwayat
obat-obatan yang digunakan serta riwayat penyalahgunaan zat
• Schizophrenia biasanya terjadi pada usia menjelang 30an
dan terdapat perubahan yang nyata dalam kepribadian dan
penurunan baik dalam fungsi akademik, sosial dan
interpersonal yang dimulai ketika remaja. Gejala ini akan
berlangsung antara 1-2 tahun sebelum akhirnya pasien
mengunjungi psikiater untuk pertama kalinya.
Gejala

• Gejala positif: halusinasi umumnya auditorik, delusi/waham dan ucapan


serta perilaku yang tidak teratur
• Gejala negatif: kurangnya motivasi dengan hilangnya minat terhadap hal-hal
di sekitarnya, berpikir dan bergerak secara lambat, penarikan sosial menjadi
orang yang tertutup, dingin, egois dan terasingkan
• Gejala kognitif: kurangnya konsentrasi dan kemampuan untuk mengatur
sesuatu, sulit untuk memulai komunikasi atau hubungan dengan orang lain
• Gejala mood: pasien dapat tampak ceria atau sedih dengan cara yang sulit
dipahami namun sering kali mengalami depresi
Pemeriksaan fisik

• Penampilan: melihat secara keseluruhan cara jalan, cara duduk, cara berpakaian, dandanan,
kebersihan diri, ada/tidaknya cacat fisik, sesuai dengan usia atau lebih muda/lebih tua.
• Sikap: kooperatif atau tidak dengan pemeriksa, gaduh gelisah atau sebentar-sebentar ingin
meninggalkan tempat duduk, bermusuhan atau tidak kooperatif dengan pemeriksa.
• Mood: Suasana perasaan pasien. Hasil yang dapat diperoleh berupa hipertimia (manik), eutimia
(normal), hipotimia (depresi), disforia (cepat marah/tersinggung), labil (bila marah dapat
membahayakan orang sekitarnya).
• Afek: memperhatikan mimik pasien (gerak alis, bibir, kedipan mata, dll) atau bahasa tubuh. Hasil
penilaian berupa datar/terbatas/serasi dengan mood/tidak serasi dengan mood.
• Proses pikir: selama wawancara apakah relevan (koheren) / tidak relevan
sama sekali (inkoheren), apakah ide satu tidak ada kaitan dengan ide bicara
lainnya (asosiasi longgar), jawaban berputar-putar, apakah tidak menjawab
atau terhenti tiba-tiba (blocking).
• Isi pikir: isi pembicaraan hanya tertentu dan diulang-ulang (miskin ide), ada
waham (kebesaran, kejaran, nihilistik, aneh, dll) atau hanya preokupasi.
• Persepsi: ada halusinasi/tidak (auditorik/visual/taktil)
• Tilikan: apakah pasien sadar dirinya sakit atau tidak
Kriteria Diagnosis Schizophrenia

• Diagnosis pada schizophrenia dapat dilakukan melalui wawancara klinis mengacu pada DSM-5. Diagnosis
schizophrenia ditegakkan bila tidak terdapat gangguan organik yang mendasari, salah satu kriteria A-C
terpenuhi, serta kriteria pengecualian tidak terpenuhi.
• Kriteria Simtomatik (Kriteria A)
• Kriteria A mensyaratkan munculnya gejala khas atau gejala lainnya dengan durasi minimal 1 bulan atau untuk
waktu yang lebih sedikit jika pengobatan berhasil. Setidaknya harus ada 2 kriteria A dalam waktu minimal 1
bulan atau lebih. Kriteria tersebut adalah delusi/waham, halusinasi, ucapan tidak terorganisir, perilaku
katatonik dan gejala negatif.
• Kriteria Fungsi (Kriteria B)
• Kriteria B membutuhkan kemunduran yang signifikan pada salah satu atau lebih pada area fungsi utama seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal atau bisa tidaknya individu dalam merawat dirinya sendiri. [8]
• Kriteria Durasi (Kriteria C)
• Kriteria C membutuhkan total durasi 6 bulan berturut-turut. Dalam periode 6 bulan ini harus ada setidaknya 1 bulan gejala fase
aktif (gejala psikotik yang nyata). Durasi yang lebih pendek dari fase aktif hanya diperbolehkan masuk dalam kriteria jika
pengobatan berhasil. Gejala lainnya yang dapat ditemukan adalah gejala psikotik, gejala prodromal sebelum psikosis nyata, atau
gejala residu setelah resolusi gejala psikotik. Gejala residual ini didefinisikan sebagai kepercayaan aneh, pemikiran magis, ide
referensi, pengalaman persepsi yang aneh, ucapan tidak jelas atau perilaku aneh. [
• Kriteria Pengecualian (Kriteria D-F)
• Individu dengan gangguan suasana hati (mood) atau gangguan schizoafektif tidak termasuk dalam mendiagnosis schizophrenia.
Pasien dengan schizophrenia seharusnya tidak mengalami episode manik atau depresi selama gejala psikotik fase aktif atau jika ada
episode perubahan mood yang bersamaan dengan fase aktif. Selain itu, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
V (DSM-5) menyebutkan bahwa gejala hasil dari efek fisiologis penyalahgunaan zat dan obat atau adanya kelainan neurologis dan
medis tidak termasuk kriteria diagnosis schizophrenia. [
• Gangguan Bipolar dengan gejala
psikotik
DD Tipe:
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini
Schizophrenia manik dengan gejala psikotik
2. Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresi berat dengan gejala psikotik
DD Schizophrenia

• Gangguan Bipolar dengan gejala psikotik


Tipe:
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
2. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan
gejala psikotik
• Gangguan Psikotik Akut
Jika gejala psikosis muncul kurang dari 1 bulan dan dapat
muncul sekurangnya 1 hari
• Schizoaffective
Schizoaffective memiliki gejala psikotik tetapi juga
memiliki gangguan mood
Tatalaksana
Skizophrenia
Antipsikoti • Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik
generasi lama yang mempunyai aksi untuk
k tipikal mengeblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik
jenis ini lebih efektif untuk mengatasi gejala positif
(FGA) yang muncul. Efek samping ekstrapiramidal
banyak ditemukan pada penggunaan antipsikotik
tipikal sehingga muncul antipsikotik atipikal yang
lebih aman. Contoh obat-obatan yang termasuk
dalam antipsikotik tipikal diantaranya adalah
klorpromazin, tiorizadin, flufenazin, haloperidol,
loxapin, dan perfenazin
Antipsikotik
• Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang banyak
muncul pada tahun 1990an. Aksi obat ini yaitu
menghambat reseptor 5-HT2 dan memiliki efek
atipikal (SGA) blokade pada reseptor dopamin yang rendah.
Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama dalam
terapi skizofrenia karena efek sampingnya yang
cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan
antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal menunjukkan
penurunan dari munculnya efek samping karena
penggunaan obat Universitas Sumatera Utara dan
masih efektif diberikan untuk pasien yang telah
resisten terhadap pengobatan. Antipsikotik ini efektif
untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif.
Contoh obat yang termasuk antipsikotik atipikal adalah
clozapin, risperidon, olanzapin, ziprasidon, dan
quetiapin
Farmakologi obat
anti-psikotik
Antipsikotik tipikal (FGA)

• Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi lama yang


mempunyai aksi untuk mengeblok reseptor dopamin D2.
Antipsikotik jenis ini lebih efektif untuk mengatasi gejala positif
yang muncul. Efek samping ekstrapiramidal banyak ditemukan
pada penggunaan antipsikotik tipikal sehingga muncul
antipsikotik atipikal yang lebih aman. Contoh obat-obatan yang
termasuk dalam antipsikotik tipikal diantaranya adalah
klorpromazin, tiorizadin, flufenazin, haloperidol, loxapin, dan
perfenazin
Antipsikotik atipikal (SGA)

• Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang banyak muncul pada tahun 1990an.
Aksi obat ini yaitu menghambat reseptor 5-HT2 dan memiliki efek blokade pada
reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama
dalam terapi skizofrenia karena efek sampingnya yang cenderung lebih kecil jika
dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal menunjukkan
penurunan dari munculnya efek samping karena penggunaan obat Universitas
Sumatera Utara dan masih efektif diberikan untuk pasien yang telah resisten
terhadap pengobatan. Antipsikotik ini efektif untuk mengatasi gejala baik positif
maupun negatif. Contoh obat yang termasuk antipsikotik atipikal adalah clozapin,
risperidon, olanzapin, ziprasidon, dan quetiapin
Edukasi

• mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan dan peristiwa-peristiwa kehidupan.


Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi
yang baik, memberikan dukungan atau harapan, menyediakan lingkunganyang nyaman,
toleran perlu dilakukan.
• meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam mengelola gejala.
• Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri,
mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik intervensi perilaku bermanfaat
untuk diterapkan pada fase ini.
• mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat.Modalitas rehabilitasi spesifik,
misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok
diterapkan pada fase ini.Pada fase ini pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan
mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya.
• American Psychiatric Association.
(2013). Diagnostic and Statistical
Referensi Manual of Mental Disorder Edition
(DSM-V). Washington : American
Psychiatric Publishing.

Anda mungkin juga menyukai