Schizophrenia
Definisi Etiologi,
Faktor risiko
Defenisi
• A. Faktor Biologis
• Komplikasi kelahiran
Bayilaki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,
hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.
• Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah dilaporkan
pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus
pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami skizofrenia.
• Faktor Genetik Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki
ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai
hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek, dan sepupu
dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum. Kembar identik
40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar
dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang skizofrenia
berpeluang 40%, satu orang tua 12%
Klasifikasi
Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid
• Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh
stres emosional
• Merupakan salah satu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi oleh suatu hal
berikut ini, yaitu :
• 1) Stupor katatonik Paasien tidak berespons terhadap lingkungan atau orang. Menunjukkan
pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari
pergerakan. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien sering menyadari hal-hal yang
sedang berlangsung disekitarnya.
• 2) Kekakuan (rigiditas) katatonik Mempertahankan sikap kaku terhadap semua upaya untuk
menggerakan dirinya.
•
• 3) Kegaduhan katatonik Kegaduhan aktivitas motorik yang tidak
bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan yang datangnya
dari luar.
• 4) Sikap tubuh katatonik Secara sadar mengambil sikap tidak
wajar atau aneh.
• 5) Kegembiraan katatonik Pasien sangat aktif dan gembira.
Mungkin dapat mengancam jiwanya (misal, karena kelelahan).
d. Skizofrenia Residual
• Penampilan: melihat secara keseluruhan cara jalan, cara duduk, cara berpakaian, dandanan,
kebersihan diri, ada/tidaknya cacat fisik, sesuai dengan usia atau lebih muda/lebih tua.
• Sikap: kooperatif atau tidak dengan pemeriksa, gaduh gelisah atau sebentar-sebentar ingin
meninggalkan tempat duduk, bermusuhan atau tidak kooperatif dengan pemeriksa.
• Mood: Suasana perasaan pasien. Hasil yang dapat diperoleh berupa hipertimia (manik), eutimia
(normal), hipotimia (depresi), disforia (cepat marah/tersinggung), labil (bila marah dapat
membahayakan orang sekitarnya).
• Afek: memperhatikan mimik pasien (gerak alis, bibir, kedipan mata, dll) atau bahasa tubuh. Hasil
penilaian berupa datar/terbatas/serasi dengan mood/tidak serasi dengan mood.
• Proses pikir: selama wawancara apakah relevan (koheren) / tidak relevan
sama sekali (inkoheren), apakah ide satu tidak ada kaitan dengan ide bicara
lainnya (asosiasi longgar), jawaban berputar-putar, apakah tidak menjawab
atau terhenti tiba-tiba (blocking).
• Isi pikir: isi pembicaraan hanya tertentu dan diulang-ulang (miskin ide), ada
waham (kebesaran, kejaran, nihilistik, aneh, dll) atau hanya preokupasi.
• Persepsi: ada halusinasi/tidak (auditorik/visual/taktil)
• Tilikan: apakah pasien sadar dirinya sakit atau tidak
Kriteria Diagnosis Schizophrenia
• Diagnosis pada schizophrenia dapat dilakukan melalui wawancara klinis mengacu pada DSM-5. Diagnosis
schizophrenia ditegakkan bila tidak terdapat gangguan organik yang mendasari, salah satu kriteria A-C
terpenuhi, serta kriteria pengecualian tidak terpenuhi.
• Kriteria Simtomatik (Kriteria A)
• Kriteria A mensyaratkan munculnya gejala khas atau gejala lainnya dengan durasi minimal 1 bulan atau untuk
waktu yang lebih sedikit jika pengobatan berhasil. Setidaknya harus ada 2 kriteria A dalam waktu minimal 1
bulan atau lebih. Kriteria tersebut adalah delusi/waham, halusinasi, ucapan tidak terorganisir, perilaku
katatonik dan gejala negatif.
• Kriteria Fungsi (Kriteria B)
• Kriteria B membutuhkan kemunduran yang signifikan pada salah satu atau lebih pada area fungsi utama seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal atau bisa tidaknya individu dalam merawat dirinya sendiri. [8]
• Kriteria Durasi (Kriteria C)
• Kriteria C membutuhkan total durasi 6 bulan berturut-turut. Dalam periode 6 bulan ini harus ada setidaknya 1 bulan gejala fase
aktif (gejala psikotik yang nyata). Durasi yang lebih pendek dari fase aktif hanya diperbolehkan masuk dalam kriteria jika
pengobatan berhasil. Gejala lainnya yang dapat ditemukan adalah gejala psikotik, gejala prodromal sebelum psikosis nyata, atau
gejala residu setelah resolusi gejala psikotik. Gejala residual ini didefinisikan sebagai kepercayaan aneh, pemikiran magis, ide
referensi, pengalaman persepsi yang aneh, ucapan tidak jelas atau perilaku aneh. [
• Kriteria Pengecualian (Kriteria D-F)
• Individu dengan gangguan suasana hati (mood) atau gangguan schizoafektif tidak termasuk dalam mendiagnosis schizophrenia.
Pasien dengan schizophrenia seharusnya tidak mengalami episode manik atau depresi selama gejala psikotik fase aktif atau jika ada
episode perubahan mood yang bersamaan dengan fase aktif. Selain itu, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
V (DSM-5) menyebutkan bahwa gejala hasil dari efek fisiologis penyalahgunaan zat dan obat atau adanya kelainan neurologis dan
medis tidak termasuk kriteria diagnosis schizophrenia. [
• Gangguan Bipolar dengan gejala
psikotik
DD Tipe:
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini
Schizophrenia manik dengan gejala psikotik
2. Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresi berat dengan gejala psikotik
DD Schizophrenia
• Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang banyak muncul pada tahun 1990an.
Aksi obat ini yaitu menghambat reseptor 5-HT2 dan memiliki efek blokade pada
reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama
dalam terapi skizofrenia karena efek sampingnya yang cenderung lebih kecil jika
dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal menunjukkan
penurunan dari munculnya efek samping karena penggunaan obat Universitas
Sumatera Utara dan masih efektif diberikan untuk pasien yang telah resisten
terhadap pengobatan. Antipsikotik ini efektif untuk mengatasi gejala baik positif
maupun negatif. Contoh obat yang termasuk antipsikotik atipikal adalah clozapin,
risperidon, olanzapin, ziprasidon, dan quetiapin
Edukasi