Anda di halaman 1dari 86

Proses Keperawatan

Praoperatif

By
Arif Muttaqin
Kumala Sari
Asuhan Keperawatan
Praoperatif
Fase Praoperatif
 Fase praoperatif adalah suatu
kondisi dimana klien sudah
diputuskan untuk dilakukan
pembedahan sampai ke meja
pembedahan tanpa memandang
riwayat atau klasifikasi
pembedahan
Pengkajian Praoperatif
 Pengkajian Umum
 Riwayat Kesehatan dan psikososial
 Pemeriksaan fisik
 Pengkajian diagnostik
Pengkajian Umum
 Identitas
 Pekerjaan & asuransi kes
 Persiapan umum
 Informed consent
 Alat & sarana bedah
 Tranfusi darah
Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan  faktor risiko
 Riwayat alergi
 Kebiasaan merokok dan NAPZA
 Pengkajian nyeri praoperatif
Riwayat risiko 
Pengkajian psikososial
 Kecemasan pre operasi
 Perasaan
 Konsep diri
 Citra diri
 Sumber koping
 Kepercayaan spiritual
 Pengetahuan, persepsi dan
pemahaman pembedahan
Informed consent
 Informed Consent adalah suatu izin tertulis yang
dibuat secara sadar dan sukarela dari klien yang
diperlukan sebelum suatu pembedahan dilakukan.
 Izin tertulis ini melindungi klien terhadap
pembedahan yang lalai dan melindungi ahli bedah
terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum 
prinsip medikolegal yang baik.
 Tanggung jawab perawat adalah untuk
memastikan bahwa informed consent telah didapat
secara sukarela dari klien oleh dokter
Persetujuan Tindakan (Informed Consent)
 Di ruang gawat darurat, klien mungkin tidak dapat menandatangani
persetujuan tindakan dan tidak ada anggota keluarga yang
menemaninya.
 Pada kasus ini, secara hukum dokter boleh melaksanakan
pembedahan tanpa persetujuan klien.
 Namun, berbagai usaha untuk mendapatkan persetujuan dari anggota
keluarga harus tetap dilakukan, misalnya melalui telepon, telegram,
atau pada beberapa negara bagian melalui surat perintah pengadilan.
 Persetujuan lewat telepon harus disaksikan oleh dua orang saksi yang
mendengar persetujuan lisan dari anggota keluarga klien. Kedua orang
saksi tersebut menandatangani lembar persetujuan tindakan dengan
menggunakan nama anggota keluarga yang menunjukkan bahwa
persetujuan lisan sudah diperoleh.
 Setelah format persetujuan tindakan dilengkapi, perawat memastikan
bahwa format tersebut diletakkan di dalam rekam medik klien
Pemeriksaan fisik
 Survei umum
 Kepala & leher
 Integumen
 Toraks dan paru-paru
 Jantung & sistem vaskular
 Abdomen
 Fungsi endokrin
 Status neurologis
 Muskuloskeletal
Pengkajian Diagnostik
standar
 Umum
 Lab rutin: Hb, Lekosit, trombosit, BT, CT
 Lebih 40 tahun
 Lab rutin
 EKG
 Ro thoraks
Diagnosa Keperawatan
 Kecemasan b.d. kurang pengetahuan tentang
pembedahan yang akan dilaksanakan, hasil akhir
paskaoperatif.
 Koping individu tidak efektif b.d. prognosis
pembedahan, ancaman kehilangan organ atau
fungsi tubuh dari prosedur pembedahan,
ketidakmampuan menggali koping efektif.
 Kurang pengetahuan tentang implikasi
pembedahan berhubungan dengan kurang
pengalaman tentang operasi, kesalahan informasi.
Kecemasan
 Kecemasan klien yang telah
diinformasikan tentang pembedahan
akan menurun dan klien akan
mempersiapkan diri untuk
berpartisipasi dalam tahap pemulihan
pascaoperatif sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai .
Kecemasan
 Penyuluhan Preoperatif
 Klien bedah harus dibuatkan rencana program penyuluhan yang
paling efektif sehingga seluruh klien bedah akan mendapatkan
informasi yang sama.
 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan
pengetahuan atau tingkat kecemasan pada klien yang menerima
penyuluhan perioperatif seminggu sebelum pembedahan
dengan klien yang menerimanya sesaat sebelum pembedahan.
Penelitian lain menemukan bahwa klien lebih suka menerima
informasi perioperatif pada waktu antara kedatangan klien ke
rumah sakit sampai sebelum klien menjalani pembedahan,
walaupun rentang waktunya hanya beberapa jam atau kurang
(Schoessler, 1989, dikutip Potter, 1997).
Koping individu tidak efektif
 Dukungan untuk mencari koping
efektif dengan rasionalisasi keadaan
Kurang pengetahuan
 Kriteria evaluasi:
 Klien dan keluarga mengatahui jadwal pembedahan.
 Klien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi
keperawatan
 Klien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan
termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah
yang telah dijelaskan.
 Klien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif den
pascaanestesi
 Klien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi
intervensi prosedur pascaanestesi
 Klien dan keluarga mengungkapkan alasan pada setiap instruksi
dan latihan praoperatif.
 Klien dan keluarga memahami respons pembedahan secara
fisiologis dan psikologis
 Secara subjektif klien menyatakan rasa nyaman den relaksasi
emosional
 Klien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif
Persiapan pembedahan
 Persiapan intestinal
 Persiapan kulit
 Pembersihan area operasi.
 Persiapan istirahat dan tidur
 Persiapan rambut dan kosmetika
 Pemeriksaan alat bantu (protese) dan
perhiasan
 Persiapan administrasi dan Informed
Consent
Ajarkan aktifitas pada postoperasi
 Latihan napas diafragma
 Ajarkan latihan batuk efektif dan
mengurangi respon nyeri
 Latihan tungkai
 Manajemen nyeri keperawatan
Persiapan akhir prabedah
 Petugas dari ruang operasi mengkaji ulang
secara cepat persiapan yang diperlukan
selama operasi, meliputi:
 Alat & obat
 Kebutuhan tranfusi darah
 Status dan Kelengkapan pemeriksaan diagnostik
Transportasi ke Ruangan
Prabedah
Ringkasan
 Periode praoperatif dapat berlangsung selama beberapa hari atau hanya
beberapa jam.
 Pembedahan menimbulkan stres psikologis yang tinggi. Klien merasa
cemas tentang pembedahan.
 Anggota keluarga berperan penting dalam membantu klien yang
mengalami keterbatasan fisik dan dalam memberi dukungan emosional
selama masa pemulihan pascaoperasi.
 Hasil pengkajiaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik preoperatif
menjadi dasar penting untuk dibandingkan dengan data Pengkajian
pascaoperatif.
 Perasaan klien tentang pembedahan dapat memberi pengaruh yang
besar pada hubungan antara staf keperawatan dengan kemampuan
klien berpartisipasi dalam perawatan.
 Pengangkatan bagian tubuh melalui pembedahan dapat mengubah citra
tubuh dan seksualitas individu secaraa permanen.
Ringkasan
 Pengangkatan bagian tubuh melalui pembedahan dapat mengubah
citra tubuh dan seksualitas individu secaraa permanen.
 Diagnosa keperawatan untuk klien bedah dapat memberi implikasi
untuk asuhan keperawatan pada satu atau seluruh tahap
pembedahan.
 Tanggung jawab utama untuk mendapatkan persetujuan tindakan
dari klien terletak pada dokter bedah.
 Persetujuan tindakan tidak dapat diperoleh jika klien dalam keadaan
bingung, tidak sadar, tidak kompeten secara mental, atau berada di
bawah pengaruh obat penenang.
 Penyuluhan preoperatif secara terstruktur memiliki pengaruh yang
positif pada pemulihan pascaoperatif
 Dasar penyuluhan preoperatif adalah penjelasan seluruh tindakan
rutin preoperatif dan pascaoperatif dan mendemonstrasikan latihan-
latihan pascaoperatif
Asuhan Keperawatan
Intraoperatif
Klien di ruang pra bedah
kamar persiapan (Holding Area)
 Pada sebagian besar rumah sakit, klien
lebih dulu masuk ke ruang sementara.
 Perawat menjelaskan tahap-tahap yang
akan dilaksanakan untuk menyiapkan
klien menjalani pembedahan.
Klien di kamar persiapan
(Holding Area)
 Di dalam ruang sementara, perawat,
perawat anestesi, atau ahli anestesi
memasang kateter infus ke tangan klien
melalui intravena dengan kateter IV
yang berukuran besar.
 Suhu dingin  selimut
 Klien masih sadar dan melihat petugas
dengan berpakaianmasker, pakaian
khusus, dan penutup mata untuk
pembedahan secara lengkap.
Ke kamar operasi
PRINSIF KESEHATAN
INTRAOPERATIF
 Baju kamar
Operasi
 Masker
 Tutup kepala
 Sepatu sandal
PRINSIF Asepsis

 Asepsis merupakan prinsip bedah untuk


mempertahankan keadaan bebas kuman.
 Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam
tindak bedah.
 Antisepsis adalah cara dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai keadaan bebas
kuman patogen.
 Tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya
infeksi dengan membunuh kuman patogen.
Sumber infeksi

 Udara
 Alat dan pembedah
 Kulit
 Visera
 Darah
Teknik tanpa singgung

 Teknik tanpa singgung yang bertujuan


mengusahakan agar benda steril yang akan dipakai
sewaktu pembedahan tidak langsung bersinggungan
dengan kulit tangan pemakai.
 Terlebih dahulu dikenakan masker dan tutup kepala.
 Teknik tanpa singgung ini harus diterapkan dalam
tindakan mengeringkan tangan dan lengan,
memasang gaun bedah (Gambar 2-13), mengambil
dan memakai sarung tangan (Gambar 2-14),
memasangkan gaun bedah untuk orang lain
(Gambar 2-15), memasang dan melepas sarung
tangan (Gambar 2-16-17), membuka bungkusan
kain dan instrumen (Gambar 2-18), menyerahkan
set instrumen (Gambar 2-19), melakukan desinfeksi
kulit klien (Gambar 2-20).
Area operasi

 Persiapan lapangan bedah


 Penutupan lapangan bedah
 Zona steril
Modalitas perawat Scrub

 Bahan jahitan
 Jenis benang jahit
 Ukuran benang
 Jarum jahit bedah
 Bentuk jarum
 Persiapan jarum
 Alat instrumen sesuai jenis bedah
Pemberian Anestesi
 Klien yang mendapat anestesi
umum akan kehilangan seluruh
sensasi dan kesadarannya.
 Relaksasi otot mempermudah
manipulasi anggota tubuh.
Pemberian anastesia
 Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV
dan inhalasi melalui empat tahap anestesi.
 Tahap I dimulai saat klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan
kehilangan kesadaran secara bertahap, dan status analgesik
dimulai.
 Tahap 2 adalah tahap eksitasi. Otot klien kadang­kadang
menegang dan hampir kejang. Refleks menelan dan muntah
tetap ada, dan pola napas klien mungkin menjadi tidak teratur.
 Tahap 3 dimulai saat irama pernapasan mulai teratur. Fungsi
vital terdepresi, refleks terdepresi atau hilang sementara, dan
dokter bedah mulai melakukan pembedahan pada tahap ini.
 Tahap 4 adalah tahap depresi pernapasan lengkap, yang dapat
menjadi fatal. Tahap-tahap ini ditentukan oleh penggunaan eter
dan kadang-kadang sulit ditentukan jika menggunakan obat­
obatan anestesi yang baru.
Pemasangan ETT
 Untuk mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi dan
komplikasi pernapasan lainnya, ahli anestesi memasang
selang endotrakea ke jalan napas klien.
 Succinylcholine, suatu obat penghambat saraf akan
menyebabkan paralisis sementara pita suara dan otot
pernapasan selama selang endotrakea terpasang.
 Kemudian ahli anestesi memberi ventilasi bantuan sampai
efek succinylcholine hilang dan klien kembali bernapas
secara spontan. Mulai saat itu, gas atau uap anestetik
biasanya diberikan secara inhalasi melalui selang
endotrakea. Beberapa obat-obatan lain yang sering
digunakan adalah supran, foran, dan halotan.
 Klien juga menerima suplai oksigen secara berkelanjutan
Efek anatesia
 Lamanya anestesi bergantung pada
lamanya waktu pembedahan.
 Risiko pembedahan mempengaruhi
lamanya waktu pembedahan.
 Risiko terbesar dari anestesi umum adalah
efek samping obat-obatan anestesi,
termasuk di antaranya depresi atau
iritabilitas kardiovaskuler, depresi
pernapasan, dan kerusakan hati serta ginjal
ANESTESI REGIONAL
 Induksi anestesi regional menyebabkan
hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu.
 Metode induksi mempengaruhi bagian alur
sensorik yang diberi anestesi.
 Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia,
histerektomi vagina, atau perbaikan
pembuluh darah kaki, anestesi regional
hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi.
ANESTESI REGIONAL
 penyuntikan obat-obatan yang akan
menimbulkan blok saraf regional.
 Infiltrasi obat anestesi dapat dilakukan
dengan salah satu metode induksi
berikut:
1. Blok saraf.
2. Anestesi spinal.
3. Anestesi epidural.
4. Anestesi kaudal.
Risiko anatesi regional
 risiko yang mungkin timbul terutama pada anestesi
spinal, karena kadar anestesi mungkin dapat meningkat,
yang berarti agens anestesi dalam medula spinalis akan
bergerak ke atas dan dapat mempengaruhi pernapasan.
 Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis dan serat
saraf nyeri dan motorik menimbulkan vasodilatasi yang
luas sehingga klien dapat mengalami penurunan TD yang
tiba-tiba. Apabila kadar anestesi meningkat, paralisis
pernapasan dapat terjadi, memerlukan resusitasi dari ahli
anestesi.
 Klien perlu pemantauan yang hati-hati selama dan segera
setelah pembedahan
ANESTESI LOKAL
 Anestesi lokal rnenyebabkan hilangnya sensasi pada
tempat yang diinginkan (mis., adanya sel tumbuh
pada kulit atau kornea mata).
 Obat anestesi (mis. lidokain) menghambat konduksi
saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi.
 Klien akan kehilangan rasa nyeri dan sentuhan,
aktivitas motorik, dan otonom (mis., pengosongan
kandung kemih).
 Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur
minor pada tempat bedah sehari.
 Untuk menghilangkan nyeri pascaoperatif, dokter
dapat memberi anestesi lokal pada area pembedahan.
Pengaturan Posisi Klien Selama
Pembedahan
 Posisi yang dipilih biasanya ditentukan
oleh teknik bedah yang digunakan.
 posisi klien diatur agar dokter bedah
mudah mencapai tempat pembedahan
dan fungsi sirkulasi serta pernapasan
adekuat.
 Posisi tidak boleh mengganggu struktur
neuromuskular. Kenyamanan dan
keselamatan klien harus diperhatikan.
Posisi Bedah
 Telentang (supine)
 Posisi Duduk
 Posisi Litotomi
 Telungkup (prone)
 Posisi Lateral
Posisi telungkup
Posisi Lateral
Mohon Maaf Tidak Bisa Di Copy
Ringkasan
Sebagian besar tanggung jawab
perawat dalam ruang operasi berfokus
pada:
1. Penurunan Risiko tinggi infeksi.
2. Penurunan risiko tinggi trauma.
Asuhan Keperawatan
Postoperatif
Fase pasca operatif
Fase pasca operatif pada proses
keperawatan perioperatif dimulai dari
klien meninggalkan kamar operasi dan
masuk pada ruangan pulih sadar
Pengkajian paskaoperasi
 Untuk mengkaji kondisi pascaoperatif, perawat
mengandalkan informasi yang berasal dari hasil
pengkajian keperawatan preoperatif, pengetahuan yang
dimiliki klien tentang prosedur pembedahan, dan hal-hal
yang terjadi selama pembedahan berlangsung.
 Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya
perubahan. Adanya perbedaan nilai normal klien dapat
menunjukkan adanya komplikasi bedah.
 Perawat sirkulator dapat menemani klien ke RR dan
melaporkannya pada perawat anestesi atau ahli anestesi
untuk memberikan perawatan yang berkelanjutan.
Pengkajian paskaoperasi
 Tindakan pascaoperatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu
periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase pascaoperatif.
 Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan
normalnya terjadi hanya dalam 1 sampai 2 jam, dan
penyembuhan dilakukan di rumah.
 Untuk klien yang dirawat di rumah sakit, pemulihan
terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan
berlangsung selama 1 hari atau lebih bergantung pada
luasnya pembedahan dan respons klien
Pemulihan Segera Pascaoperatif
di Recovery Room
 Perawat sirkulasi telpon bagian RR bahwa klien siap dipindahkan
 Saat klien masuk ke RR perawat menyerahkan status klien.
Laporan tim bedah mencakup laporan tentang obat anestesi
yang diberikan.
 Kaji data dari tim bedah tentang status umum klien, perlunya
pemasangan alat dan adanya asuhan keperawatan khusus.
 Laporan pemberian cairan IV atau transfusi darah selama
pembedahan berlangsung mengingatkan perawat pada
keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Dokter bedah sering melaporkan beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian khusus (mis., klien yang berisiko
mengalami pendarahan atau infeksi).
Pemulihan Segera Pascaoperatif
 Di RR perawat mengevaluasi TTV dan melakukan
observasi penting lainnya minimal setiap 15 menit atau
kurang, bergantung pada kondisi klien dan kebijakan unit.
 Monitoring di RR, meliputi:
1. Pernapasan
2. Sirkulasi
3. Suhu tubuh
4. Fungsi Neurologis
5. Integritas kulit dan kondisi luka
6. Fungsi Genitourinaria
7. Fungsi GI
8. Keseimbangan cairan & Elektrolit
9. Rasa nyaman
Pemulihan Lanjut Paska operasi
di Ruang Perawatan
 Tujuan Asuhan Keperawatan:
 Menunjukkan kembalinya fungsi fisiologis
normal
 Tidak memperlihatkan adanya infeksi luka
bedah
 Dapat beristirahat dan memperoleh rasa
nyaman
 Mempertahankan konsep diri
 Kembali kepada status kesehatan
fungsional dengan keterbatasan yang ada
akibat pembedahan
Mendapatkan Kembali Fungsi
Fisiologis Normal
 MEMPERTAHANKAN FUNGSI
PERNAPASAN
 MENCEGAH STASIS SIRKULASI
 MENINGKATKAN ELIMINASI
NORMAL DAN NUTRISI YANG
ADEKUAT
 MENINGKATKAN ELIMINASI
URINE
Penyuluhan klien pulang
(Discharge Planning)
 Kaji perlunya pengobatan &
perawatan lanjutan klien setelah
pulang.
 Formulir kontrol.
Fase perioperatif Fokus asuhan keperawatan

Fase Preoperatif Pengkajian Preoperatif


Penyuluhan Preoperatif
Penurunan kecemasan preoparatif
Persiapan untuk pindah ke ruang operasi
Dukungan orang terdekat
Fase Intraoperatif Keamanan lingkungan
Kontrol Asepsis
Pemantauan fisiologis
Dukungan psikologis (prainduksi)
Pemindahan ke ruang pemulihan pascaanestesi
Fase Pemulihan Pascaanestesi Pemantauan fisiologis (jantung, pernafasan,
sirkulasi, ginjal dan neurologis)
Dukungan psikologis
Keamanan lingkungan
Tindakan kenyamanan
Stabilitas untuk pindah ke unit atau bangsal
Fase Pascaoperatif Pemantauan fisiologis
Dukungan psikologis
Tindakan kenyamanan
Dukungan orang terdekat
Keseimbangan fisiologis (nutrisi, cairan dan
eliminasi)
Mobilisasi
Penyembuhan luka
Ringkasan
Pengkajian klien pascaoperatif
dipusatkan pada sistem tubuh yang
paling dipengaruhi oleh anestesi,
imobilisasi, dan cedera bedah.
Perawat memberi laporan pada perawat
bagian perawatan pascaoperatif yang berisi
tentang informasi status fisik terakhir dan
risiko terjadinya komplikasi pascaoperatif

Anda mungkin juga menyukai