Anda di halaman 1dari 19

Q&A SISTEM SARAF

KELOMPOK 3
Nama : Zulfa Rifa Nabilah
NPM : 192154029
Kelompok : 1 (sistem rangka)

Izin bertanya, bagaimana hubungan antara kondisi mental dengan sistem saraf? Karena jika
dilihat dari kelainan sistem saraf beberapa contohnya adalah skizofrenia dan depresi yang
merupakan gangguan mental.

Nama : Amely Sarah Kamal


NPM : 192154113
Kelompok : 5 (Digestive)

Izin bertanya mengenai penyakit skizovernia dan depresi baik depresi mayor maupun
bipolar, saya masih belum begitu paham mengenai hubungan antara kelainan tersebut dengan
sistem saraf, apakah ada faktor utama pada sistem saraf yang menyebabkan kelainan itu
dapat terjadi? Dan apakah ada perbedaan antara sistem saraf orang normal dengan orang
yang mengidap kelainan tersebut?
Jawaban

Patofisiologi schizophrenia (skizofrenia) dapat disebabkan oleh abnormalitas anatomi dan reseptor
neurotransmiter yang berperan, abnormalitas fungsi sistem imun, dan proses inflamasi. [6]

Abnormalitas Anatomi
Studi neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan otak pada orang normal dengan pasien schizophrenia. Hal ini
dapat terlihat pada gambaran ventrikel yang membesar, penurunan volume otak di daerah temporal, medial dan
area hippocampus. Studi lainnya menggunakan MRI menunjukkan kelainan anatomi pada jaringan neokortikal
dan area limbik serta area white-matter. Studi meta-analisis menemukan bahwa area white-matter berkurang pada
schizophrenia. [6]

Studi oleh Edinburgh dengan otak menunjukkan adanya pengurangan volume seluruh otak dan volume lobus
prefrontal dan temporal kiri dan kanan pada 17 dari 146 orang yang memiliki risiko genetik tinggi mengalami
schizophrenia. Perubahan pada lobus prefrontal dikaitkan dengan peningkatan keparahan gejala psikotik yang
akan ditunjukkan oleh pasien. [6]
Dalam studi meta-analisis lainnya dari 27 studi MRI secara longitudinal yang membandingkan pasien
schizophrenia dalam kelompok kontrol menemukan adanya kelainan struktural otak yang berkembang
seiring berjalannya waktu. Kelainan struktural ini termasuk hilangnya volume seluruh otak pada white
and gray-matter dan peningkatan volume ventrikel lateral. [6]

Inflamasi dan Abnormalitas Fungsi Sistem Imun


Fungsi sistem imun mengalami gangguan pada schizophrenia. Aktivitas sistem imun yang berlebih dapat
menyebabkan ekspresi berlebih dari sitokin inflamasi serta perubahan struktur dan fungsi otak. Resistensi
insulin dan gangguan metabolisme lainnya dikaitkan dengan proses inflamasi. [6]

Abnormalitas Neurotransmiter akibat Obat Teori lainnya berhubungan dengan lysergic acid diethylamide
(LSD) yang dapat meningkatkan kadar serotonin di otak. Rangsangan aktivitas glutamat juga dapat
memicu terjadinya schizophrenia, hal ini diperoleh dari penemuan bahwa fenilkisid dan ketamin, dua
antagonis NMDA / glutamat nonkompetitif menginduksi gejala seperti schizophrenia. [7] Penelitian
selanjutnya mengarah pada pengembangan senyawa-senyawa yang dapat menghambat reseptor dopamin,
serotonin dan reseptor lainnya sehingga diharapkan dapat mengurangi gejala positif dan negatif
schizophrenia. [7]
Abnormalitas Neurotransmiter Patofisiologi schizophrenia
yang paling mendasar adalah teori mengenai abnormalitas
neurotransmiter. Sebagian besar teori ini menyatakan
adanya kekurangan ataupun kelebihan neurotransmiter,
termasuk dopamin, serotonin dan glutamat. Teori lainnya
melibatkan aspartat, glisin dan asam gamma-aminobutyric
(GABA) sebagai bagian dari ketidakseimbangan
neurokimia pada schizophrenia. [7] Aktifitas abnormal
pada reseptor dopamin diduga berperan besar pada
kejadian schizophrenia. Empat jalur dopaminergik juga
ikut terlibat : Jalur nigrostriatal berasal dari substansia
nigra dan berakhir pada nukleus kaudatus.
Tingkat dopamin yang rendah dalam jalur ini
mempengaruhi sistem ekstrapiramidal yang mengarah ke
gejala motorik Jalur mesolimbik berasal dari area ventral
tegmental (VTA) ke area limbik dan berperan dalam
gejala ‘positif’ schizophrenia Jalur mesokortikal berlanjut
dari VTA ke area korteks. Gejala negatif schizophrenia
dan defisit kognitif diduga disebabkan oleh tingkat
dopamin yang rendah pada jalur ini Jalur
tuberoinfundibular merupakan jalur dari hipotalamus ke
kelenjar hipofisis. Penurunan atau blokade dopamin pada
jalur ini meningkatkan kadar prolaktin sehingga
mengakibatkan terjadinya galaktorea, amenorrhea dan
penurunan libido.
Hubungan bipolar dengan system saraf

Bipolar terjadi karena adanya gangguan pada kimia otak. Gangguan itu membuat kelenjar
di otak tidak bisa mengendalikan pengeluaran zat dopamin dengan baik. Obat berperan
menstabilkan emosi. Selain ituada tiga faktor utama yang dapat memicu bipolar ialah
genetik, pola asuh, dan lingkungan atau biopsychosocial. Jadi, gangguan ini juga bukan
sekadar permasalahan psikologis
Nama : Nadia Fauziyyah
NPM : 192154078
Kelompok : 2 (Musculus)

1. Izin bertanya, pada materi bagian perlindungan sistem saraf pusat terdapat meninges,
yaitu selaput atau membran yang terdiri dari connective tissue. Yang ingin saya tanyakan
adalah apakah meninges ada hubungannya dengan penyakit meningitis? Jika iya
bagaimana penyakit meningitis itu bisa terjadi?

2. Pada bagian sistem saraf otonom terdapat divisi enterik, apakah divisi enterik ini
memiliki sistem kerja seperti divisi simpatik dan parasimpatik? Jika iya, bagaimana cara
kerja divisi enterik.
Jawaban No 1

Iya ada. Meninges adalah selaput pembungkus otak dan susum tulang belakang yang salah
satu fungsinya yaitu untuk mlindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis,
diambil dari kata meninges dan akhiran -itis. Akhiran -itis berasal dari bahasa Yunani biasa
dipakai untuk istilah-istilah kedokteran yang berhubungan dengan radang atau peradangan.

Meningitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang
belakang (Meninges).

Peradangan yang terjadi pada meninges ini dapat terjadi karena diakibatkan oleh adanya
infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya
sistem imun tubuh, juga dapat memicu munculnya meningitis.
JAWABAN NO 2

Sistem Saraf Enterik Sistem saraf enterik terdiri dari pleksus saraf dalam dinding saluran
pencernaan. Pleksus memiliki kontribusi dari tiga sumber: (1) neuron sensorik yang
menghubungkan saluran pencernaan ke SSP, (2) Neuron motorik SSO yang
menghubungkan SSP ke saluran pencernaan, dan (3) neuron enterik, yang terbatas ke
pleksus enterik. SSP mampu memantau saluran pencernaan dan mengontrol otot polos dan
kelenjarnya melalui refleks otonom. Misalnya, neuron sensorik mendeteksi regangan
saluran pencernaan, dan potensial aksi ditransmisikan ke SSP. Sebagai respon, SSP
mengirimkan potensial aksi ke kelenjar di saluran pencernaan, sehingga terjadi sekresi.

Ada tiga jenis utama dari neuron enterik: 1. Neuron sensorik enterik mendeteksi perubahan
komposisi kimia dari isi saluran pencernaan atau mendeteksi peregangan dinding saluran
pencernaan. 2. Neuron enterik motorik merangsang atau menghambat kontraksi otot polos
dan sekresi kelenjar. 3. Interneuron enterik menghubungkan neuron sensorik enterik dan
motorik satu sama lain.
JAWABAN NO 2

Fitur yang unik dari neuron enterik adalah bahwa mereka mampu memantau dan
mengontrol saluran pencernaan secara independen dari SSP melalui refleks lokal. Misalnya,
peregangan saluran pencernaan terdeteksi oleh neuron sensorik enterik, yang merangsang
interneuron enterik. Interneuron enterik merangsang saraf motorik enterik, yang
merangsang kelenjar untuk mensekresi. Meskipun sistem saraf enterik mampu
mengendalikan aktivitas saluran pencernaan sepenuhnya secara independen dari SSP, kedua
sistem pada umumnya bekerja bersama.
Nama : Siti Rosidah Riyani
NPM : 192154032
Kelompok : 4 (Cardiovascular)

Ketika kita tidur dan mimpi jatuh dari suatu tempat tubuh kita juga akan kejang atau
terkejut untuk beberapa saat. Pertanyaan saya, bagaimana proses otak dapat menyebabkan
kejang ini?

Nama : Ispi Dila Kasturi


NPM : 192154019
Kelompok : 10 (Integumen dan Indra Khusus)

Izin bertanya, mungkin sebagian orang pernah mengalaminya pada saat tidur kita mimpi
terpeleset atau terjatuh, terkadang kita refleks bergerak seperti terpleset. Apakah hal
tersebut ada hubungannya dengan sistem syaraf kita? jika iya, bagaimana hal tersebut bisa
terjadi?
Ketika kita mimpi terjatuh mengapa tubuh
kita kaget?
Hal ini disebut dengan Hypnic jerk tentu ada
kaitannya dengan sistem saraf.
Hypnic Jerk adalah kondisi di mana tubuh
mengalami sentakan atau kejang singkat saat
tidur. Sentakan ini membuat kita terbangun
dengan perasaan kaget, jantung berdebar,
dan ngos-ngosan.
Dalam buku berjudul Ayo Bangun karya Dr.
Andreas Prasadja menjelaskan bahwa Meskipun
tidak dapat dijelaskan secara pasti sumber
biologis dari mimpi, tetapi dapat dikatakan
bahwa aktivitas otak saat mimpi mirip dengan
saat kita terjaga. Sumber mimpi diduga berasal
dari pons, bagian dari batang otak, yang terletak
di dasar otak. Pada tahap tidur R, banyak sinyal
dari pons yang menyebar ke permukaan otak
secara acak.
Hal ini menyebabkan timbulnya kesan-kesan seperti gambaran visual, suara, dan rasa sensoris lainnya
yang sama seperti saat kondisi sadar. Hanya saja pada tidur R (mimpi), gelombang otak ke arah bawah
akan terhambat di saraf tulang belakang sehingga tegangan otot menjadi nol dan seluruh tubuh kecuali
bola mata akan lumpuh total.

Ini menjadi semacam pengaman bagi diri agar tubuh tidak bergerak-gerak dalam tidur mengikuti
skenario mimpi. Penyebaran sinyal dari pons ternyata tidak sepenuhnya acak. Jalur-jalur sinyal saat
mimpi mengikuti berkas saraf yang teraktivasi sebelum tidur. Jalur-jalur ini terbentuk oleh emosi dan
pikiran yang kita pancarkan di saat terjaga. Tak heran jika terkadang isi mimpi berisikan hal yang
absurd, tetapi mempunyai korelasi emosional dengan saat sadar sebelumnya. Jika mimpi berisi emosi
yang kuat, hambatan tersebut seolah dapat ditembus dan si pemimpi dapat bergerak atau berteriak
secara tiba-tiba. Mimpi yang berisikan emosi menyenangkan yang kuat pun dapat muncul sebagai
seberkas senyum.
Nama : Siti Rosidah Riyani
NPM : 192154032
Kelompok: 4 (Cardiovascular)

Saya pernah melihat orang dengan sindrom Tourette yang tiba-tiba kejang. Apakah sindrom ini
disebabkan oleh sistem syaraf? Bagaimana proses sistem syaraf menyebabkan sindrom ini? Lalu
adakah pengobatan untuk sindrom ini?
Jawaban :

Sindrom Tourette merupakan suatu gangguan sistem saraf yang menyebabkan gerakan berulang
atau suara yang tidak diinginkan. Sindrom Tourette dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini
berupa gerakan berulang tak terkendali atau suara yang tak diinginkan (kedutan), misalnya
mengedipkan mata berulang kali, mengangkat bahu, atau melontarkan kata-kata kasar.

Tourette merupakan akibat dari gangguan cedera saat kelahiran bayi. Berdasarkan faktor
neurokimiawi, penyebab sindrom tourette yaitu lemahnya pengaturan dopamin di caudate nucleus,
sindrom tourette juga dipicu oleh stimulan seperti methylphenidate dan dextroamphetamine. Di
samping itu, adanya ketidakseimbangan atau hipersensitivitas terhadap neurotransmiter, terutama
dopamin, serotonin dan norepinephrine yang bertanggung jawab dalam komunikasi antar sel saraf.
Ketidaknormalan otak di daerah tertentu seperti ganglia dan frontal lobes juga dapat menjadi
penyebab dari gangguan ini.

Perawatan meliputi obat-obatan atau terapi psikologis.


Nama: Khadizah Soendoess
NPM : 192154059
Kelompok: 9 (Lymphatic dan Endokrin)

Izin bertanya, terkait penyakit epilepsi. penyakit epilepsi merupakan salah satu kelainan sistem
saraf, nah bagaimana penjelasan mengenai hal tersebut? apa yang menyebabkan seseorang
dapat terkena penyakit epilepsi serta apakah penyakit ini termasuk penyakit yang dapat
diturunkan kepada anaknya nanti? jika iya, bagaimana penjelasannya?
Jawaban :

Epilepsi adalah suatu kelainan pada aktivitas listrik otak


yang menyebabkan penderitanya mengalami kejang
berulang. Kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut
dihasilkan secara berlebihan, sehingga menyebabkan
perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko epilepsi pada


umumnya adalah cedera otak. Yang dapat terjadi karena
berbagai sebab, seperti kondisi genetis, atau kmplikasi saat
kelahiran, atau penyebab lainnya yaitu idiopatik, artinya
tidak dapat diketahui walaupun sudah dilakukan pemriksaan
yang menyeluruh.

Resiko mengalami epilepsi akan meningkat menjadi 4-8%


jika ada saudara atau orangtua yang mengalami epilepsi.
Penelitian lain menyebutkan jika salah satu orang tua
mengalami epilepsi, maka resikonya masih di bawah 5%,
namun jika kedua orangtua mengalami epilepsi, maka
resikonya akan meningkat.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai