Anda di halaman 1dari 31

Pajak Penghasilan Pasal

21
Kelompok 1
Dendy Vercelly WahyuDjati (2010313310017)
M. Alif Ramadatu (2010313310003)
Vanness Gunawan (2010313110006)
Pajak Penghasilan Pasal 21

Pengertian Pajak Pemotong Pajak Wajib Pajak PPh Pasal


PPh 21 PPh Pasal 21 21 dan Dasar
Pengenaan Pajak

Objek dan Tarik Perhitungan PPh


Pajak PPh Pasal 21 Pasal 21
A. Pengertian Pajak
Penghasilan Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 Undang-undang pajak penghasilan.
B. Pemotong Pajak PPh pasal 21
Yang termasuk Pemotong Pajak PPH Pasal 21 adalah :

1. Pemberi Kerja,
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun, Badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan badan
lain
4. Orang pribadi
5. Penyelenggara kegiatan.
C. Wajib Pajak PPh pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan :

01 Pegawai 02 Penerima Uang


Pesangon atau
pensiun

03 Bukan Pegawai
D. Dasar Pengenaan Pajak

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No PER-16/PJ/2016, Dasar


Pengenaan Pajak (DPP) PPh 21 adalah:
A. Penghasilan Kena Pajak
B. Penghasilan Kumulatif
C. Penghasilan Bruto
D. Penghasilan bruto lainnya
E. Objek Pajak PPh pasal 21
Imbalan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri :
1. Pegawai tetap, berupa : penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur,
2. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa: upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
3. Penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan lainnya;
4. Pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang
diterima secara sekaligus berupa: uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis,
Objek PPh pasal 21 Bentuk/Contoh
 Penghasilan yang diterima atau  Penghasilan yang bersifat
diperoleh Pegawai tetap. teratur maupun tidak teratur.
 Penghasilan yang diterima atau  Uang pensiun atau
diperoleh Penerima pensiun penghasilan sejenisnya.
secara teratur.  Uang pesangon, Uang
 Penghasilan sehubungan dengan manfaat pensiun, Tunjangan
pemutusan hubungan kerja dan hari tua, dan Pembayaran
penghasilan sehubungan dengan jenis lainnya.
pensiun yang diterima secara
sekaligus.
F. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

Tarif pajak yang dimuat pada PPh Pasal 21 dibebankan kepada Wajib
Pajak yang telah berpenghasilan. Pemerintah telah melakukan
perubahan ketentuan perpajakan melalui Rancangan Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Pajak (RUU HPP) yang telah disetujui pada
Sidang Paripurna DPR pada tanggal 7 Oktober 2021.
PMK No. 101/PMK. 010/2016
E. Penghitungan PPh
pasal 21
Penghitungan PPh Pasal 21 diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan
No. 252/PMK.03/2008 jo Peraturan
Direktur Jenderal Pajak No.
31/PJ/2009 :
a) Pegawai Tetap
adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota komisaris
dan anggota pengawas yang secara teratur terus menerus ikut
mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai
yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh dalam
pekerjaan tersebut.
Besarnya PPh Penghasilan
Pasal 21 Kena Pajak

Tarif Pasal 17 Penghasilan


ayat (1) huruf a Bruto – (Biaya
UU PPh x Jabatan (5% +
Penghasilan Iuran pension
Kena Pajak yang dibayar
pegawai +
Penghasilan
Tidak Kena
Pajak (PTKP))
1. Iuran pensiun yang dibayar sendiri boleh dikurangkan karena akan
dikenakan pajak pada saat penerimaan pensiun. Iuran pensiun yang dibayar
perusahaan merupakan biaya fiskal dan bukan penghasilan pegawai karena
akan dikenakan pajak pada saat penerimaan pensiun.
2. Biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto, dengan ketentuan maksimal
Rp 6.000.000,- per tahun atau Rp 500.000,- per bulan. Biaya
jabatan merupakan biaya usaha pegawai atau karyawan tetap.
3. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan awal tahun. Pegawai yang
baru datang dan menetap di Indonesia berdasarkan keadaan awal bulan
kedatangan.
4. PTKP untuk karyawati kawin hanya untuk diri sendiri karena PTKP atas
keluarga dan tanggungan (termasuk anak) diberikan kepada suami. Apabila
ada surat keterangan dari pemda (minimal kecamatan) jika suaminya tidak
menerima penghasilan, jumlah PTKP karyawati ditambah status kawin dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
5. PTKP untuk karyawati tidak kawin sebesar diri sendiri ditambah PTKP
keluarga yang menjadi tanggungannya.
Contoh Penghitungan PPh pasal 21
Pegawai Tetap
Contoh 1
1. Retto pada tahun 2016 bekerja pada
perusahaan PT. Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000,00
dan membayar iuran pensiun sebesar
Rp200.000.00 Retto menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari
penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi
hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai
berikut:
Gaji Sebulan Rp
5.750.000
Pengurangan :
- Biaya Jabatan :
5% x Rp 5.750.000 Rp 287.500
- Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 487.500
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.262.500

Penghasilan Neto Setahun adalah

12 x Rp 5.262.600 Rp 63.150.000

PTKP setahun

- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000


- Tambahan WP Kawin Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 4.650.000
 PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp 4.650.000 = Rp 232.500
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 232.500 : 12 = Rp 19.375
b). Pegawai Tidak Tetap

adalah pegawai yang hanya menerima


atau memperoleh penghasilan apabila
pegawai yang bersangkutan bekerja,
berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah
unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau
penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.
Tarif PPh 21 yang dikenakan untuk pegawai Tidak Tetap yaitu :
Jumlah Penghasilan Penghasilan Kumulatif Tarif dan Dasar Pengenaan
Harian Sebulan Pajak

Tidak Dipotong PPh 21


< Rp 450.000 < Rp 450.000

5% x (Upah – Rp 450.000)
< Rp 450.000
> Rp 450.000

< Rp 450.00 > Rp 450.000 5% x (Upah – PTKP/360)

5% x (Upah – PTKP/360)
> Rp 450.000 > Rp 450.000

Tarif pada UU PPh Pasal 17


< Rp 450.000 > Rp 10.200.000 ayat (1) Huruh (a) atau 5%.

Tarif pada UU PPh Pasal 17


> Rp 450.000 > Rp 10.200.000
ayat (1) Huruh (a) atau 5%.
 Contoh Penghitungan PPh pasal 21 Pegawai Tidak Tetap

Marini adalah seorang pegawai tidak tetap yang bekerja sebagai


pembuat guci keramik. Upah yang dibayar dihitung dari jumlah guci
keramik yang diselesaikan. Jumlah bayarannya sebesar Rp 100.000 per
guci keramik dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari
kerja) dihasilkan 30 guci keramik dengan upah sebesar Rp 3.000.000.
Berapa PPh 21 upah satuan Marini yang diterima mingguan?
Perhitungan PPh 21 Marini adalah sebagai berikut :
1. Upah sehari berjumlah Rp 500.000 (Rp 3.000.000 : 6 hari). Sesuai ketentuan, jumlah
upah sebesar Rp 500.000 lebih besar ketimbang ambang batas maksimal Rp 450.000
yang tidak dipotong pajak.
2. Kelebihan kena pajak adalah Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
3. Upah seminggu yang terutang pajak adalah Rp 50.000 x 6 = Rp 300.000
4. PPh 21 yang dipotong mingguan adalah 5% x Rp 300.000 = Rp 15.000.
C. Penarikan dana pensiun oleh
pegawai
PPh pasal 21 dihitung tarif pasal
17 ayat 1 huruf a UU PPh
diterapkan atas dasar penghasilan
bruto kumulatif, berupa penarikan
dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan.
Contoh kasus sebelum UU HPP No 7
 Nicholas Sinulingga adalah pegawai PT Abadi Sejahtera menerima gaji
Rp2.000.000,00 sebulan. PT Abadi Sejahtera mengikuti program pensiun untuk para
pegawainya. PT Abadi Sejahtera membayar iuran dana pensiun untuk Nicholas
Sinulingga sebesar Rp 100.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Abadi Sejahtera, yang
merupakan dana pensiun yang dibentuk bagi pengelolaan uang pensiun pegawai PT
Abadi Sejahtera yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
 Nicholas Sinulingga membayar iuran serupa ke dana pensiun yang sama sebesar
Rp50.000,00 sebulan. Pada bulan April 2016 Nicholas Sinulingga memerlukan
biaya untuk perbaikan rumahnya, maka ia mengambil iuran dana pensiun yang telah
dibayar sendiri sebesar Rp20.000.000,00. Pada bulan Juni 2016 ia menarik lagi dana
sebesar Rp 15.000.000,00. Kemudian pada bulan Oktober 2016 untuk keperluan
lainnya ia menarik lagi dana sebesar Rp25.000.000,00.
Jawaban :

Dana Pensiun Rp 60.000.000

Tarik 1 Rp 20.000.000

Tarik 2 Rp 15.000.000

Tarik 3 Rp 25.000.000

5 % = 0 – Rp 50 jt

15 % = >50 – 250 jt
Rp 50.000.000 x 5 % = Rp 2.500.000
Rp 10.000.000 x 15 % = Rp 1.500.000
Perhitungan kasus setelah perubahan UU HPP No 7
5 % = 0 – Rp 60 jt
Rp 60.000.000 x 5 % = Rp 3.000.000

Anda mungkin juga menyukai