Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh:
Astri Annisa Fitri Faqih Wardani
D Lussy Alfiyyah T.P Hanifah Huwaida

Dicky AhmadJamilah
Ema Hazmanita Joana Asmara
POPULASI LANSIA DUNIA
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia pada 2021. Angka ini setara dengan 10,82% dari total penduduk di
Indonesia.

Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142
juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari
tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan
tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
sekitar 80.000.000.
TREND DAN ISSU
PERAWATAN LANSIA
Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, pelupa,
sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena
dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang
akhinya menjadi sumber banyak masalah.
Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman.
Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-
tahun. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal.
Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan
emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.
Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit
yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan
efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan
digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping
inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul
dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi
pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.
PERAN PERAWAT LANSIA
1. Pemberi pelayanan Kesehatan
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada lansia, seorang perawat harus mengetahui latar belakang dari
masalah atau penyakit tersebut, tanda dan gejalanya, faktor-faktor resiko, perawatan medis yang biasa
digunakan, asuhan keperawatan berdasarkan masing-masing masalah keperawatan yang dialami klien karena
penyakit tersebut, dan rehabilitasi jika dibutuhkan.
2. Edukator
Perawat berperan memberikan informasi dan pengetahuan kepada klien lansia tentang penyakit atau masalah
yang dihadapinya seperti menjelaskan faktor-faktor resiko penyakit yang dialami klien lansia sehingga pola
hidup lansia tersebut dapat berubah dan status kesehatannya dapat bertambah. Mengajarkan dan membimbing
klien lansia juga dapat membuat mereka mandiri dan merasa mempunyai andil dalam kesehatan tubuhnya
3. Advokat
Perawat gerontik disini berada di pihak klien lansia untuk mempromosikan atau memberi tahu kepada pihak lain
(keluarga dan pemberi layanan kesehatan lain) tentang hal-hal yang disukai klien, juga memperkuat otonomi
klien dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
4.Peneliti
Perawat berperan sebagai pengembang keperawatan gerontik berdasarkan masalah-masalah yang ada pada saat
ini. Hal ini diharapkan agar keperawatan gerontik akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
5.Komunikator
Komunikasi bersifat esensial bagi seluruh peran keperawatan dan aktivitasnya. Perawat secara rutin
berkomunikasi dengan lansia dan keluarganya serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Tanpa komunikasi yang
jelas, sangat sulit untuk memberikan kenyamanan dan dukungan emosional kepada lansia.
6. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi
dan lain-lain. Perawat berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
7.Motivator
Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan untuk memenuhi kebutuhannya.
8.Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan oleh klien lansia dalam upaya peningkatan
kesehatannya.
KEBIJAKAN YANG MENYANGKUT
LANSIA
A. Kebijakan Pemerintah Terhadap Lansia Upaya Pemerintah Terhadap Lansia:
- Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan di tingkat individu lansia, kelompok lansia, dan keluarga
- Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW)
- Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), dan tingkat lanjutan, (tersier)
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia

B.Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia :


JPKM, salah satu sasarannya di Puskesmas adalah keluarga lansia.
Kartu Sehat, salah satu sasarannya adalah lansia

Anda mungkin juga menyukai