Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN,

PENGGOLONGAN DAN
CARA ATAU TEKNIK
MERUMUSKAN NORMA
DALAM KUHP
OLEH KELOMPOK 01
Table of contents

Section A Section B

01 Pengertian delik delik 02 Jenis jenis delik dalam


dalam KUHP KUHP

Section C
03 Cara merumuskan
norma dalam KUHP
dan tindak pidana
dalam KUHP
01
Section A
Pengertian Delik Delik
dalam KUHP
Tindak pidana atau Delik merupakan terjemahan dari perkataan strafbaar feit atau delict (bahasa Belanda) atau criminal act (bahasa Inggris), di
dalam menterjemahkan istilah tersebut ke dalam bahasa Indonesia maka dipergunakan bermacam-macam istilah oleh para cerdik pandai bangsa
Indonesia. Peristilahan yang sering dipakai dalam hukum pidana adalah “tindak pidana”. Istilah ini dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah
bahasa belanda, yaitu Delict atau Strafbaar feit. Disamping itu dalam bahasa Indonesia sebagai terjemahannya telah dipakai beberapa istilah lain,
yaitu :

ISTILAH DALAM BAHASA


MENURUT PARA AHLI J.E Jonkers
INDONESIA
• Peristiwa pidana Moeljatno :
Perkataan peristiwa tidak menunjukan bahwa Definisi pendek adalah suatu kejadian
• Perbuatan pidana
atau feit yang dapat diancam pidana
• Pelanggaran pidana yang menimbulkan adalah handeling atau
oleh undang-undang
• Perbuatan yang dapat dihukum, gedraging seseorang, mungkin juga hewan Definisi panjang atau yang lebih
• Perbuatan yang boleh dihukum atau kekuatan alam. mendalam adalah suatu kelakuan
yang melawan hukum berhubung
Perkataan tindak berarti langka dan baru dilakukan dengan sengaja atau alpa
dalam bentuk tindak-tanduk atau tingkah oleh orang yang dapat
laku. dipertanggung jawabkan.
02
Section B
Jenis jenis delik dalam
KUHP
Penggolongan tindak pidana dapat dilihat dari dua sudut, yaitu
• Delicta commissionis (delik
aktif), Delicta ommissionis
(delik pasif), dan delicta
commissionis per omisionem
commissa

• Delik Dolus dan Delik Culpa


Sudut KUHP Sudut Doktrin • Delik aduan (Klachtdelicten)
dan delik biasa
menggolongkan tindak pidana (gewonedelicten)
Yaitu delik formil dan delik materil
menjadi dua golongan, yaitu
•Delik Politik & Delik Umum
kejahatan (misdrijven) dan
pelanggaran (overtredingen) • Delik Khusus dan Delik Umum

tindak pidana kejahatan lebih berat dibandingkan •delik tunggal dan delik
dengan tindak pidana pelanggaran dapat dilihat majemuk
dari beberapa hal berikut :
Kejahatan Terhadap Keamanan Negara,
• Pidana penjara hanya diancamkan pada tindak tindak pidana formil merupakan tindak
kejahatan Terhadap Martabat Presiden
pidana kejahatan dan tidak pada pelanggaran pidana yang telah dianggap selesai dengan
dan Wakil Presiden , kejahatan Terhadap
• Jika tindak pidana itu merupakan kejahatan, maka telah dilakukannya perbuatan yang dilarang
Negara Sahabat dan Terhadap Kepala
bentuk kesalahan baik kesengajaan maupun dalam undang-undang, tanpa
Negara sahabat Serta Wakilnya dll
kealpaan menjadi unsur yang penting, dan harus mempersoalkan akibatnya.
dibuktikan oleh jaksa penuntut umum, sedangkan Sedangkan tindak pidana materil itu
jika tindak pidana itu berupa pelanggaran menekankan pada dilarangnya akibat dari
• percobaan, tenggang daluarsa dan dalam hal perbuatan. Dengan demikian, jenis
perbarengan perbuatan ini mempersyaratkan terjadinya
akibat untuk selesainya perbuatan.
03
Section C
Cara merumuskan norma
dalam KUHP dan tindak
pidana dalam KUHP
Ada beberapa cara merumuskan norma dalam KUHP
• Menyebutkan satu persatu unsur-unsur perbuatan yang dilarang

• Hanya menyebutkan kualifikasi (penamaan yuridis) dari delik

• Menyebutkan unsur-unsur perbuatannya

Rumusan ketentuan pidana harus menyebutkan secara tegas norma larangan atau norma perintah yang dilanggar dan
menyebutkan pasal atau beberapa pasal yang memuat norma tersebut. Dengan demikian, perlu dihindari pengacuan kepada
ketentuan pidana peraturan perundang-undangan lain.

Selain itu, perlu dihindari akan adanya pengacuan kepada KUHP, jika elemen atau unsur-unsur dari norma yang diacu tersebut
tidak sama. Hindari pula penyusunan rumusan sendiri yang berbeda atau tidak terdapat di dalam norma-norma yang diatur dalam
pasal atau beberapa pasal sebelumnya, kecuali untuk undang-undang mengenai tindak pidana khusus. Jika ketentuan pidana
berlaku bagi siapapun, subjek dari ketentuan pidana dirumuskan dengan frasa setiap orang, yang sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang lain atau badan hukum lain untuk
barang atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan (Pasal 81 KUHP). Jika ketentuan pidana hanya berlaku bagi
subjek tertentu, subjek itu dirumuskan secara tegas, misalnya, orang asing, pegawai negeri, saksi (Lihat Pasal 143 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika)
PERUMUSAN KETENTUAN PIDANA

Pangkal tolak perumusan norma hukum pidana dalam peraturan perundang-undangan adalah
asas legalitas, Yang dalam hal ini setidaknya memuat tujuh prinsip:

Tidak ada perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana kecuali ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan;
Tidak ada jenis sanksi pidana kecuali ditentukan dalam peraturan perundang-undangan :
• Tidak ada jumlah sanks pidana kecuali ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
•Tidak ada kewenangan negara untuk melakukan proses acara pidana kecuali ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan;
•Tidak ada kewajiban negara untuk melakukan prosedur acara pidana kecuali ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan;
•Tidak ada kewenangan negara melaksanakan putusan pemidanaan kecuali ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan;
•Tidak ada tata cara pelaksanaan sanksi pidana kecuali ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan;
ANY QUESTION ?

Sekian presentasi kelompok 01


Sampai jumpa di presentasi
selanjutnya 

Anda mungkin juga menyukai