Anda di halaman 1dari 17

BAB 8

ETNOGRAFI
A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi
Dengan beberapa modifikasi oleh JA . Clifton dalam buku pelajarannya,
Introduction to Cultural Anthropology, maka daftar itu menjadi seperti yang
tercantum di bawah ini.
1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih;
2. Kesatuan m asyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu
bahasa atau satu logat bahasa; 3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh
garis batas suatu daerah politis administratif;
4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas
penduduknya sendiri;
5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang
merupakan kesatuan daerah fisik;
6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi;
7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman
sejarah yang sama; .
8. Kesatuan m asyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu
dengan lain tingginya merata;
9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
B. Kerangka Etnografi
Untuk memerinci unsur-unsur bagian dari suatu
kebudayaan, sebaiknya dipakai daftar unsur-unsur
kebudayaan universal yaitu: (i) bahasa, (ii) sistem
teknologi, (iii) sistem ekonomi, (iv) organisasi
sosial, (v) sistem pengetahuan, (vi) kesenian, dan
(vii) sistem religi.
Karena unsur-unsur kebudayaan itu bersifat
universal maka dapat diperkirakan bahwa
kebudayaan suku bangsa yang menjadi pokok
perhatian ahli antropologi pasti juga mengandung
aktivitas adat-istiadat, pranata-pranata sosial dan
bendabenda kebudayaan yang dapat digolongkan ke
dalam salah satu dari ketujuh unsur universal tadi.
C. Lokasi, Lingkungan Alam dan
Etnografi
D alam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran
suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu
dijelaskan ciri-ciri geografinya, yaitu iklimnya (tropis, mediteran,
iklim sedang atau iklim kutub), sifat daerahnya (pegunungan,
dataran tinggi, dataran rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan
tropis, sabana, stepa, gurun dan sebagainya), suhu dan curah
hujannya. Ada baiknya juga kalau penulis etnografi dapat
melukiskan ciri-ciri geologi dan geomorfologi dari daerah lokasi
dan penyebaran suku bangsanya; sedangkan suatu hal yang perlu
juga adalah keterangan mengenai ciri-ciri flora dan fauna di
daerah yang bersangkutan.
Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, data
mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita
dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat
dengan interval lima tahun, data mengenai laju kelahiran dan
kematian, serta data mengenai orang yang pindah keluar-masuk.
D. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa
Dalam mitologi suatu suku bangsa, biasanya terdapat
dongengdongeng suci mengenai penciptaan alam,
penciptaan dan penyebaran manusia oleh dewa-dewa
dalam religi asli suku bangsa bersangkutan. Dongeng-
dongeng seperti itu biasanya penuh peristiwa keajaiban
yang jauh dari fakta sejarah. Namun seorang ahli
antropologi harus mampu menginterpretasi dongeng-
dongeng ajaib itu, dan mencari artinya, serta indikasi-
indikasi tertentu yang dapat menunjuk ke arah fakta
sejarah yang benar.
Keterangan sejarah mengenai zaman, ketika suku bangsa
sudah mendapat kontak dengan bangsa-bangsa lain yang
menulis tentang kejadian masyarakatnya, lebih mudah
untuk irgunakan seorang peneliti antropologi
E. Bahasa
Ciri-cirimenonjol dari bahasa suku
bangsanya dapat diuraikan pengarang
etnografi dengan cara tepat
menempatkannya dalam klasifikasi bahasa-
bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun,
keluarga, dan subkeluarga bahasanya yang
wajar, dengan beberapa contoh fonetik,
fonologi, sintaksis, dan semantik, yang
diambil dari bahan ucapan bahasa sehari-
hari.
F. Sistem Teknologi
Cara-cara memproduksi, memakai, dan
memelihara segala peralatan hidup dari
suku bangsa dalam karangan etnografi,
cukup membatasi diri terhadap teknologi
yang tradisional, yaitu teknologi dari
peralatan hidupnya yang tidak atau hanya
secara terbatas dipengaruhi oleh teknologi
yang berasal dari kebudayaan Eropa atau
kebudayaan “Barat”.
1. Alat-Alat Produksi
Alat-alat produksi yang dimaksud di sini adalah alat-alat untuk
ssanakan suatu pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu •uk
untuk menumbuk terigu, sampai yang agak kompleks seperti antuk
menenun kain. Kalau alat-alat semacam itu dikelaskan irut macam
bahan-bahan mentahnya, maka ada alat-alat batu, tulang, kayu,
bambu, dan logam. Selanjutnya dapat diperhatikan teknik
pembuatan alat-alat itu menurut bahan mentahnya tadi. Teknik
tradisional pembuatan alat batu telah banyak diuraikan oleh para ahli
prehistori, misalnya oleh K.T. Oakley dalam bukunya Man the
Toolmaker (1950). Ia mengatakan bahwa pembuatan alat-alat batu
dapat dikerjakan menurut empat teknik, yaitu : teknik pemukulan
(percussion flaking), teknik penekanan (pressure flaking), teknik
pemecahan (chipping), dan teknik penggilingan (grinding).
2. Alat membuat api
Alat membuat api masuk dalam alat-alat produksi. Alat membuat api
ada yang menggunakan gesekan batu dan gesekan kayu yang diraut.
3. Senjata Serupa dengan alat-alat produksi, senjata juga dapat
dikelaskan: pertama menurut bahan mentahnya, kemudian menurut
teknik pembuatannya
4. Wadah
Wadah atau alat dan tempat untuk menimbun, memuat, dan
menyimpan barang (container). Berbagai macam wadah juga dapat
menurut bahan mentahnya, yaitu kayu, bambu, kulit kayu, irung,
serat-seratan, atau tanah liat. Pembuatan wadah dari serat-seratan
seperti berbagai jenis jang, telah menarik perhatian banyak pengarang
etnografi, karena banyak suku bangsa di berbagai tempat di dunia
mengembangkan berbagai cara menganyam keranjang yang indah.
5. Makanan
Makanan dapat juga kita anggap sebagai barang yang dalam ilmu
antropologi dapat dibicarakan dalam teknologi dan kebudayaan fisik.
Makanan dapat dipandang dari sudut bahan mentahnya, yaitu sayur-
mayur dan daun-daunan, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian,
daging, susu, dan hasil susu (dairy products), ikan dan sebagainya.
6. Pakaian
Pakaian dalam arti seluas-luasnya juga merupakan suatu benda
kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di
dunia. Dipandang dari sudut bahan mentahnya pakaian .dapat
dikelaskan ke dalam pakaian dari bahan tenun, pakaian dari kulit
pohon, pakaian dari kulit binatang dan lain-lain
7. Tempat berlindung dan perumahan Beragam jenis
dan bentuk tempat berlindung, seperti tenda rumah
dari beribu-ribu suku bangsa di seluruh muka bumi
dapat i digolongkan menurut bahan mentahnya.
Dengan demikian pat berlindung atau rumah, yang
dibuat dari,serat,, jerarhi, kayu, bambu, didapati di
semua benua di dunia;' rumah terbuat dari t pohon ada
pada berbagai suku bangsa Indian di Amerika Utara
8. Alat Transportasi
Alat-alat transportasi kebudayaan manusia agak sukar
dikelaskan menurut bahannya, tetapi lebih praktis
untuk membicarakannya langsung menurut fungsinya.
Berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang
iting adalah (a) sepatu, (b) binatang, (c) alat seret, (d)
kereta , (e) rakit, dan (f) perahu.
G. Sistem Mata Pencarian
1. Sistem Mata Pencarian Tradisional
Berbagai sistem tersebut yaitu: (a) berburu dan meramu; (b) beternak; (c)
bercocok tanam di ladang; (d) menangkap ikan; dan (e) bercocok tanam
menetap dengan irigasi.
2. Memburu dan Meramu
Mata pencarian berburu (hunting) dan meramu {gathering) merupakan suatu
mata pencarian manusia yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian
besar umat manusia telah beralih ke mata pencarian lain, sehingga hanya
lebih-kurang setengah juta dari 3.000 juta penduduk dunia sekarang, atau
kira-kira 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Selain itu, keberadaan
suku-suku bangsa yang berburu terdesak ke daerah-daerah yang paling tidak
menguntungkan bagi kehidupan manusia^yaitu daerah pantai di dekat kutub
yang terlampau dingin, atau daerah gurun yang terlampau kering.
3. Beternak
Beternak secara tradisional (pastoralism) sebagai suatu mata rian pokok yang
dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada sekarang dilakukan oleh lebih-
kurang tujuh juta manusia, yaitu 0,02% dari ke-3000 juta penduduk dunia
4. Bercocok Tanam di Ladang
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencarian
manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti dengan bercocok
tanam menetap. Seperti yang telah diuraikan, bercocok tanam di ladang
sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropis, yaitu terutama di
Asia Tenggara dan Kepulauan Asia Tenggara, daerah Sungai Konggo di
Afrika, dan di daerah Sungai Amazone di Amerika Selatan.
5. Menangkap Ikan
Menangkap ikan merupakan mata pencarian yang sangat tua. Manusia
zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau, atau laut, telah
memanfaatkan sumber alam yang penting itu untuk keperluan hidupnya.
Ketika manusia mengenai bercocok tanam, aktivitas menangkap ikan
sering dilakukan sebagai mata pencarian tambahan. Sebaliknya,
masyarakat nelayan yang menangkap ikan sebagai mata pencarian yang
utama, juga bertani dan berkebun
6. bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi
Bercocok tanam menetap pertama-tama timbul di beberapa ih yang
terletak di daerah perairan sungai-sungai besar (karena itu sangat subur
tanahnya). Daerah-daerah itu misalnya daerah ran Sungai Nil atau daerah
Sungai Tigris dan Eufrat di daerahih yang sekarang menjadi wilayah Irak
H. Organisasi Sosial
I. Unsur-unsur Khusus dalam Organisasi Sosial
Kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan
kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat lain.
Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih
dalam lingkungan komunitas. Karena tiap masyarakat manusia dan juga
masyarakat desa, terbagi ke dalam lapisan-lapisan, maka tiap orang di
luar kaum kerabatnya menghadapi lingkungan orang-orang yang lebih
tinggi daripadanya dan yang sama tingkatnya.
2. Sistem Kekerabatan
Dalam masyarakat di mana pengaruh industrialisasi sudah masuk
mendalam, tampak bahwa fungsi kesatuan kekerabatan yang sebelumnya
penting dalam banyak sektor kehidupan seseorang, biasanya mulai
berkurang dan bersamaan dengan itu adat-istiadat yang mengatur
kekerabatan sebagai kesatuan mulai mengendor. Namun banyak sekali
masyarakat di Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika yang berdasarkan
pertanian dengan suatu kebudayaan agraris. ebudayaan seperti itu
hubungan kekerabatan dalam kehidupan akat biasanya masing-masing
sangat penting
I. Sistem Pengetahuan
1. Perhatian Antropologi Terhadap Pengetahuan
Sekarang para ahli antropologi sudah sadar bahwa pendirian seperti itu
tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka sekarang sudah yakin bahwa
suatu masyarakat, betapa kecil pun, tidak mungkin dapat hidup tanpa
pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifatsifat dari peralatan
yang dipakainya. Berbeda dengan binatang, dalam hidupnya manusia
tidak banyak dipimpin oleh nalurinya.
2. Sistem Pengetahuan
tiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang:
a) alam sekitarnya;
b) alam flora di daerah tempat tinggalnya;
c) alam fauna di derah tempat tinggalnya;
d) zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e) tubuh manusia;
f) sifat-sifat dan tiugkah laku sesama manusia; dan
g) ruang dan waktu.
J. Sistem Religi
1. Perhatian Ilmu Antropologi Terhadap Sistem Religi
Ada dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu:
a) upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya
merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir;
b) bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk
menyusun teori-teori tentang asal-mula religi.
Para pengarang etnografi yang datang dalam masyarakat suatu suku
bangsa tertentu, akan segera tertarik akan upacara-upacara keagamaan
suku bangsa itu, karena upacara-upacara itu pada lahirnya tampak berbeda
sekali dengan upacara keagamaan dalam agama bangsa-bangsa Eropa itu
sendiri, yakni agama Nasrani.
2. Unsur-unsur Khusus dalam Sistem Religi
Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, sebaiknya juga di
bicarakan sistem ilmu gaib sehingga pokok itu dapat dibagi menjadi dua
pokok khusus, yaitu: (1) sistem religi dan (2) sistem ilmu gaib satu dengan
yang lain, hubungannya dengan para pemimpin agama, baik dalam saat
adanya upacara keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari;
K. Kesenian
1. Kesenian dalam Etnografi
Para pengarang etnografi masa akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-
20 dalam karangan-karangan mereka sering kali memuat suatu deskripsi
mengenai benda-benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni
ukir, atau seni hias, pada benda alat-alat sehari-hari. Deskripsi-deskripsi
itu terutama memperhatikan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan,
dan gaya dari bendabenda kesenian tadi. Selain benda hasil seni rupa,
lapangan kesenian lain yang juga sering mendapat tempat dalam sebuah
karangan etnografi adalah seni musik, seni tari, dan drama. Bahkan
mengenai seni musik acapkali hanya terbatas pada deskripsi mengenai
alat bunyi-bunyian; bahan mengenai seni tari biasanya hanya
menguraikan jalannya suatu tarian, tetapi jarang suatu keterangan
koreografi tentang gerak-gerak tarinya sendiri; sedangkan bahan seni
drama sering juga terbatas hanya pada uraian mengenai dongengnya saja,
atau karena seni drama pada banyak suku bangsa di dunia ada
hubungannya dengan religi, maka seni drama sering juga dibicarakan
dengan upacara-upacara keagamaan di dalam bab tentang religi
2. Lapangan-Lapangan Khusus Dalam Kesenian
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi
hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka
ada dua lapangan besar, yaitu:
(a) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh
manusia dengan mata, dan
(b) seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh
manusia dengan telinga.
Dalam lapangan seni rupa ada seni patung, seni relief
(termasuk seni ukir), seni lukis dan gambar, dan seni
rias. Seni musik ada yang vokal (menyanyi) dan ada
yang instrumental (dengan alat bunyi-bunyian), dan
seni sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi.

Anda mungkin juga menyukai