Anda di halaman 1dari 50

.

 Pengalaman hospitalisasi  berkesan


 1/3 anak pernah di rawat sebelum dewasa
 Kebanyakan di RSU --> tidak punya bangsal
anak khusus
 Anak dirawat --> stress bagi anak dan
keluarga, Gunakan koping, tidak berhasil -->
krisis
 Anak sakit di bawa IGD --> bukan khusus
anak, staf tdk dilatih hadapi anak -->
stress>>>
 Tenaga kesehatan: perlu mendengarkan dan
mengidentifikasi persepsi perasaan anak dan
keluarga
 Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada
anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.
 Anak berusaha untuk beradaptasi

dengan lingkungan asing dan baru


yaitu rumah sakit, sehingga kondisi
tersebut menjadi faktor stressor
bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua
dan keluarga (Wong, 2000).
 Hospitalisasi merupakan suatu proses karena
alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan dan
merupakan masalah besar yang menimbulkan
ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004).
 HOSPITALISASI merupakan Suatu keadaan sakit
dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi
pada anak maupun keluarganya
 hospitalisasi adalah suatu proses karena
alasan berencana maupun darurat yang
mengharuskan anak dirawat atau tinggal di
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
yang dapat menyebabkan beberapa perubahan
psikis pada anak.
 Hospitalisasi menimbulkan krisis pada anak
karena
• Stress krn perubahan yg dialami
• Keterbatasan Mekanisme Koping Anak
 Perpisahan
 Kehilangan kendali
 Perubahan gambaran diri
 Nyeri
 Rasa takut
 Reaksi Anak Thdp Kondisi Krisis Dipengaruhi Oleh :
 Usia Perkembangannya
 Pengalaman perpisahan
 Support sistem
 Keseriusan penyakit
 STRESSOR UTAMA SELAMA HOSPITALISASI

1.KECEMASAN KARENA PERPISAHAAN (Depresi


Analitik)
 Respon Perilaku :

• Fase protes
• Fase putus asa
• Fase menyesuaikan diri
 Pada tahap protes (menangis kuat-kuat, menjerit,
memanggil orang tuanya atau menggunakan
tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia
tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta
menolak perhatian orang asing atau orang lain)
 Tahap putus asa (perilaku anak yang cenderung
tampak tenang, tidak aktif, menarik diri, menangis
berkurang, kurang minat untuk bermain, tidak
nafsu makan, sedih, dan apatis.)
 Tahap menyesuaikan diri (anak samar-samar
menerima perpisahan, membina hubungan dangkal
dengan orang lain serta terlihat menyukai
lingkungan.)
2. KEHILANGAN KENDALI
• BAYI: Yang paling penting terbentuknya “Trust”
• Toddler : Anak merasa gagal & kurang rasa
percaya diri
3. TRAUMA FISIK & NYERI
A. BAYI :
• Menangis kuat & mata tertutup
• Menarik diri
• Menyentak nyentak tangan
• menggeliat
TODLER
• Menangis
• Menutupkan mulut
• Membuka mata lebar-lebar
• Bertingkah laku agresif
 PRA SEKOLAH

• Ekspresi Verbal
• Menangis kuat dan menjerit
• Menghindari stimulus eksternal sebelum sampai
kepada dirinya
• Memohon dukungan emosi pada orang tua
 SEKOLAH
• Dimanifestasikan dalam bentuk yang sama pada
anak prasekolah tetapi lebih dapat mengembangkan
kemampuan kognitifnya
• Anak perempuan mengekspresikan rasa takut akan
nyeri berlebihan
 REMAJA
• Sering bertanya tentang penyakitnya
• Menarik diri
• Menghindar dari orang lain
• Bertanya ttg tindakan medis & perawatannya
 REAKSI & MEKANISME KOPING KELUARGA
(ORTU) DIPENGARUHI :
• Seriusnya penyakit
• Pengalaman sebelumnya
• Prosedur medik
• Adanya support sistem
• Kekuatan ego individu
• Kemampuan koping sebelumnya
• Adanya stres lain dalam keluarga
• Pola komunikasi dalam keluarga, agama,
kepercayaan &
 Pengalaman dg penyakit/ hospitalisasi
 Prosedur medis --> pengobatan dan
diagnosis
 Sistem pendukung yg ada --> efek thd fungsi
 Kekuatan pribadi
 Stres tambahan pada keluarga
 Keyakinan agama dan latar belakang budaya
 Pola komunikasi diantara keluarga
 Toddler :
• Meminta agar orang tua tetap disampingnya
• Memeluk orang tua
• tempertantrum
 PRASEKOLAH
• MENOLAK MAKAN
• SUKAR TIDUR
• MERENGEK PADA ORTU
• MENARIK DIRI
• MENGEKSPRESIKAN MARAH SCR TDK LANGSUNG
 SEKOLAH
• Mudah tersinggung/ marah walaupun ortu didekatnya
• Menarik diri
• Tidak mampu berhubungan dng teman sepermainan
• Menolak kehadiran saudara kandung
 REMAJA
• Sulit berpisah dng ortu & suasana Rumah
• Takut kehilangan kontak dengan teman
 Takut terkena penyakit
 Usia yang lebih muda
 Hubungan yang dekat
 Lamanya tinggal di luar rumah
 Penjelasan yang sedikit ttg saudara yang
sakit
 Perubahan pada ortu --> sering marah
 Rasa takut:
 Dipindahkan dari rasa takut ortu
 Menangis, iritabilitas
 Menolak/menarik diri dr pengasuh pada bayi yg
lebih besar
 Ansietas
 Perpisahan: Protes, putus harapan, menjauh
 Ansietas, sedih, marah ditunjukkan dengan
menangis, menjerit, mencari ortu, menolak org
asing, aktifitas fisik
 Menarik diri, inaktif, tdk tertarik dg
lingkungan
 Mudah teralih perhatian pada bayi lebih
muda
 Membatasi fisik thd restrain & prosedur
pd bayi lebih tua
 Tidak Berdaya
 Lethargi dengan ketergantungan tinggi
 Distres emosi krn imobilisasi
 Menolak makan dan bermain
 Sering menangis dan mengeluh
 Tanpa ekspresi
 Gangguan Citra Diri
 Distressemosi b.d cedera pada tubuh, khususnya
kejadian perdarahan pada bayi yang lebih tua
 Protes karena pengalaman nyeri berulang
 Berikan asuhan yang konsisten
 Menyanyi dan berbicara dg bayi
 Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus
berinteraksi selama prosedur
 Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu
bicara ke anak dan ijin saat mau pergi
 Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak
 Rasa Takut
 memandang penyakit dan hospitalisasi --.
hukuman
 Takut thd lingkungan dan orang tdk dikenal
 Pemahaman yg tdk sempurna ttg penyakit
 Pemikiran sederhana
 Demonstrasikan: menangis, merengek,
mengangkat lengan, menghisap jempol,
menyentuh bagian tubuh yg sakit berulang-
ulang
 Ansietas
 Cemas ttg kejadian yg tdk dikenal
 --> protes (menangis dan marah), merengek
 --> putus harapan: komunikasi buruk, kehilangan
ketrampilan yg baru, tdk berminat
 --> menyendiri thd lingk. RS
 Tidak Berdaya
 Merasa gagap krn hilangnya ketrampilan
 Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing,
orang berseragam dan yg memberi pengobatan/
perawatan.
 Regresi --> toileting tergantung saat makan,
menghisap jempol
 Protes dan ansietas krn restrain
 Gangguan Citra Diri
 Sedih dengan perubahan citra diri (perdarahan)
 Takut thd prosedur invasif (nyeri)
 Mungkin berpikir: bgn tubuh akan keluar kalau
selang dicabut
 Anjurkan ortu berada disamping anak saat
prosedur invasif yang menyakitkan
 Dekatkan mainan favorit anak
 Pertahankan kontak maksimal dengan
beberapa perawat. Kenalkan perawat di
samping ortu, ijinkan anak bertemu perawat
sebelum prosedur dilakukan.
 Bantu kunjungan saudara kandung.
 Biarkan beberapa regresi dan jelaskan ke
orang tua.
 Komunikasikan penerimaan regresi ke
anak.
 Gunakan restrain minimal.
 Biarkan anak bebas bergerak selama dan
setelah prosedur jika memungkinkan.
 Fasilitas rooming in.
 Bantu anak menyembunyikan perubahan
tubuh (kamuflase).
 SEKOLAH
 Rasa Takut:
- pahami penyebab penyakit ---- tertular orang
lain/tertelan bakteri
 - ekspresi verbal dan non-verbal (senyum kecut,
menangis, merengek, marah, aktifitas >>).
 Ansietas
 Paham alasan dipisahkan tetapi masih butuh
keberadaan orang tua.
 Lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan
teman-teman.
 Tidak Berdaya
 Marah dan frustasi
 Lamanya imobilisasi dihubungkan dg menarik
diri, bosan, perasaan antipati
 Peduli thd kehilangan kontrol emosi, malu
karena menangis yg berlebihan selama
pengobatan
 Tergantung dan imobilisasi
 Gangguan Citra Diri
 Peduli thd perubahan tubuh, tdk berani melihat
insisi/alat-alat
 Dapat mengatasi nyeri ringan dengan alih
perhatian
 Takut thd pembedahan pd daerah genetalia
 Peduli pada pengobatan/ kondisi yg membatasi
aktifitas/ bermain
 Rasa Takut
 Paham bahwa penyakit beragam
 Menunjukkan sedikit rasa takut tapi bisa
ketakutan kalau pengalaman lalu menyakitkan
 Ansietas
 Pada ortu penting tetapi tidak harus
 Peduli thd perpisahan dr guru dan teman
 Cemas thd kehilangan PR sekolah dan perubahan
peran dalam kelompok
 Tidak Berdaya
 Berusaha Mandiri
 Mencoba “berani” selama prosedur
 Kasar pada ortu saat berusaha mandiri membuat
stres
 Peduli terhadap cara mengekspresikan perasaan
dan malu terhadap perilaku berlebihan
 Merasa tidak pasti tentang masa depan karena
penyakit dan hospitalisasi
 Batasi aturan dan dorongan pada perilaku
 Anjurkan ortu merencanakan kunjungan
dg anak
 Rencanakan kontak dg guru dan teman
 Rencanakan aktifitas bermain -->
bergerak
 Ijinkan anak memilih dlm batasan yg
dapat diterima
 Berikan cara-cara anak dpt membantu
pengobatan dan puji atas kerjasama anak
 Monitor perilaku untuk menentukan
kebutuhan emosi terutama pada anak
yang menarik diri dan tidak berespon
 Jelaskan prosedur rinci (jika anak
meminta)
 Anjurkan kunjungan teman sebaya
 Diskusikan respon thd pertanyaan ttg
penyakit dan perubahan tubuh
 Berikan waktu diskusi
 Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi,
 Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu
 Identitas vs bingung peran
 Anak mengembangkan cara baru berinteraksi
dengan keluarga dan teman sebaya, belajar
peran sesuai gender dan bekerja
mempertahankan peran sosial baru,
mengembangkan ketrampilan pemecahan
masalah, belajar fungsi mandiri
 Rasa Takut:
 Dpt berfikir hipotesis (sakit krn disfungsi
fisiologis dan emosional)
 Banyak bertanya dan mengekspresikan rasa takut
scr verbal ttg konsekuensi penyakit
 Ansietas
 perpisahan dgn sekolah dan teman lebih
bermakna dp ortu
 Menarik diri krn perub. Penampilan

 Tidak Berdaya
 Peduli thd kehilangan fungsi mandiri
 Sulit mengijinkan bantuan scr fisik dan emosi
saat marah, frustasi, menarik diri
 Gangguan Citra Diri
 Peduli dg ancaman perubahan thd perkembangan
identitas seksual dan peran sesuai gender
 Amat peduli thd perubahan citra diri, kuatir ttg
tanggapan orang lain, dikasihani
 Sulit bekerja sama jika pengobatan berhubungan
dengan perubahan citra diri
 Fasilitasi perencanaan aktifitas (peer)
 Jelaskan ke ortu ttg kebutuhan mandiri
 Monitor perilaku bahwa anak ingin bicara
 Berikan permainan dan aktifitas lain yg
membantu diskusi
 Berikan penyuluhan rinci ttg prosedur,
pengobatan, terapi yg menyangkut genital
 Berikan privasi setiap prosedur
 Rencana: Konseling program oleh perawat
 Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien,
petugas perawatan
 Persiapan
 Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx
penyakit, penyakit menular, perkiraan
lamanya dirawat
 Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja)
 Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir
dan alat yg dibutuhkan tersedia)
 Kenalkan tim pada anak dan keluarga
 Orientasi ruangan/ fasilitas
 Kenalkan anak dan keluarga dg teman
sekamar
 Berikan gelang identitas
 Jelaskan peraturan RS dan jadualnya
 Ukur VS, TB dan BB
 Lakukan pemeriksaan lab
 Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan
fisik
 Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak
tepat dan tidak mungkin pada situasi darurat
 Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak
bekerja sama
 perkenalan, gunakan nama anak bukan
sayang, tentukan tingkat tukem, status kes
anak, keluhan utama anak dan ortu
 Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif
(post op jantung)
 Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg
tak terduga
 Siapkan ortu s.d penampilan anak dan
perilakunya, saat pertama mengunjungi
anak di ICU
 Temani ortu disisi tempat tidur anak-->
support
 Siapkan saudara kandung untuk kunjungan
dan monitor reaksi mereka
 Untuk anak dan keluarga
 Stresor fisik
 nyeri dan rasa tidak nyaman
 imobilisasi
 kurang tidur
 Tidak mampu makan minum
 Perubahan kebiasaan eliminasi
 Stresor Lingkungan
 Lingk. asing
 Bunyi yang asing
 Orang asing
 Bau asing dan tidak enak
 Cahaya yg terus menerus
 aktivitas ke pasien lain
 kesiagaan petugas
 Stresor Psikologis
 kurangnya privacy
 Tidak mampu berkomunikasi
 Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
 Penyakit yg berat
 Perilaku ortu
 Stresor Sosial
 Hub. yg terputus
 peduli thd sekolah atau pek
 Gangguan/ kurang bermain

Anda mungkin juga menyukai