Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN TERAPI BERMAIN PUZZLE PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH YANG MENGALAMI KECEMASAN


AKIBAT HOSPITALISASI
 

 
 
 

Munadziroh
201902010010

PRORAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data profil anak Indonesia 2018,  Sebesar 3,21 persen anak mengalami keluhan kesehatan
dan rawat inap dalam setahun terakhir. 3,80% anak mengalami keluhan kesehatan dan rawat
inap di perkotaan, relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan 2,59%. Menurut beberapa
penelitian, baik anak-anak dan orang tua dapat mengalami peristiwa yang ditandai dengan
pengalaman traumatis dan stres. Emosi yang paling umum adalah rasa takut, marah, sedih,
dan rasa bersalah, Perasaan ini dapat dialami oleh anak-anak dari segala usia, termasuk
anak-anak prasekolah. (Wulandari & Erawati, 2016 dalam wandini, resandi, 2020). 
Kecemasan adalah keadaan emosional yang disertai dengan ketidaknyamanan seseorang,
merupakan pengalaman yang samar-samar, disertai dengan rasa tidak berdaya dan
ketidakpastian yang disebabkan oleh hal-hal yang belum jelas (Anisa & Ifdil, 2016). Hasil
penelitian haryadi tahun 2019 di RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo,  1 anak (56,3%)
mengalami kecemasan ringan, 14 anak (73,7%) mengalami kecemasan sedang dan 4 anak
(21,0%) mengalami kecemasan berat akibat hospitalisasi.
Kecemasan tersebut dapat memperlambat proses kesembuhan anak, oleh karena itu perlu
dilakukan intervensi guna mengatasi kecemasan pada anak. Intervensi kecemasan pada anak
dapat diberikan terapi bermain, bermain di rumah sakit dapat membantu menurunkan
kecemasan dan membantu aktifitas sensori motorik, kognitif dan proses sosialisasi dan
komunikasi antar anggota keluarga, perawat dan dokter.
Hasil penelitian haryadi tahun 2019 di RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo,
menunjukan hasil bahwa permainan Puzzle dapat menurunkan kecemasan dan
ketakutan anak akibat hospitalisasi, dari yang sebelumnya mengalami kecemasan
73,7% sedangkan setelah dilakukan terapi bermain puzzle kecemasan pada anak
menurun menjadi 21,1%. Penelitian oleh Fitiani, Santi, Rahmayanti tahun 2017 di
ruang hemotogi onkologi anak juga menyatakan bahwa terapi  bermain puzzle dapat
menurunkan angka kecemasan pada anak prasekolah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hospitalisasi
2.1.1 Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu proses pada anak yang diakibatkan oleh keadaan darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk perawatan dan pengobatan sampai
anak sembuh dan dapat kembali ke rumah (Sulaeman, Ismanto & Amir, 2019).
2.1.2 Manfaat Hospitalisasi Pada Anak

1. Memberikan pada keluarga kesempatan untuk mempelajari respon anak terhadap stres
hospitalisasi

2. Hospitalisasi sebagai media pembelajaran keluarga

3. Meningkatkan kontrol diri dengan membiarkan pasien dan keluarganya membuat


keputusan.

4. Meningkatkan pengalaman pasien dan keluarga melalui interaksi pasien dengan


pasien lain.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Kecemasan Pada Anak Prasekolah


2.2.1 pengertian kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapan dibenarkan
yang sering ditandai dengan gejala fisiologis (Noverita, Mulyadi & Mudatsir, 2017).
2.2.2 Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah
Tingkat kecemasan menurut Saputro & Fazrin (2017) dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kecemasan ringan
tanda-tanda kecemasan ringan yaitu mudah marah, gelisah dan perilaku mencari perhatian
2 Kecemasan sedang
Gemeteran, suara bergetar, perubahan dalam nada suara takikardi, peningkatan ketegangan
otot adalah tanda-tanda kecemasan sedang.
3 Kecemasan berat
ketegangan otot berlebihan, perubahan pernafasan, perasaan terancam, perubahan
kardiovaskuler, ketidakmampuan untuk berkosentrasi dan perubahan
2.2.3 Faktor Yang Memperngaruhi
Kecemasan Anak Prasekolah

Menurut Fazrin & Saputro, (2017), ada enam


faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan
yaitu:
1. usia
Anak prasekolah belum dapat menerima dan merasakan penyakit serta pengalaman baru dengan
lingkungan yang tidak dikenal.
2. Karakteristik saudara (anak ke-)
Anak yang lahir sebagai anak pertama mungkin menunjukkan kecemasan yang berlebihan
dibandingkan anak kedua.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan yang dirawat di rumah sakit memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
daripada anak laki-laki.
4. Pengalaman terhadap sakit dan perawatan dirumah sakit
Anak yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan di rumah sakit akan lebih membuat
mereka takut, dan sebaliknya jika mereka memiliki pengalaman yang menyenangkan di rumah
sakit, mereka akan bekerja sama.
5. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
Semakin banyak keluarga maka semakin banyak dukungan yang didapatkan anak-anak untuk
mengatasi rasa cemasnya.
6. Persepsi anak terhadap sakit
Dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi persepsi anak dan perilaku anak
mengatasi hospitalisasi, semakin banyak dukungan untuk anak anak yang menjalani
hospitalisasi maka semakin baik perawatan anak.

2.2.3 Alat Ukur Kecemasan


Salah satu alat ukur yang digunakan untuk megukur kecemasan pada anak prasekolah
yaitu skala hamilton ranting scale for anxiety (HRS-A), skala ini terdiri dari 14 item,
tiap item dinilai dengan skala 0-4 (0 = tidak cemas, 1 = cemas ringan, 2 = cemas
sedang, 3= cemas berat, 4= cemas sangat berat)dengan nilai total 0-56. Skala ini dapat
di persepsikan sebagai berikut : nilai ≤ 17 kecemasan ringan, nilai 18-30 kecemasan
sedang, ≥30 kecemasan berat ( Solehati & cecep EK, 2015 dalam meihartati et al,
2018)
2.3 Terapi bermain

2.3.1 Pengertian
Terapi bermain puzzle merupakan permainan merangkai potongan-potongan gambar yang
berantakan menjadi suatu gambar yang utuh (Srianis, 2014).

2.3.2 Tujuan
Terapi bermain dapat membantu anak menguasai kecemasan dan
konflik. Karena ketegangan mengendor dalam permainan, anak dapa menghadapi
masalah kehidupan, memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan
melepaskan emosi yang bertahan (santrock 2007 dalam Fazrin & Saputro, 2017).
2.3.3 Indikasi
Menurut Syamsul, Haryani, dan Barokah (2012) dari tingkat populasi usia anak
yang sakit, penelitian mengambil beberapa anak yang dapat dilakukan terapi
bermain puzzle dengan kriteria inklusi anak prasekolah dengan umur 3-6 tahun,
anak dengan tingkat kesadaran yang baik, anak yang tidak mengalami
gangguan perkembangan sensorik dan motoric, anak yang tidak mengalami
pembedahan.

2.3.4 prosedur terapi bermain puzzle


Menurut Purwaningtyas et al, (2014) prosedur terapi bermain puzzle
a. Persiapan
1. Menyiapkan ruangan
2. Menyiapkan anak dan keluarga
3. Menyiapkan alat-alat
b. Pembukaan
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan
3. Menjelaskan kontrak waktu
4. Menjelaskan cara bermain menyusun puzzle
c. Pelaksanaan
1. Mengajak anak bermain menyusun puzzle
2. Mendampingi anak bermain menyusun puzzle
3. Menanyakan kepada anak apakah sudah selesai bermain puzzle
4. Memberikan pujian terhadap anak yang mampu menyusun sampai selesai
d. Evaluasi
1. Melakukan review pengalaman bermain menyusun puzzle
2. Mengidentifikasi kejadian yang berkesan selama bermain
3. Menganalisis kesan yang didapat oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan

2.4 Asuhan Keperawatan Kecemasan Pada Anak


2.4.1 Pengkjian
Menurut PPNI, 2016 pengkajian pada kecemasan dap dilihat dengan perilaku
anak yang didapatkan dari data subyektif dan data objektif. Data Subjektif
merasa bingung,  merasa khawatir dengan akibat, sulit berkonsenstrasi. Data
objektif tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
2.4.2 Diagnosa
Ansietas adalah keadaan emosional dan pengalaman subjektif dari suatu
objek yang tidak jelas dan spesifik karena mengantisipasi bahaya, dan
memungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman tersebut (PPNI, 2016).

2.4.3 Perencanaan
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan kecemasan dapat berkurang dengan kriteria hasil anak mampu
mengungkapkan rasa cemas, vital sign dalam batas normal, postur tubuh
wajah bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan.
b. Perencanaan : perencanaan yang dapat dilakukan menurut (PPNI, 2018)
antara lain
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
1. Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan ( menurut Apriany, Nura`aban &
Bola, 2020, dengan terapi bermain puzzle )
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Karya Tulis Ilmiah


Rancangan studi kasus yang digunakan dalam karya tulis ini yaitu deskripsi. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok orang, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang (Nazir, 2017).
3.2 Subyek Kasus
Subyek pada studi kasus ini yaitu dua anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami
kecemasan selama dirawat dirumah sakit, anak dengan tingkat kesadaran yang baik,
anak yang tidak mengalami gangguan perkembangan sensorik dan motoric.
3.3 Fokus Studi
Fokus studi kasus dalam karya tulis ini yaitu anak prasekolah yang mengalami kecemasan
selama dirawat di rumah sakit.
3.4 Definisi Operasional
1. Hopitalisasi
2. kecemasan
3. terapi bermain (puzzle)
3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Studi Kasus
RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan di ruang rawat inap bangsal anak,
dan akan dilakukan pada bulan februari 2022.

3.7 Pengolahan Data dan Pengayajian Data


a. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan penulis dalam menyusun
karya tulis ilmiah yaitu melalui 5 proses keperawatan (pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi).
b. Pengayajian Data
Teknik penyajian data menggunakan narasi yaitu menjelaskan hasil
dari pengkajian sampai dengan evaluasi, menjelaskan semua hasil data
yang telah didapatkan, pada pasien anak prasekolah yang mengalami
kecemasan selama hospitalisasi.
3.8  Etika Penyusunan Karya Tulis
Menurut Nursalam (2013), etika dalam pengambilan kasus sebagai berikut :
1. Bebas dari eksplołtasi
Partisipasi subyek dałam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan.
2. Informed consent
Subjek wajib menerima informasi secara lengkap mengenai tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, memiliki hak untuk bebas berpartisipasi
atau menolak menjadi responsden.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
Hak untuk menerima pengobatan yang adil (right in fair treatment) subjek
wajib diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
4 Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek memiliki hak untuk meminta bahwa data yang waib dirahasiakan.
untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai