Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 1:

RPK (RESIKO PERILAKU


– MUTIA SARI
KEKERASAN)
– TRI MAIRIZKI
– YULITA
Click icon to add picture 1. PENGERTIAN PERILAKU
KEKERASAN

Perilaku kekerasan adalah suatu


bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang, baik
secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan
secara verbal di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu perilaku kekrasan saat
sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat
perilaku kekerasan). (Keliat,
Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas, 2012)
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif


Kekerasan

(Stuart dan Sundeen, 1995)

a Respon marah yang adaptif meliputi :


– Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.
– Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak
biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.

b. Respon marah yang maladaptif meliputi :


– Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
– Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
– Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Click icon to add picture
3. ETIOLOGI

kekerasan bisa disebabkan adanya


gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
 
4. TANDA & GEJALA

– Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang


mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
– Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
– Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain,
merusak lingkungan, amuk atau agresif.
– Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

– Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan


dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
– Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.
– Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan
dan sindiran.
– Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
seksual.
5. PROSES MARAH
Click icon to add picture Click icon to add picture Click icon to add picture

Modul ekspresi marah


Rendah diri
 
Rasa bersalah Kecemasan
 
Bermusuhan
 
 
Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal
6. Akibat Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
• Memperlihatkan permusuhan
• Mendekati orang lain dengan ancaman
• Memberikan kata – kata ancaman dengan rencana melukai\
• Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
• Mempunyai rencana untuk melukai
 
Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi
a. Teori biologi
Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap, neurotransmitter,
dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan
pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat agresif.
Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif.
Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.
Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak (epinephrin,
norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin)
Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom otak organik,
tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Faktor psikologis
Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span
hystori).
Imitation, modeling, and information processing theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir
kekerasan
Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputus asaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi penyebab perilaku kekerasan
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan sundeen, 1998).
 
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain :

Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia.


Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya
yang tidak baik,
Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar
Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresikan.
Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan.
9. Penatalaksanaan Umum
a. Farmakoterapi
Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
Obat anti depresi, amitriptyline
Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
Obat anti insomnia, phneobarbital
b. Terapi Okupasi
c. Peran serta keluarga
d. Terapi somatic
e. Terapi kejang listrik
10. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri


Orang lain atau lingkungan. E
 
 
 

Resiko Perlaku kekerasan CP


 
 

Mekanisme koping individu in efektif C


 
Gambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri, orang
lain atau lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
2. Resiko Perilaku kekerasan b.d
Mekanisme koping individu in efektif.
1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
Klien mau menjawab salam
Klien mau menjabat tangan
Klien mau menyabutkan nama
Klien mau tersenyum
Ada kontak mata
Mau mengetahui nama perawat
Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
– Memberi salam atau panggil nama klien
– Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
– Jelaskan tujuan interaksi
– Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
– Beri sikap aman dan empati
– Lakukan kontrak singkat tapi sering
 
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain
dan lingkungan.
Intervensi :
Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.
TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
Intervensi :
– Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat
marah.
– Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
– Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami
klien.
 
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
Intervensi :
Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
 
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Intervensi :
Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya kesal Anda berkata seperti itu : saya
marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.
Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu
pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.
 
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
 
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai