Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional
ginjal (2.400.000 nefron) , terdiri dari bagian-bagian berikut :
3. Glomerulus
4. Tubulus proksimal konvulta
5. Gelung henle (ansa henle)
6. Tubulus distal konvulta
7. Duktus koligen medula
FISIOLOGI GINJAL
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. c. Merubah vitamin D menjadi metabolit yang aktif
yang membantu penyerapan kalsium
c. Menjaga keseimbangan asam dan basa.
d. Memproduksi hormon prostaglandin, yang
mempengaruhi pengaturan garam dan air serta
mempengaruhi tekanan vaskuler
ETIOLOGI GGA
3. Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki. Pembengkakan yang menyeluruh (karena terjadi penimbunan cairan)
4. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
5. Tremor tangan
7. Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat dijumpai adanya pneumonia uremik.
8. Manisfestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang)
9. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah, berat jenis sedikit rendah, yaitu 1.010 gr/ml)
10. Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein), perfusi
renal, serta asupan protein, serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
11. Pada kasus yang datang terlambat gejala komplikasi GGA ditemukan lebih menonjol yaitu gejala kelebi hancairan berupa
gagal jantung kongestif, edema paru, perdarahan gastrointestinal berupa hematemesis, kejang-kejang dan kesadaran
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. CT Scan
3. MRI
4. EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa
PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan Tersier
A. Komplikasi
• Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan
hiperkatabolik. Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru
yang menimbulkan kegawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.Hipervolumia
INTERVENSI KEPERAWATAN
SDKI SLKI SIKI
No
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam Manajemen Jalan Nafas
1.
(D.0005) masalah pola nafas terekspetasi membaik dengan indikator: (I.01011)
Pola Nafas (L.01004)
Definisi Keterangan: Observasi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang memberikan ventilasi 1 Memburuk 1.1 Monitor pola nafas
adekuat 2 Cukup memburuk 1.2 Monitor bunyi nafas
3 Sedang
Penyebab: 4 Cukup membaik Terapeutik
1. Depresi pusat pernapasan 5 Membaik 1.3 Posisikan semi fowler – fowler
2. Hambatan upaya napas 1.4 Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Derfomitas dinding dada Frekuensi nafas 1.5 Berikan oksigen, jika perlu
4. Derfomitas tulang dada 1 2 3 4 5
5. Gangguan neuromuscular Edukasi
6. Gangguan neurologis Kedalaman nafas 1.6 Ajarkan teknik batuk efektif
7. Imaturitas neurologis 1 2 3 4 5
8. Penurunan energi Kolaborasi
9. Obesitas Tekanan ekspirasi 1.7 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
10. Sindrom hipoventilasi 1 2 3 4 5 perlu
11. Cedera pada medula spinalis
12. Efek agen farmakologis Tekanan inspirasi
1 2 3 4 5
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Dispnea Ekskursi dada
Objektif
13. Penggunaan otot bantu pernafasan 1 2 3 4 5
14. Fase ekspirasi memanjang
15. Pola nafas abnormal
(Takipnea, bradypnea, hiperventilasi,kusmaul)
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif
16. Penafasan pursedlips
17. Pernafasan cuping hidung
18. Kapasitas vital menurun
19. Tekanan ekspirasi menurun
20. Tekanan inspirasi menurun
21. Ekskursi dada berubah
IMPLEMENTASI PERAWATAN
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2010)
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus diperhatikan
oleh perawat dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Prainteraksi
2. Tahap Perkenalan
3. Tahap Kerja
4. Tahap Terminasi
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
• S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
• A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau
muncul masalah baru.
• P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien
1) Masalah teratasi, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukkan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3) Masalah belum teratasi, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
4) Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru.