Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEGAWATAN PASIEN

DENGAN MENINGITIS

KELOMPOK 10
1. Maria sriwahyuni
2. Mardiyah Trijayanti
3. Mira trisnawati
4. Murtinawati
5. NIKa
Pengertian

• Meningitis
Peradangan pada meningen khususnya
pada bagian araknoid dan plamater
(leptomeningen)
Etiologi
• Organisme: Haemophilus influenza, Neisseria
meningitis (Meningococus), Diplococus
pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus. . Paling sering klien memiliki
kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal
Patofisiologi
• Aktivasi inflamasi endotel merupakan salah satu syarat agar invasi bakteri
dapat terjadi ke ruang sub araknoid disamping regulasi molekul adhesi
seperti intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1). Selanjutnya,molekul-
molekul ini akan mengaktivasi invasi leukosit. Leukosit khususnya
granulosit dalam cairan serebrospinal adalah ciri diagnoostik suatu
meningitis. Pada respon Inflamasi awal dan pada tahap invasi bakteri
dibantu oleh berbagai molekul seperti matrix metalloproteinase (MMP)
dan nitric oxide(NO) serta molekul lain yang berperan dalam kerusakan
blood-brain barrier dan blood-cerebrospinal fluid (CSF) barrier. Setelah
bakteri memasuki ruang subarachnoid, bakteri ini akan membelah
diri,mengalami autolysis dan menyebabkan peradangan lebih lanjut
Lanjutan…
• Kerusakan saraf pada meningitis disebabkan oleh multifaktoral yang mana
melibatkan racun bakteri, produksi sitotoksik dari sel imun kompeten dan secara
tidak langsung melalui patologi sekunder karena komplikasi intrakranial. Pada
kasus Streptokokus pneumonia, pathogen meyebabkan kerusakan tertinggi,
adadua toksin tama yang diidentifikasi yaitu H2O2 dan Pneumosilin. Saat
pathogen menginvasi maka petidoglikan (PG) dan Lipopeptide (LP) pathogen akan
dikenali oleh toll-like receptor (TLR)2 sedangkan liposakarida (LPS) dan juga
toksin pneumolin bakteri akan dikenali oleh TLR4. Sinyal dari TLR selanjutkan
akan disampaikan oleh protein myD88 ke nuclear factor kappa B (NFkB) dan
mitogen-activated protein kinase (MAP Kinase), untuk menghasilkan respon
inflamasi meningitis (Lehnard et al.,2006). Toksin yang dihasilkan akan
meningkatkan permeabelitas mitokondria sehingga mitokondria melepaskan
apotosis inducing factor (AIF) yang akan menginduksi kematian sel (apoptsis).
Fase Patofisiologi ada 3
Fase 1
• Pelepasan sitokin pro-inflamasi yang disebabkan oleh invasi bakteri dan akibat inflamasi ruang
sub araknoid

Fase 2

• Nekrosis sel-sel neural dan glial padalapisan superficial cortex yang diinduksi oleh sitokin
dan mediator kimia lainnya (Fase subpial encephalopathy)

Fase 3

• Kerusakan pada blood brain barrier emigrasi leukosit transendotelial dan terjadi edema
serebral, sehingga akan terjadi gangguan aliran darah serebral, meningkatnya tekanan
intracranial dan vaskulitis bahkan dapat menyebabkan kerusakan saraf fokal.
Tanda dan Gejala

1.Sakit kepala ,Mual muntah ,Demam ,Sakit dan nyeri secara


umum ,Perubahan tingkat kesadaran ,Bingung ,Perubahan
pola nafas ,Ataksia ,Kaku kuduk,Ptechialrash Kejang (fokal,
umum) ,Opistotonus ,Nistagmus ,Ptosis, Gangguan
pendengaran ,Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif,
Fotophobia
Pemeriksaan diagnostik
# Laboratorium
Spesimen Darah jenis pemeriksaan Kultur,Hitung sel, C-Reaktif, Tekanan (openingpressure), Hitung
sel.
# Pemeriksaan mikrobiologi
pewarnaan gram dan kultur, PCR polymerase Chain Reaction dapat mendeteksi organisme dalam
darah atau caoran serebrospinal selama beberapa hari setelah pemberian antibiotik.
# Pemeriksaan CSS
untuk mengetahui jenis penyebab bakteri serta dalam penanganan lebih lanjut.
# Radiologi (CT Scan), MRI .
Komplikasi

1. Peningkatan tekanan intrakranial


2. Hyrosephalus
3. Infark serebral
4. Abses otak
5. Kejang
6. Pnemonia
7. Syok sepsis
8. Defisit intelektual
Penatalaksanaan
1. 1)  Penatalaksanaan umum

1. Pasien diisolasi

2. Pasien diistirahatkan/ bedrest

3. Kontrol hipertermi dengan kompres

4. Kontrol kejang

5. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2. 2)  Pemberian antibiotik

1. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas

2. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol, Sefalosporin.

3. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC


GEJALA KLINIS MENGARAH KE KASUS MENINGITIS JIKA MENINGOKOKAL SEPTIKEMIA
Jangan lakukan lumbal pungsi
Sakit kepala, muntah, kaku kuduk, demam, fotofobia Kultur darah dan darah EDTA untuk PCR
Perubahan status mental Seftriaxone 2g IV
  Pantau ketat

PEMERIKSAAN AWAL
 Pemeriksaan darah lengkkap, status koagulasi
MANAGEMEN AWAL  Analisis gas darah
Pantau jalan nafas  Urea dan elektrolit darah, fungsi hati dan glukosa darah
Pernapasan-laju pernapasan, saturasi O2  Kultur darah, kultur swab tenggorokan, darah EDTA untuk PCR
Sirkulasi- nadi, tekanan darah, output urine  
Status mental
Status neurologi-tanda neurologi fokal, kejang atau papiledema
 

TANDA SYOK/GAGAL NAFAS TANDA PENINGKATAN TIK KONTRAINDIKASI LAIN LUMBAL PUNGSI
Sedang menjalani terapi koagulan
Tanda waspada meliputi : Tanda waspada meliputi:
Bleeding diathesis
Ruam kulit menyebar progresif  Tingkat kesadaran menurun atau fluktuatif Tanda adanya sepsis spinal terlokalisasi.
Sirkulari perifer buruk, oliguria  Tanda neurologi fokal
Asidosis pH ,7,3 atau BE lebih buruk dari -5  Kejang dengan onset dini
Laju pernafasan ,8 atau .30  Bradukardi dan hipertensi
Laju nadi <40 atau >140  papiledema
Leukosit <4x1010 /L

LAKUKAN Terapi yang sesuai


YA TIDAK

 Tunda lumbal pungsi LUMBAL PUNGSI : SESUAI KRITERIA MENINGITIS BAKTERIALIS


 Berikan deksametason (kecuali syok septik) kemudian Berikan deksametason kemudian antibiotic inisial
antibiotic empiric Deksametason 10mg/6jam (IV)
 Pertimbangkan melakukan CT scan KEMUDIAN
 Tatalaksana di Critical Care Unit Ceftriakson 2g/12jam (IV)
DAN
 
Vankomisin 1g/12Jam (IV)
Pemilihan dan lama pemberian antibiotic selanjutnya DAN
berdasarkan hasil mikrobiologi
  Benzil Penisilin 2,4g/4jam (IV)

 
Pengkajian
* Keluhan utama
* Riwayat penyakit sekarang
* Riwayat penyakit dahulu
* Pengkajian psikososial-spititual
* Pemeriksaan Fisik
* Pemeriksaan Diagnostik
* Pengkajian penatalaksanaan medis
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin
muncul
1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi

3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola nafas

abnormal
Intervensi
Diagnosa 1
Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
Tujuan :
•Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 jam maka
ekspetasi membaik dengan kriteria hasil :
-Tingkat kesadaran meningkat ,Kognitif meningkat Tekanan
intra cranial menurun ,Sakit kepala menurun ,Gelisah
menurun ,Agitasi menurun ,Demam menurun ,Tekanan darah
membaik ,Reflek saraf membaik
Intervensi
•Diagnosa 2
•Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan dengan batuk
tidak efektif, ronchi
•Tujuan :
•Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 jam maka ekspetasi membaik dengan kriteria hasil
:
-Batuk efektif meningkat ,Produksi sputum menurun ,Mengi menurun
-Wheezing menurun ,Dispnea menurun ,Ortopnea menurun ,Sulit bicara menurun ,Ronchi menurun
,Sianosis menurun
-Gelisah menurun ,Frekuensi nafas membaik ,Pola nafas membaik
Intervensi
•Diagnosa 3
•Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola nafas
abnormal
•Tujuan :
•Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 jam maka ekspetasi membaik
dengan kriteria hasil :
-Ventilasi semenit meningkat ,Kapasitas vital mambaik ,Tekanan ekspirasi membaik
,Dispnea menurun Penggunaan otot bantu menurun ,Ortopnea menurun Pernafasan
cuping hidung menurun Frekuensi nafas membaik Kedalaman nafas membaik
Kesimpulan
•Meningitis bakterialis akut merupakan kegawatdaruratan neurologis dengan
angka kematian yang tinggi. Selanjutnya, sebagian besar korban menderita
gejala sisa jangka panjang . Di seluruh dunia, meningitis adalah salah satu dari
empat kontributor paling penting dari kecacatan akibat gangguan neurologis.
Hasil pada meningitis bakteri sangat tergantung pada diagnosis yang tepat
waktu, awal yang cepat dari terapi antibiotik yang ditargetkan, dan deteksi dini
komplikasi.
•Prognosis meningitis bakterialis bervariasi tergantung pada bakteri
penyebab, usia pasien dan manajemen penanganannya. Pengenalan diri terhadap
kondisi yang mengarah pada kasus meningitis bakterialis sangat penting untuk
mengurang waktu atara timbulnya gejala pertama pengobatan, dan ini salah satu
kunci untuk prognosis yang lenih baik.

Anda mungkin juga menyukai