Informed Consent
Pengisian,
peminjaman dan
pengambilan
dokumen rekam
medis
01
PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP REKAM
MEDIS
Rumah sakit bertanggung jawab untuk
melindungi informasi yang ada di dalam rekam
medis terhadap kemungkinan hilangnya
keterangan ataupun memalsukan data yang ada
di dalam rekam medis, atau dipergunakan oleh
orang yang semestinya tidak diberi izin.
Tanggung Jawab Dokter Yang Merawat Tanggung jawab
utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Tanpa memperdulikan ada tidaknya bantuan
yang akan diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam
medis oleh staf lain di rumah sakit,
Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis Petugas rekam medis,
membantu dokter yang merawat dalam mempelajari kembali
rekam medis. Analisa dari kelengkapan isi di atas
dimaksudkan untuk mencari hal-hal yang kurang dan hal-hal
yang masih diragukan. Penganalisaan ini harus dilaksanakan
pada keesokan harinya setelah pasien dipulangkan atau
meninggal, sehingga data yang kurang ataupun yang diragukan
bias dibetulkan sebelum fakta pasien terlupakan.
Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan rumah sakit
bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam medis
yang meliputi ruangan, peralatan dan tenaga yang memadai.
Dengan demikian tenaga dibagian rekam medis dapat bekerja
dengan efektif, memeriksa kembali, membuat indeks,
penyimpanan dari semua rekam medis.
Tanggung Jawab Staf Medik Staf medik mempunyai peranan
penting di rumah sakit dan pengorganisasian staf medik tersebut
secara langsung menentukan kualitas pelayanan terhadap pasien.
Makin baik pengorganisasiannya makin baik pula pelayanan
kepada pasien. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat
dan baik Direktur Rumah Sakit, Wakil Direktur Medik dan
membuat peraturan-peraturan yang akan mengatur para Anggota
Staf Medik dan membentuk komisi khusus yang diperlukan yang
keanggotaannya diambil di antara anggota-anggota staf medik,
menunjuk committee staf medik untuk melaksanakan beberapa
tanggung jawab khusus yang diperlukan.
Komite Rekam Medis Tenaga Medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya
yang memberikan pelayanan baik langsung maupun tidak langsung kepada
seorang pasien bertanggung jawab terhadap mutu yang mereka berikan. Untuk
memenuhi tanggung jawab tersebut tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga
kesehatan lainnya harus ambil bagian dalam badan yang berhubungan dengan
pelayanan pasien. Mereka melaksanakan tanggung jawabnya melalui badan yang
disebut “Komite Rekam Medis”. Rekam medis yang baik akan mencerminkan
mutu pelayanan medis yang diberkan kepada seorang pasien.
Komite rekam medis akan membantu terselenggaranya pengelolaan rekam medis
yang memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan yaitu :
3. Mengajukan usul-usul kepada direktur rumah sakit tentang perubahan dalam isi
ukuran rekam medis.
Selain itu, informed consent juga bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi
pasien dan dokter. Dengan adanya informed consent, pasien dapat terlindungi dari
kemungkinan tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya atau tindakan
medis yang tidak diperlukan. Sedangkan bagi dokter, informed consent bertujuan
memberikan perlindungan hukum terhadap risiko tuntutan yang sering berkaitan
dengan kegagalan tindakan medis walaupun pelayanan maksimal sudah diberikan.
Informed Consent dari Aspek Hukum dan Etika
Dalam aspek etika, informed consent berkaitan erat dengan prinsip etika biomedis dalam
bidang kedokteran. Terdapat 4 prinsip etika biomedis, yaitu berbuat baik (beneficence), tidak
merugikan (non maleficence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan adil (justice).
Informed consent merupakan salah satu prosedur yang sesuai dengan prinsip autonomy,
yaitu seseorang memiliki hak dan kebebasan untuk bertindak dan mengambil keputusan
medis untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, seseorang harus berkompeten dalam memilih
tindakan dan mengambil keputusan terhadap dirinya agar dapat dikatakan sebagai otonomi
individu.Kode Etik Kedokteran memuat aspek yang berkaitan dengan prinsip otonomi dan
informed consent. Pada pasal 5 Kode Etik Indonesia, tercantum bahwa “tiap perbuatan atau
nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien tersebut”.
Dalam aspek hukum, informed consent diatur dalam Undang-Undang no. 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran, yang menyatakan bahwa ”setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan”.
Bentuk dan Jenis Informed Consent
Implied Consent
Implied consent atau persetujuan secara tersirat umumnya diberikan saat kondisi gawat
darurat, di mana perlu dilakukan tindakan medis tetapi pasien atau keluarga tidak dapat
memberikan persetujuan lisan atau tertulis pada saat itu.
Expressed Consent
Expressed consent merupakan bentuk persetujuan yang dinyatakan baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Infomed consent lisan umumnya dilakukan pada prosedur atau pengobatan
tanpa risiko, seperti phlebotomy, pemeriksaan fisik abdomen, atau rontgen toraks.
Persetujuan secara lisan dapat berupa bentuk ucapan setuju atau gerakan mengangguk
kepala.
Sedangkan informed consent tertulis, umumnya diperlukan untuk prosedur atau pengobatan
yang lebih rumit dan risiko yang lebih tinggi, seperti sectio caesarea dan intubasi.
Berdasarkan tujuannya, informed consent terdiri dari 3 jenis, yaitu:
Pada penelitian yang melibatkan partisipasi individu dan intervensi, informed consent harus
diperoleh sebagai bentuk persetujuan partisipan terlibat secara volunter dalam penelitian.
Informed consent juga diperlukan saat dokter akan melakukan prosedur yang bertujuan
untuk menegakkan diagnosis, seperti tindakan fine needle aspiration biopsy dan coronary
computed tomography angiography (CCTA).
Sebelum pemberian terapi khusus, seperti sedasi dan analgesik jenis narkotika, informed
consent perlu diperoleh dari pasien/keluarga setelah penjelasan mengenai efek samping,
komplikasi, dan alternatif terapi lainnya.
Informed Consent pada Kondisi Tertentu
Secara umum, informed consent dapat diberikan secara langsung oleh pasien yang kompeten,
yang berarti pasien memiliki kapasitas untuk mengerti akan penjelasan yang diberikan dan
menggunakan informasi tersebut untuk berpikir secara rasional dalam mencapai suatu
kesimpulan.
Berdasarkan Permenkes nomor 290 tahun 2008, pasien yang kompeten berarti pasien dewasa di
atas usia 21 tahun atau telah/pernah menikah, atau pasien berusia 18 tahun yang tidak
dikategorikan sebagai anak berdasarkan perundang-undangan. Pasien juga dikatakan kompeten
apabila kesadarannya tidak terganggu dan tidak mengalami gangguan atau kemunduran
kesehatan mental.
Pada kondisi pasien tertentu, seperti kategori usia anak-anak, gangguan kesadaran, gangguan
mental, atau sedang dalam kondisi gawat darurat, maka informed consent dapat diberikan oleh
orang tua, suami/istri, anak kandung, saudara kandung, keluarga terdekat, atau orang yang
mengantarkan pasien. Persetujuan yang diberikan oleh wali yang menggantikan pasien ini harus
memenuhi tujuan utama untuk kepentingan terbaik pasien dan memaksimalkan manfaat yang
baik untuk pasien.
Pada kondisi gawat darurat, informed consent secara tersirat dari pasien umumnya dapat
diterima sebagai persetujuan tindakan.
03
PENGISIAN, PEMINJAMAN DAN
PENGAMBILAN DOKUMEN REKAM MEDIS
JENIS DAN ISI REKAM MEDIS
a. identitas pasien;
e. diagnosis;
f. rencana penatalaksanaan;
a. identitas pasien;
e. diagnosis:
f. rencana penatalaksanaan;
k. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
a. identitas pasien;
g. diagnosis;
i. ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut;
j. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan
Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam rekam
medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan disimpan pada sarana
pelayanan kesehatan yang merawatnya.
Standar Prosedur Peminjaman Rekam Medis
• Persyaratan
• Rekam Medis
• Permintaan
• Tracer/out guide
• Sarana
• Formulir
• Bon peminjaman
• Printer
• Telepon
• Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989
• Prosedur
• Peminjam rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset, dll oleh dokter,
tenaga medis lainnya sebaiknya dikerjakan di ruang rekam medis.
• Petugas peminjaman rekam medis harus membuat bon peminjaman rangkap 3, karena
bon tersebut untuk di berkas rekam medis itu sendiri, disimpan di tracer (out guide)
dan di simpan di tempat peminjaman sebagai bukti.
• Setiap rekam medis yang keluar haruslah diganti menggunakan tracer (out guide)
sebagai penanda bahwa rekam medis tersebut sedang dipinjam.
• Apabila ada perpindahan peminjam maka dicatat pada slip transfer dan diberikan ke
unit rekam medis.
• Tidak dibenarkan menyimpan rekam medis diluar tempat penyimpanan rekam medis.
• Selama rekam medis berada di ruang rawat inap atau dipinjam maka menjadi
tanggung jawab si peminjam atau perawat ruangan yang meminjam.
• Tanggal jatuh tempo pengembalian rekam medis harus selalu diperiksa oleh instalasi
rekam medis guna memperkecil resiko hilangnya rekam medis yang dipinjam.
• Instalasi rekam medis wajib memiliki buku ekspedisi guna mengetahui perjalanan
rekam medis (rekam medis yang keluar) yang dipinjam secara manual untuk
keperluan perawatan, dipinjam dokter, maupun kasus-kasus tertentu.
• Prosedur dan Ketentuan Pengambilan Kembali Rekam Medis menurut Direktur Jendral
Pelayanan Medik (2006:92) ketentuan pengeluaran rekam medis harus ditaati ditempat
penyimpanan, yaitu:
• Berkas rekam medis tidak boleh keluar dari ruang rekam medis tanpa bukti peminjaman atau
tercatat. Ini berlaku untuk yang berhak peminjam berkas rekam medis.
• Seorang yang menerima atau meminjam rekam medis, berkewajiban untuk mengembalikan
dalam keadaan baik dan tepat waktunya. Dan harus dibuat ketentuan beberapa lama jangka
waktu peminjaman rekam medis, atau rekam medis berada di luar ruang penyimpanan rekam
medis. Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi ke raknya pada setiap akhir hari kerja,
sehingga dalam keadaan darurat staf rumah sakit dapat mencari informasi yang diperlukan.
• Rekam medis tidak dibenarkan berada di luar rumah sakit, kecuali atas perintah pengadilan.
• Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari, rekam medis tersebut
disimpan dalam tempat sementara diruang rekam medis.
• Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang, dan
berpindah dari satu orang ke lain orang harus dilakukan dengan mengisi
“ Kartu Pindah Tangan” karena dengan cara ini rekam medis tidak perlu
bolak-balik dikirim kebagian rekam medis. Kartu pindah tangan ini
dikirim kebagian rekam medis, untuk diletakkan sebagai petunjuk
keluarnya rekam medis, kartu pindah tangan tersebut berisi tanggal,
pindah tangan dari siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa, dan
digunakan oleh dokter siapa.
Daftar Pustaka
• Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 tahun 2008. Kementerian
Kesehatan RI (2008).
• Gemala R Hatta. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. (2008).
Thank
s!
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA
+
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik
ANY QUESTIONS?