Anda di halaman 1dari 9

ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN

PERTEMUAN KE 2

DOSEN
Drs. SIGIT WINARTO,. ST,. MT.
Membuat Garis Lurus Dan Mengukur Jarak Di Lapangan

 MENYATAKAN TITIK DI LAPANGAN

Untuk pekerjaan mengukur, baik pengukuran jarak maupun pengukuran sudut, diperlukan titik-titik
di lapangan. Titik-titik di atas permukaan bumi ini ada yang mempunyai sifat tetap, ada pula yang
mernpunyai sifat se­mentara. Tltik-titik ini yang dibuat di lapangan harus.dapat diketemukan dengan
mudah. Titik-titik yang bersifat tetap, sehingga selalu dapat digunakan untuk pengukuran-
pengukuran adalah, pertama: titik-titik triangu/asi yang dibuat di dalam daerah yang besar seperti di
Indonesia untuk tiap-tiap pulau, dan kedua: titik-titik poligoon yang dibuat di dalam daerah yang
kecil seperti di dalam kota-kota.
MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN

Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis lurus. Dapat dimengerti
bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat dengan seperti menarik garis lurus di atas kertas, Dari garis lurus
yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujung­ nya. Maka untuk menentukan garis lurus ini,
ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan
jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu kelihatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan
dengan syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua syalon dianggap sebagai lurus, Syarat
utama untuk mencapai ketelitian yang cukup besar, ialah bahwa tiap-tiap syalon harus letak tegaklurus.
Maka selalu diusahalcan supaya semua syalon diletakkan tegaklurus dengan menggunakan garis sudut-
garis sudut gedung-gedung atau, bila ada dengan nivo syalon.
Pada cara pertama, dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan PQ. Pilihlah titik Adan titik B
sedemikian rupa, hingga jarak dari P dan Q ke garis lurus AB sama panjangnya = p. Dengan demikian harus­
lah dibuat L PAB dan L QBA kedua-duanya 90°. Bagaimana sudut siku­siku ini dibuatnya, akan dibicarakan
di Bab III. Tentukan selanjutnya titik-titik a, b, c, d dan selanjutnya di garis lurus AB dan buatlah pada titik-
titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama dengan p. Maka didapatlah titik-titik a', b', c', d ", dan
selanjutnya yang merupakan titik-titik dari garis lurus PQ.

Pada cara pertama, dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan PQ. Pilihlah titik Adan titik B
sedemikian rupa, hingga jarak dari P dan Q ke garis lurus AB sama panjangnya = p. Dengan demikian harus­
lah dibuat L PAB dan L QBA kedua-duanya 90°. Bagaimana sudut siku­siku ini dibuatnya, akan dibicarakan
di Bab III. Tentukan selanjutnya titik-titik a, b, c, d dan selanjutnya di garis lurus AB dan buatlah pada titik-
titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama dengan p. Maka didapatlah titik-titik a', b', c', d ", dan
selanjutnya yang merupakan titik-titik dari garis lurus PQ.
 ALAT-ALAT PENGUKUR JARAK
Alat-alat pengukur jarak dibagi dalam:
a. kayu ukur jarak;
b. pita ukur jarak dari kain;
c. pita ukur jarak dari baja;
d. rantai ukur jarak.
Kayu ukur jarak dibuat dari kayu yang kering betul dan panjangnya 3 m atau 5 m. Penampangnya adalah
berbentuk oval dengan ukuran di tengah 5 cm dan di ujungnya 3 cm.
Pita ukur yang dibuat dari kain tidak banyak digunakan orang lagi, karena kurang kuat dan lekas rusak.
Pita ukur dari baja lebih baik daripada pita ukur dari kain. 'Pita ukur baja ini dibuat dari pita baja, lebar 20 mm,
tebal 0,4 mm dan panjang 20 m, 30 m atau 50 m
Rantai ukur jarak terdiri atas mata rantai yang dibuat dari kawat baja atau kawat besi gal bani yang tebalnya ada 3
dan 4 mm
 PENGUKURAN JARAK

a. Dengan kayu ukur. Misalkan di lapangan yang datar akan diukur jarak antara dua titik P dan Q, maka kayu
ukur pertama diletakkan di garis PQ dengan sebaik-baiknya dan ujung belakangnya disentuhkan pada titik P.
Dengan kayu ukur. Misalkan di lapangan yang datar akan diukur jarak antara dua titik P dan Q.
1. Pada cara pertama kayu ukur-kayu ukur harus diletakkan mendatar. Kayu ukur pertama ujung
belakangnya disentuhkan pada titik P, diletak­ kan mendatar dengan perarttaraan sebuah nivo dan di ujung
mukanya diletakkan tali unting-unting yang akan menggantung tegaklurus
2. Pada cara kedua kayu ukur seperti pada lapangan datar diletakkan di atas tanah, sehingga diukur jarak
miring antara dua titik P clan Q. Bila sudut miring lapangan antara P dan Q sama dengan o, maka tiap-tiap
kayu ukur yang panjangnya L dan yang diletakkan di atas tanah akan menyata­kan jarak mendatar sama
dengan L cos o, sehingga untuk mendapat jarak mendatar tiap-tiap kayu ukur harus dikurangi dengan
to.= L-Lcoso = L(l-coso) = 2Lsin² Vzo.
3. Pada cara ketiga kayu ukur diletakkan di atas tanah sedemikian rupa, hingga ujung dua kayu ukur tidak di
impitkan, tetapi di letakkan dengan suatu jarak.
△.
b. Dengan pita ukur dari baja. Seperti telah dilakukan diatas, maka kedua ujung pita ukur diperlengkapi
dengan pegangan. Pada waktu melakukan pengukuran dengan pita ukur baja, diperlukan dua orang pembanrtu
A dan B. Setelah itu kedua orang itu berjalan ke muka dengan membawa pita kedua ujung pita ukur baja.

ALAT PENGUKUR SUDUT


Untuk mendapat jarak mendatar dari jarak miring yang di ukur diperlukan sudut miring α
dari lapangan. Banyak macam alat pengukur sudut miring yang dapat di beli.

a. Alat pengukur sudut macam pertama terdiri dari suatu rangka yang berbentuk
segitiga terbuat dari kayu atau besi. Pada salah satu titik sudutnya digantungkan
dengan engsel suatu batang yang di bawahnya diperberat dan diberi ujung bentuk
anak panah.
b. Alat macam kedua menggunakan suatu teropong yang diperlengkapi dengan alat bidik. Teropong dapat
berputar dengan sumbu mendatar sebagai sumbu putar dan bersarna-sama dengan teiopong dapat berputar
pula suatu rangka yang bagian bawahnya berbentuk busur lingkaran. Busur lingkaran ini diberi skala yang
menyatakan sudut miring garis bidik teropong dalam derajat atau dalam persen. Pada batang G disekrupkan
suatu pelat P yang diberi garis, garis mana digunakan untuk menentukan sudut miring pada skala. Sudut
miring garis bidik teropong sama dengan angka skala yang berimpit dengan garis pada pelat P.

 KETELITIAN PENGUKURAN JARAK

Berdasarkan atas Ilmu Hitung Kemungkinan dan pengalaman dalam jangka waktu yang panjang, maka
kesalahan yang diperbolehkan pada waktu melakukan pengukuran jarak dengan kayu ukur, pita ukur jarak
ba­ja dan rantai ukur dapat dinyatakan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
• untuk lapangan yang mudah (datar) s1 = 0,008 ../ D + 0,0003 D + 0,05
• untuk lapangan yang agak s"ukar (lerengj.s2 = 0,010 ../ D+ 0,0004 D+ 0,05
• untuk lapangan yang sukar (curam) s3 = 0,012 VD+ 0,0005 D + 0,05
• di dalam rumus-rumus mana s kesalahan yang diperbolehkan dan D pan­jang jarak yang diukur dalam m.
Untuk dapat membayangkan besarnya s dengan berbagai jarak D dapatlah digunakan daftar di bawah ini
Dengan rumus untuk s atau daftar di atas dapat ditentukan ketelitian pengukuran jarak. Bila kesalahan yang dibuat
lebih besar daripada harga­harga yang ditentukan oleh rumus, maka pengukuran jarak harus diulangi lagi.Kesalahan
pada pengukuran jarak dapat dibagi dalam kesalahan yang teratur dan kesalahan yang tidak teratur Termasuk
dalam kesalahan yangteratur adalah: -kesalahan panjang alat ukur jarak yang digunakan, kesalah­an karena tidak
tepatnya menempatkan alat ukur jarak di garis yang akan diukur; kesalahan pada mendatarkan alat ukur jarak,
lentungan alat ukur jarak, dan sebagainya. Kesalahan yang tidak teratur disebabkan tidak tepatnya mengimpitkan
kedua ujung alat ukur jarak, dan kesalahan pembacaan pada titik akhir. Mengingat pada surnber-surnber kesalahan
ini, maka ada baiknya bila pada waktu mengerjakan pengukuran hal-hal itu mendapat perhatian dan dikerjakan
dengan sebaik-baiknya,

Anda mungkin juga menyukai